Kisah Menegangkan Dalam waktu dua jam militer pro pemerintah dan Polisi sudah dapat memukul Para Kudeta Terhadap Erdogan


Hafidin Achmad Luthfie

Republika online dan Arrahmahnews membuat isu bahwa kudeta di Turki mengandung kejanggalan. Mereka membebek pada media Barat. Mereka heran bagaimana pemberontakan dapat dipukul hanya dalam waktu dua jam dan genap lima jam keadaan sudah dapat dikuasai.

Banyak orang tak paham bahwa sesungguhnya percobaan kudeta tanggal 15 juli 2016 adalah kudeta prematur. Menurut dokumen rahasia yang berhasil disita di markas komando pemberontakan, sebagaimana diberitakan Koran Hurriyet, bahwa sejatinya kudeta dilakukan jam 03.00 dini hari saat semua orang tengah lelap dalam tidur. Tetapi pimpinan komando pemberontak terpaksa memajukan kudeta enam jam lebih awal sebelum jam "H" yang telah ditentukan yaitu pukul 21.00 malam. Penyebabnya adalah kepanikan yang terjadi dikalangan pimpinan komando pemberontak. Setelah mereka mengetahui bahwa Jenderal Hulusi Akar, kepala/panglima angkatan bersenjata Turki, menerima telepon yang menginformasikan adanya gerakan pasukan di luar komando yang disimpulkan bermaksud melakukan kudeta terhadap Presiden Erdogan.

Mendapat laporan itu Jenderal Hulusi Akar langsung menghubungi Jenderal Umit Dundar, panglima angkatan darat pertama dan merupakan orang kedua dalam militer Turki setelah kepala/panglima angkatan bersenjata Turki. Tetapi nasib naas menimpa Jenderal Hulusi. Dia ditangkap dan ditahan pemberontak. Sementara Jenderal Dundar tak berhasil ditangkap.

Jenderal Dundar yang berhasil lolos dari penghadangan militer pemberontak segera menyeberang ke wilayah Turki bagian Asia. Dari markas militer di sana dia melaporkan upaya kudeta pada Presiden Erdogan yang tengah berada dalam pesawat kepresidenan dan dalam perjalanan pulang dari Marmaris menuju Istanbul.

Setelah mendapat laporan dan pemaparan kondisi yang terjadi Presiden Erdogan memutuskan untuk mengangkat Jenderal Dundar sebagai pejabat kepala/panglima sementara karena Jenderal Hulusi Akar ditahan pemberontak. Demikian itu agar tak ada kelowongan puncak pimpinan dan komando militer.

Jenderal Dundar pun mulai melakukan konsolidasi pasukan yang setia dan segera memberikan komando untuk memukul para pemberontak. Dalam waktu dua jam militer pro pemerintah dan dibantu polisi sudah dapat memukul pemberontak. Waktu dua jam tersebut jauh lebih cepat dari waktu yang digunakan Cheves dalam menumpas militer Venezuela yang memberontak padanya. Dan Presiden Erdogan bisa mendarat dengan selamat di Istanbul. Peristiwa Jenderal Dundar ini mirip dengan Jenderal Soeharto yang mendapatkan mandat supersemar kemudian memukul dan menghancurkan PKI.

Faktor lain gagalnya pemberontakan adalah jumlah personil pasukan pemberontak. Dilaporkan oleh Aljazeera bahwa jumlah personil militer Turki yang ikut percobaan kudeta dan pemberontakan hanya berjumlah 20 ribu prajurit.

Secara keseluruhan jumlah personil aktif militer Turki berjumlah kurang lebih 600 ribu prajurit. Bila jumlah tentara yang melakukan kudeta dan pemberontakan berjumlah 20 ribu prajurit maka sama dengan 25 batalyon (dengan asumsi satu batalyon delapan ratus prajurit) atau setara delapan resimen (satu resimen terdiri dari tiga batalyon) atau setara empat brigade (dengan asumsi satu brigade lima ribu prajurit) atau setara satu divisi (dengan asumsi satu divisi sepuluh ribu prajurit).

Dari pemaparan itu jelas bahwa jumlah pasukan militer yang ikut kudeta dan pemberontakan terbilang kecil. Jumlah itu tak sebanding dengan jumlah personil aktif dan cadangan militer Turki.

Kondisi kudeta dan pemberontakan di Turki tersebut dari segi personil mirip dengan G 30 S/PKI yang mencoba melakukan kudeta dan pemberontakan dengan modal lima atau tujuh batalyon.

Faktor lain yang mendukung suksesnya operasi kontra kudeta tersebut adalah keberadaan pasukan khusus atau komando Turki dalam pasukan Jenderal Umit Dundar. Komandan pasukan komando Turki menolak tunduk pada pimpinan pasukan pemberontak. Mereka setia pada penguasa dan pemerintah yang sah. Kemudian pasukan khusus itu bersama militer dari kesatuan lain yang setia dan dibantu korps kepolisian Turki menyerang dan memukul basis dan komando pemberontak.

Keberadaan pasukan khusus juga mirip dengan bergabungnya RPKAD dengan Jenderal Soeharto yang merupakan panglima KOSTRAD dalam menghancurkan PKI.

Faktor lain yang sangat menentukan kemenangan adalah dukungan mayoritas rakyat Turki. Mereka menolak kudeta dengan tegas. Mereka tak mau Turki terpuruk karena ulah bodoh para pemberontak. AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi) dipimpin Erdogan telah mampu menjadikan Turki sebagai kekuatan baru ekonomi dunia. Turki telah berubah menjadi negara yang makmur dan menuju kemajuan ilmu dan teknologi.

Dan Turki sekarang adalah pemain inti yang aktif di kawasan dan juga pemain yang berpengaruh dalam politik regional.

Faktor dukungan rakyat adalah modal paling penting untuk memulihkan keamanan dan menumpas pemberontakan. Kondisi itu mirip dengan dukungan rakyat Indonesia terhadap TNI dalam menumpas dan membasmi PKI di Jawa. Tanpa dukungan rakyat yang mencintai pemimpinnya dan menyambut seruannya untuk melawan kaum pemberontak niscaya ceritanya akan lain. Erdogan bisa jatuh sebagaimana skenario diinginkan Barat, Rusia, dan sejumlah rejim arab.
Saya sendiri memandang bahwa kelompok kudeta dan pemberontak didukung Amerika. Karena sebulan sebelum itu seorang pemikir dan pengamat Amerika sudah meramalkan terjadinya kudeta. Di bawah judul "Kudeta Militer Turki Mendatang" dia membuat prediksi. Karena biasanya pandangan orientalis akan menjadi kebijakan Barat di Dunia Islam.
Sementara proxy yang digerakkan dari militer bisa dari kalangan Ergenoken atau Gulenis dan atau gabungan dari keduanya. Karena mereka punya tujuan yang sama: Jatuhkan Presiden Erdogan. DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment