Strategi Lanjutan Untuk Menggulingkan Pemerintah Turki Paca Gagalnya Kudeta?


Dunia telah menyadari bahwa di tangan kaum Islamis Turki menjadi satu-satunya negara Islam yang telah mencapai perubahan dan pertumbuhan dengan pesat dalam semua sektor kehidupan, baik ekonomi, politik, teknologi-informasi, dsb.

Maka sesuai dengan gagasan “The Clash of Civilisation” dan “The End of History” kehadiran Turki sekarang sangat mengancam eksistensi Peradaban Barat, khususnya Amerika. Apalagi, saat ini politik luar negeri Turki telah sampai pada tahap advokasi dengan melakukan pembelaan terhadap negara-negara Islam yang tertindas, sehingga dalam hal ini Turki menjadi bantu penghalang bagi negara adi daya untuk melancarkan hegemoni mereka.

Rangkaian makar telah dilakukan untuk menggulingkan kaum Islamis di Turki, mulai dari intervensi Rusia, aksi teror, dan yang terakhir kudeta militer, akan tetapi semuanya berakhir dengan kegagalan.

Filosof Islam asal Tunis, Abu Yaareb El Marzouqi melalui situs pribadinya beliau menyampaikan bahwa ada dua pertayaan yang harus kita jawab pasca gagalnya upaya kudeta kemarin, :    

1.     Apa strategi berikutnya yang akan dilakukan oleh pihak musuh setelah upaya mereka gagal?
2.     Apa yang harus dilakukan Turki untuk melewati strategi - strategi lanjutan yang telah disiapkan musuh?

Jawaban dari pertanyaan pertama:

Menurut Abu Yaarub, seperti biasa ketika musuh gagal mewujudkan tujuan mereka dengan strategi pukulan maut, maka ia akan beralih menggunakan strategi perang lanjutan yang dalam istiah Ibnu Kholdun disebut ‘Al Harbu Al muthowal’.

'Al harbu Al Muthowal' adalalah perang yang dilangsungkan untuk menunda kekalahan, menghambat kemenangan lawan atau untuk merebut bola kembali dari tangan lawan, kemudian melakukan serangan balik untuk menghancurkannya.

‘Perang Penundaan’ itu akan dilangsungkan dalam dua bentuk: a) bentuk lunak, yaitu dengan  menyebarkan isu dan propaganda untuk memecah kekuatan dari dalam. b) bentuk ekstrim, yaitu dalam bentuk embargo ekonomi dan diplomasi.

Tema propaganda pertama yang akan diangkat oleh para kudetor dalam  perang ini adalah mengganggu dan memperburuk citra pemerintah Turki terkait kebijakan mereka atas pelaku kudeta. Proaganda ini dilakukan dengan menggunakan perangkat HAM, Negara Hukum, dan perangkat lainnya yang sering dugunaan dalam propaganda.

Propaganda ini tidak hanya betujuan untuk mencemarkan nama baik pemerintah Turki saja, namun juga memiliki dua tujuan berikut:

a) memberikan ‘nafas’ bagi para penghianat.
b) menghalang-halangi proses pembersihan di dalam struktur pemerintahan, sehingga hal ini menjadikan masalah yang dihadapi semakin konflek.

Kalau kita perhatikan lebih dalam, menurut logika di atas, menyebarnya isu bahwa upaya kudeta militer di Turki adalah sandiwara yang dilakukan Erdogan--untuk memperkuat kedudukan pemerintahannya--merupakan bagian dari propaganda musuh agar mereka bisa 'cuci tangan' dari penghianatan yang telah mereka lakukan kemudian menjadikan lawan sebagai kambing hitam.

Maka kalau kita urut ada 5 fase yang akan dilewati musuh dalam ‘Perang Penundaan’ bentuk lunak ini:

Fase pertama adalah fase menangkal dan mengingkari semua tuduhan yang dialamatkan pada pelaku kudeta dan membela hak-hak mereka melalui jalur diplomasi. Strategi ini bisa disebut juga dengan ‘logika kemunafikan diplomasi’ yang seringkali diterapkan oleh Barat.

Fase kedua adalah mengganggu proses pembersihan yang telah kita singgung di atas. Di mana setiap negara yang mengalami kudeta wajib baginya melakukan pembersihan struktur pemerintahan dari para penghianat, dan bagi pihak musuh hal ini tidak boleh dibiarkan.

Fase ketiga, yaitu fase ‘masyarakat civil’ internasional dan kebijakan-kebijakan, dengan klaim terjadinya pelanggaran HAM yang menimpa para kudetor. Strategi ini kebalikan dari strategi yang mereka terapkan kepada Sisi dan Basyar, di mana mereka menutupi semua pelanggaran HAM yang dilakukan oleh kedua penguasa diktator itu.

Kemudian fase keempat adalah fase pengadilan internasional yang akan menentang pemerintah Turki dan para pemimpinnya.

Fase kelima adalah fase meletakkan ‘lelucon’ hukum internasional terkait dengan sangsi pelanggaran.

Demikian tahapan-tahapan dari ‘Perang Penundaan’’ dalam bentuk lunak. Dan tentunya perang bentuk ini akan selalu dibarengi dengan ‘Perang penundaan’ dalam bentuk ektrim yaitu yang akan diterapkan dengan penekanan terhadap aset-aset perekonomian Turki. Seperti dana investasi, energi, pariwisata, pasar, dsb.

Adapun jawaban dari pertanyaan kedua (bagaimana setrategi yang akan diterapkan Turki untuk melawan strategi musuh di atas).

Pertama, Pemerintah Turki harus memiliki penangkal internal sehingga mereka menjadi ditakuti oleh para musuhnya, di dalam maupun di luar. Dan disini pemerintah punya satu kekuatan yang tidak bisa dikalahkan oleh musuhnya yaitu dukuangan Rakyat.

Kedua, mencari sekutu yang mampu mendukung Pemerintah Turki melawan segala rencana jahat di atas. Dalam situasi genting seperti ini, Pemerintah Turki tidak boleh berdiri sendirian, namun harus di dukung oleh patner yang akan menguatkan langkah-langkahnya. Terutama dalam proses pembersihan struktur pemerintahan.

Patner yang seharusnya mendampingi Turki adalah kaum Islamis yang tersebar di Dunia Islam, hal ini seiring dengan kesamaan perjuangan dan tujuan. Akan tetapi seperti yang kita saksikan sendiri kondisi kaum Islamis di Dunia Islam masih berada dalam tekanan penguasa diktator dan rezim sekuler, sehingga mereka tidak memiliki ruang gerak yang cukup untuk memberikan dukungannya kepada Turki.

Maka Turki perlu mencari alternatif lain yang bisa dijadikan sekutu, seperti India dan China, kedua negara besar ini adalah dua negara yang sedang menjadi ancaman hegemoni Barat.

Penulis percaya bahwa para pemimpin dan rakyat Turki yang telah melewati 5 kali kudeta memiliki segudang cara untuk menangkal setiap makar yanng telah disiapkan oleh musuh-musuh mereka. Namun sekali lagi dalam situasi daurat seperti ini, diamana para pengkhianat menikam dari dalam, dan para musuh merong-rong dari luar, Pemerintah Turki tidak cukup menghadapi musuh sendirian.

Wallahu ‘alam bisshowwab.

Semoga Allah menjaga Turki dari tangan orang-orang jahat. Amin !  

By: Nurfarid DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment