Harian AS, Washington Post, mengutip pendapat sejumlah pengamat AS yang menyebutkan bahwa rendahnya partisipasi rakyat Mesir (akibat pemboikotan) dalam pilpres kudeta akan menghancurkan citra As-Sisi sebagai calon yang diprediksikan menjadi pemenang.
Washington Post juga menyebutkan bahwa penambahan satu hari dari dua hari yang sudah ditetapkan sebelumnya akan menimbulkan pertanyaan besar seputar sejauh mana dukungan rakyat Mesir terhadap As-Sisi.
Washington Post menggambarkan bahwa betapa sepi dan lengangnya TPS dari pemilih sehingga aparat keamanan yang menjaga TPS dan panitia yang bertugas melakukan pemungutan suara di daerah bernama Manial (Cairo Tengah) hanya duduk-duduk santai sambil minum teh, seolah tidak memiliki pekerjaan yang harus dituntaskan dan dipertanggungjawabkan.
Terkait aksi pemboikotan pemilu di Mesir, Egyptian Observatory of Rights and Freedom (LSM Mesir), menyebutkan bahwa partisipasi pemilih pada hari pertama (26/5) pemungutan suara tidak lebih dari 6,57% jumlah pemilih yang mencapai 54 juta pemilih.
Untuk mendongkrak jumlah suara, panitia pemilu melakukan berbagai pelanggaran seperti membolehkan kampanye pada hari pemungutan suara, pemalsuan kartu identitas, dan larangan pemantauan pemilu untuk melihat penyelenggaraan pemilu dari dekat. (islammemo/rem/dakwatuna)
0 komentar:
Post a Comment