Ahok mengira Said Aqil Lebih Berpengaruh di NU dari pada Kyai Makruf
Terdakwa kasus penistaan agama Basuki T. Purnama dinilai sengaja memperlakukan Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin tidak pantas pada saat persidangan Selasa lalu. Dia sadar memojokkan kiai sepuh tersebut.
"Pemojokan kiai sepuh tersebut seirama dengan pengadilan yang sampai tujuh jam memaksa kiai tersebut di dalam sidang Ahok. Padahal beliau cuma saksi. Maksudnya jelas, untuk menekan psikologis kiai yang telah membuat fatwa yang akhirnya mentersangkakan Ahok," jelas Direktur The Indonesia Reform Institute, Syahrul Effendi Dasopang, (Kamis, 2/2).
"Hitungan mereka adalah, setelah Habib Rizieq, Kiai Ma’ruf Amin harus kena juga. Karena telah menghalangi kemenangan politik mereka," sambung mantan Ketua Umum PB HMI ini menganalisa.
Ahok dan timnya berani berbuat demikian karena mengira Kiai Ma'ruf hanya satu faksi yang tak berpengaruh di tubuh NU. Rais Am PBNU itu diasosiasikan bertentangan dengan faksi Ketua Umum KH. Said Aqil Siroj.
"Jadi jika diambil, hitungan mereka sikap nahdliyyin akan terbelah. Dengan terbelah, mereka mendapat keuntungan ganda. Memecah nahdliyyin sekaligus memamerkan bahwa mereka tak terkalahkan," ungkap Syahrul.
Namun, di luar perkiraan, jangankan terbelah, malah menimbulkan simpati yang luas dan bulat terhadap kiai keturunan ulama besar Nawawi Al-Bantani tersebut. Pemuda NU yang tergabung dalam GP Ansor yang tadinya digambarkan pro Ahok, tiba-tiba ikut mengecam. Bahkan mantan Presiden SBY bereaksi secara terbuka.
"Sadar Ahok makin terpojok dan memperluas barisan musuh baginya, tiada lagi yang dapat dilakukan kecuali minta maaf. Tertulis lagi, supaya terkesan menyesali," tandasnya.
0 komentar:
Post a Comment