MENGAPA GULENIS GAGAL?


Oleh : Ahmad Dzakirin

Survey Pew Institute merilis bahwa hampir 80 persen masyarakat Turki adalah kelas menengah. Dua pertiganya, masyarakat yang dikategorikan relijius karena mengerjakan shalat dan tidak minum alkohol. Kemenangan AKP dalam pemilu lokal setidaknya merefleksikan dua hal:

Pertama, pilihan independen kelas menengah Turki yang menghendaki stabilitas dan kontinuitas pembangunan Turki. Mereka tidak mau mempertaruhkan kepemimpinan dan masa depan Turki ditangan kelompok oposisi yang sama sekali tidak kredibel. Erdogan dalam pidato kemenangannya menyindir bahwa jika bukan karena isu korupsi maka tidak ada yang dapat dikampanyekan kelompok oposisi dalam pemilu lokal.

Serangan bertubi-tubi atas kasus korupsi diharapkan menjadi semacam window of opportunity bagi kelompok oposisi untuk memperoleh keberuntungan politik dalam pemilu lokal kali. Hanya saja, kelompok oposisi sekuler, CHP dan MHP dalam pandangan publik Turki telah kehilangan momentum disepanjang berdiri Republik Turki yang super sekuler. Sebagai sisi koin yang berbeda, AKP juga akan ditinggalkan konstituennya jika gagal memenuhi ekspektasi publik. Keterpilihan AKP dalam tiga kali pemilu berturut-turut dapat dibaca sebagai pemberian mandat dan kepercayaan publik karena kinerja dan performan partai berbasis Islam ini.

Kedua, kemenangan AKP sejatinya merefleksikan keadaan sosio-kultural Turki yang sebenarnya. Konstituensi AKP merepresentasikan segmentasi terbesar masyarakat Turki yang relijius. Mereka bangga menjadi bagian Barat yang rasional dan kosmopolit sebagaimana bangga menjadi seorang Muslim. Kelindan dua aspek ini dalam banyak hal menjelaskan kenapa kampanye anti AKP kelompok Gulenis yang kuat secara sosial dan finansial tidak banyak mempengaruhi preferensi pilihan kelompok menengah relijius tersebut. Mayoritas pemilih konservatif tidak begitu tertarik dengan propaganda anti AKP yang dilancarkan kelompok Gulenis.

Menurut pandangan kolumnis harian sekuler Hurriyet, Ahmet Hakan, setidaknya ada 10 alasan mengapa kalangan menengah konservatif tidak begitu menghiraukan propaganda Gulenis. Diantara pelbagai alasan itu adalah:

1. Tempat tinggal Fethullah Gulen di Pennsylvania, AS merupakan problem tersendiri. Sebelum pecah kongsi, Erdogan sendiri pernah menyerukan mantan sekutu politik itu untuk kembali ke tanah air, namun ajakan itu ditampiknya. Kini, publik melihat Gulen tidak lagi independen dan dalam banyak hal bahkan dinilai sebagai kepanjangan kepentingan asing.

2. Pilihan politik Gulenis bersekutu dengan partai sekuler, CHP dalam pemilu lokal adalah pilihan taktis yang salah dan tidak akan mempengaruhi pilihan kelompok konservatif. CHP adalah partai yang memiliki rekam jejak anti Islam, sekalipun ada kecenderungan moderasi pada akhir-akhir ini.

3. Para Gulenis memang memiliki pengaruh kuat dalam birokrasi, namun kokohnya mereka dalam birokrasi tidak serta merta berkorelasi dengan preferensi pilihan publik.

4. Alasan utama dibaliknya kuatnya pengaruh Gulenis adalah karena mereka berkoalisi dengan AKP, maka seiring pecahnya koalisis maka pengaruh merekapun meredup,

5. Kelompok Gulenis gagal menarik dukungan pelbagai kelompok Islam lainnya dalam kampanye anti pemerintah,

6. Kampanye anti korupsi atas pemerintahan Erdogan datang secara tiba-tiba sehingga publik menafsirkan adanya kepentingan politik dibalik propaganda tersebut.

7. Para Gulenis gagal menjelaskan kepada publik mengapa sebuah gerakan keagamaan begitu berobsesi menggusur kepala intelejen Turki, Hakan Fidan. DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment