Video liputan pidato Bob Bergdahl, ayah dari Sersan Bowe Bergdahl—tentara AS yang ditawan Thaliban—di Gedung Putih pada Sabtu (31/5/2014) mengguncang kepercayaan Amerika Serikat terhadap Presiden Barack Obama, demikian menurut Allen B. West, seorang politisi Republikan pada situs resminya, Senin (2/6).
Hal tersebut dipicu oleh hasil analisa Clare Lopez, mantan petugas operasi CIA, seorang ahli kebijakan dan intelijen strategis dengan fokus pada Timur Tengah, pertahanan nasional, WMD, dan isu-isu kontraterorisme, melalui emailnya kepada West.
Lopez mengherankan mengapa tidak ada media AS yang jeli dengan kalimat pembuka Bob Bergdahl menyusul pernyataan Obama mengenai kebijakannya untuk segera menukar Sersan Bowe dengan 5 orang Thaliban, tawanan Guantanamo asal Afghanistan.
“Kalimat itu adalah bismillah, itu kalimat pembuka untuk semua surat di dalam Al-Qur’an,” tegas Lopez kepada West dalam emailnya.
Analisa Lopez disebut West sebagai hal yang memprihatinkan AS. Lebih dalam lagi, West menyatakan bahwa ini adalah fakta bahwa “Islam” telah masuk ke Gedung Putih dan harus diterima masyarakat Amerika Serikat, “Bukan konspirasi dan bukan isu.” Apalagi Obama menampakkan pelukan bersahabat dengan Bob, yang diragukan nasionalismenya dan dituduh pro-Islam.
“Bagi Republikan, dukungan Obama untuk menukar tahanan adalah bukti semua kesalahan Obama yang selalu mengambil keputusan sendiri tanpa ada perundingan dengan konstitusi AS,” demikian kutipan dari politican.com. Begitu pula pada beberapa media sosial, masyarakat menganggap Obama lebih memilih bernegosiasi dengan pihak asing daripada bertanya kepada masyarakatnya.
Bergdahl Muslim?
Dengan sebab ucapan bismillah, maka kini West menyebarkan wacana kepada masyarakat AS guna meragukan kesetiaan Bergdahl sekeluarga terhadap negaranya. Namun beberapa kalangan di media sosial belum yakin sepenuhnya apakah mereka sudah memeluk Islam, karena Bob dan istri tidak beratribut Muslim secara lengkap dan tidak mengucapkan salam pada pernyataannya di video tersebut.
Bowe Bergdahl sendiri, terakhir terpublikasi melalui video yang dirilis Thaliban pada April lalu, nampak sehat dan memeragakan gerakan push up, lantas bermohon agar dibebaskan oleh Pemerintah AS melalui pertukaran tahanan Thaliban.
Sementara itu, pada pemberitaan Daily Mail di Inggris, seorang deputi komandan Thaliban di distrik Paktika—lokasi basis militer dimana Bowe bertugas dan diculik—yang menyebut dirinya Haji Nadeem, mengatakan bahwa Bowe mengajarinya cara membongkar telepon selular dan mengubahnya menjadi remote control untuk sebuah bom pinggir jalan.
Nadeem mengklaim bahwa ia juga menerima pelatihan dasar penyergapan dari tentara AS. “Sebagian besar keterampilan ia ajarkan kepada kami, sudah kami ketahui sebelumnya,” katanya.
“Beberapa rekan saya berpikir, dia berpura-pura menjadi Muslim untuk menyelamatkan dirinya sendiri sehingga mereka tidak akan memenggal kepala dia,” tambahnya.
“Apapun alasannya, kita harus tetap waspada dan menambah persenjataan di rumah kita. Orang Muslim sedang menjadikan Gedung Putih sebagai masjid,” posting sebuah situs yang mewakili komunitas cyber masyarakat AS dengan inisial DZ. Allahu Akbar! (adibahasan/arrahmah.com)
0 komentar:
Post a Comment