Tahukah Anda? Aladdin Ternyata Bukan Orang Arab
Anda tentu telah mengenal cerita Aladdin, sebuah kisah yang sangat terkenal dari kumpulan kisah 1001 Malam, seorang pemuda yang menemukan lampu ajaib, yang di dalamnya terdapat jin, yang mampu mengabulkan permintaannya. Bersama jin dari lampu ajaibnya, petualangan Aladdin pun dimulai, mengalahkan penyihir jahat yang menipunya, lalu hidup berbahagia dengan seorang putri yang cantik jelita.
Kita mengenal Aladdin sebagai seorang pemuda Timur Tengah berkulit gelap, berambut hitam, dan berhidung mancung. Gambaran Aladdin yang semacam itu kita dapatkan dari film animasi Disney, Aladdin, yang terkenal. Sebagian besar dari kita beranggapan bahwa kisah Aladdin merupakan bagian dari Kisah 1001 Malam yang dituturkan oleh Scheherazade, seorang selir cantik (ada yang menyebutkan bahwa ia adalah seorang ratu) dan cerdas yang hidup di Persia. Suami Scheherazade, atau Shahrzad, adalah sultan yang memiliki kebiasaan untuk membunuh selirnya setiap malam, karena ia pernah dikhianati oleh perempuan.
Untuk menjaga agar dirinya tetap hidup, Scheherazade menceritakan kisah setiap malam kepada sang sultan, dan sengaja menggantung ceritanya, dengan harapan ia akan tetap hidup esok harinya. Kisah yang dituturkan oleh Scheherazade itulah yang kini kita kenal sebagai dongeng 1001 Malam.
Ada begitu banyak kisah yang dituturkan oleh Scheherazade, beberapa kisah terkenal antara lain cerita Ali Baba dan 40 Penyamun, Tujuh Pelayaran Sinbad sang Pelaut, dan tentu saja Aladdin. Atau itulah yang kita anggap saat ini. Nyatanya, Aladdin sebenarnya bukanlah termasuk cerita yang dituturkan oleh Scheherazade. Jadi, dari manakah sebenarnya Aladdin berasal?
Dalam versi awalnya, Aladdin ternyata adalah seorang pemuda miskin yang hidup di jalanan China. Ya, Aladdin adalah orang China asli, bukan orang Arab yang melakukan perjalanan ke China lalu terdampar di sana. Lantas, bagaimana ceritanya hingga kisah ini sampai masuk ke dalam dongeng 1001 Malam? Kisah tersebut ternyata baru ditambahkan belakangan, oleh seorang penerjemah Prancis bernama Antoine Galland, di awal abad 18. Galland memasukkan cerita ini sebagai kisah tambahan, yang tidak ada di versi-versi sebelumnya.
Galland mendapatkan kisah Aladdin dari seorang pendongeng Arab, meski pendongeng itu tidak pernah menyatakan bahwa Aladdin adalah orang Arab karena kisah itu berlatar di Timur Jauh (China) dan bukan Timur Tengah. Galland sendiri paham hal itu, dan meski tidak ada hubungannya dengan versi asli 1001 Malam, yang tidak akan ditemukan dalam naskah aslinya, Galland tetap memasukkan kisah itu sebagai sebuah kisah tambahan. Namun tanpa disangka, kisah ini justru menjadi salah satu kisah yang paling terkenal, sehingga kita menganggap bahwa Aladdin adalah salah satu bagian dari kisah 1001 Malam.
Kerancuan terhadap asal usul Aladdin terjadi karena banyak tokoh di kisah Aladdin dianggap sebagai seorang Muslim, dengan nama-nama Arab. Nyatanya, dalam versi asli Aladdin, sang putri cantik disebut dengan Badroulbadour, yang dalam bahasa Arab berarti “purnamanya purnama”. Putri cantik itu bukan bernama Jasmine, karena itu adalah nama yang diciptakan oleh Disney, yang membuat identitas Aladdin semakin rancu.
Meskipun terdengar aneh, ternyata bukan hanya Aladdin saja yang bukan merupakan bagian dari kisah 1001 Malam. Dua kisah terkenal lainnya, yaitu kisah Ali Baba dan Sinbad juga bukan merupakan bagian asli dari 1001 Malam. Dua kisah terkenal ini juga merupakan tambahan yang dimasukkan Galland, dan tidak ditemukan dalam naskah aslinya.
Jadi kisah manakah yang sebenarnya terdapat dalam 1001 Malam? Satu kisah yang paling terkenal adalah kisah “Tiga Butir Apel”, yang disebut-sebut sebagai kisah detektif pertama. Pada suatu hari, ditemukan sesosok tubuh perempuan yang dimutilasi, ditemukan dalam sebuah peti kayu. Salah seorang menteri sultan kemudian diminta untuk menyelesaikan kasus itu dalam waktu tiga hari. Jika ia tidak mampu menemukan pembunuhnya, maka dialah yang akan dieksekusi oleh sultan.
Waktu semakin dekat, tapi sang menteri masih belum mampu menemukan pembunuhnya, nyawanya pun menjadi taruhan. Ketika waktu tiga hari itu hampir habis dan nyawanya hampir saja melayang, sang pembunuh yang sesungguhnya muncul di saat-saat terakhir, dan menyelamatkan nyawanya.
Meksipun kisah ini disebut sebagai kisah misteri dan detektif pertama, dengan alur yang rumit, tapi sebagian orang menganggap kisah “Tiga Butir Apel” adalah kisah anti-detektif, karena sang menteri yang diminta untuk menyelesaikan kasus ini tidak melakukan suatu hal yang berarti untuk menyelesaikan kasus ini.
Sumber : interestingliterature/mizan
0 komentar:
Post a Comment