Trend Caleg Masa Kini
Tadi pagi saya baca koran Prabumulih Pos. Pada halaman depan terdapat berita bahwa “PKS Kembali Tidak Dapat Kursi”. Ketika saya membaca berita ini, langsung teringat saat terjadi pembicaraan dengan salah satu warga prabumulih, sebelum pemilu kemarin. Perbicangan hangat setelah shalat berjama’ah di suatu masjid. Dia seorang laki-laki setengah baya yang tidak perlu saya sebut namanya.
Ditengah pembicaraan tentang politik, bapak tersebut menyampaikan rasa simpatinya dengan PKS. Namun lanjut dia meyampaikan, “PKS gak akan menang kalau gak ngikutin trend masa kini”. Mendengar perkataan bapak itu saya agak kaget dan bertanya, “Trend apa maksudnya pak?”. “Iya, trend seperti apa yang dilakukan oleh para Caleg dari partai lain, menang dengan cara membeli suara warga. Biasanya pasaran di kota prabumulih itu berkisar 200-400 ribu rupiah per DPT”. “Kok bisa pak?” tanya saya. “Memang udah menjadi rahasia umum di kota Prabumulih. Mungkin karena putus asanya masyarakat sama bejatnya para caleg kita, klop!” jawabnya. Lalu saya kembali bertanya, “Terus bapak pernah terima uangnya?. “Yah namanya ditawarin duit dek, saya ambil aja”. Semakin saya penasaran, saya pun lanjut bertanya, “Memangnya Caleg PKS gak ikut trend itu pak?”. “Setau saya PKS gak pernah ikut-ikut trend itu”, jawabnya. “Loh kok bapak bisa tau?” tanya saya. “Karena sejauh ini tidak pernah ada timses / caleg PKS yang menawarkan untuk membeli suara saya, makanya saya simpati sama PKS” jawabnya. “Pernah ada yang dateng ke rumah saya, tapi hanya sekedar sosialisasi aja” lanjutnya.
Istighfar saya dalam hati. Walaupun sudah menjadi rahasia umum di kota Prabumulih ini. Sampai begitu bejatnya para caleg dan sebegitu apatisnya warga prabumulih, sehingga suara pemilu pun bisa diperjualbelikan. Bahkan dengan harga yang murah. Jika untuk mendapatkan 1 kursi di DPRD butuh 1500 suara, maka caleg tersebut minimal membutuhkan uang sebanyak 600 juta rupiah (asumsi 400 ribu rupiah / DPT), bahkan mungkin lebih. Setelah menjadi anggota parlemen, tinggal berfikir bagaimana mengembalikannya. Tentu jika hanya mengandalkan gaji anggota parlemen saja tidak cukup. Na’dzubillah..
Mungkin yang dikhawatirkan oleh Bapak tersebut akhirnya terjadi juga. Jika berita di koran Prabumulih Pos ini benar, pemilu kali ini PKS kembali tidak mendapatkan kursi di tingkat DPRD Kota Prabumulih. Bukan karena kegagalan, bukan karena ketidakmampuan, namun karena suatu idealisme. Idealisme dengan penuh pengharapan ridho ilahi. Karena, buat apa menjadi anggota parlemen jika Allah tidak meridhoi. Wallahua’lam..
DW
0 komentar:
Post a Comment