“Jokowi Menggandeng Syiah Sama Dengan Menggadaikan NKRI”
Kalau menyoroti pernyataan Maulana Syed Risvi memberi dukungan kepada Jokowi Dan PDIP, bukan tanpa latar belakang dan cita. Karena Syiah dengan segala muatan politiknya tidak bisa dilepaskan dari tirani pemikiran politik guna melenyapkan “sunni” dan kekuasaannya”, adalah menjadi bagian dari misi dinasti pemikiran dan otopolitik Syiah yang terus berjalan, untuk merebut kembali “Persia Raya” yang terus membayangi orang orangnya, masa kejayaannya, sebelum Islam melumpukan kekuasaan Persia yang tak ada tolok bandingnya di Dunia.
Ada dua pokok pemikiran Persia, setelah kekalahannya melawan serangan Islam, pertama ; menata kembali cita cita Persia Raya yang diasaskan pada Teologi campur sari antara teologi Islam dan teologi paganism Persia, dan merupakan rute perjuangan Islam sejak awalnya, hanya bedanya yang dikendarai Islam adalah teologi mototheisme, sedangkan Persia dengan nama Syiah lebih pada paganism politheisme.
Kedua; Penegakkan dakwah Syiah yang berasaskan politik, dalam menempuh alibi dan wujudnya cita cita “membangun Persia Raya”, dengan menerapkan keyakinan “Imamiyah”, bahwa agama dan Negara harus menyatu dalam kipranya membangun kembali Persia yang telah Hilang. Terutama menumbuhkan pola sentiment dalam diri pengikutnya untuk menjunjung tinggi Syiah hingga mencapai tujuan
Setidak tidaknya “keterbukaan” PDIP, mengundang Syiah bersimpati padanya, tetapi karena ruang dan wilayah pemikiran PDIP terikat dengan “membela wong cilik ‘ atau minoritas, maka Syiah memunculkan dirinya sebagai faksi minoritas yang akan punah yang perlu dilindungi dari sikap, ini juga bagi dari gaya taqiyah Syiah, yang menjadi senjata andalannya.
Jelas sekali syiah yang lebih familiar dengan dunia politik taqiyah, tentunya menempatkan dirinya sebagai kelompok tertindas yang mengharukan partai seperti PDIP , wadah politik yang tidak pandang bulu. Maksudnya partai yang berhaluan liberal dengan tendensius kerakyatan, meskipun kenyataannya tak seperti gambaran PDIP.
Jalaluddin Rahmat masuk PDIP bukan tanpa target, karena sekali saja Syiah menduduki tahta ‘menteri agama, sudah pasti akan ada benang merah bagi para pengikut sunni. Akan banyak larangan pengembangan pemikiran “sunni”, bahkan dipastikan akan merombak banyak hal dalam jajaran departemen agama, untuk lebih luas lagi mencengkram Islam.
Bukan tidak mungkin PDIP itu akan di kudeta oleh Jalaludin Rahmat dengan caranya yang menawan. Terlebih bila melihat keberadaan PDIP, agama bukanlah apa apa di matanya. Sayangnya PDIP tak mau tahu Syiah itu siapa, karena yang penting bisa memberikan kontribusi suara dan memberikan kemenangan kepada PDIP.
PDIP tak membutuhkan Islam untuk memenangkan Suara, PDIP membutuhkan siapa dan apa saja yang bisa mendorong rakyat Indonesia semuanya bisa mendukung PDIP, sehingga kwalitas Insan religi tak menjadi jaminan. Apalagi bicara sesat atau tidak sesat, bukanlah langkah partai ini, meskipun kelak ternyata harus menggadaikan Negara Indonesia ke Negara Negara Syiah tak menjadi masalah, selama mau “membesarkan PDIP”.
Jokowi tak aka pernah sadar, bahwa seorang Jalaludin rahmat sangat berbahaya, bisa merusak Negara kesatuan yang mayoritas “sunni”., Karena juga Jokowi tidak pernah memikirkan akibat yang akan terjadi menimpa bangsa ini, baginya kekuasaan atas nama rakyat itu lebih menggiurkan , sekalipun rakyat tak cerdas dan kritis memahami keadaan negeri ini.
Jika mau bercermin muka pada Irak, akhirnya dominasi syiah sangat luar biasa dalam pemeritahannya, dan kebradaan sunni sangat terancam. Di Yaman, yang sudah mencapai 40 persen dari penduduk negerinya, membuat kekuasaan yang selalu digoyang dan adanya perang sipil , Syiah Sunni.
Belum lagi Suriah, menjadi ladang pemburuan Syiah teerhadap Sunni, tanpa mengenal usia, sasaran empuk syiah menelan siapa saja yang menghalangi misinya, hingga melibatkan Iran dan Hizbullah, hanya untuk menghadapi “sunni” yang ada dinegara itu.
Mungkinkah Syiah di Indonesia akan sama halnya dengan Iran, Irak, Yaman dan Suriah, tentu itu merupakan hukum pasti yang harus dilakukan Syiah, sesuai dengan kitab kitab mereka yang menghalalkan darah dan harta siapa saja yang bukan Syiah. (koepas)
0 komentar:
Post a Comment