Di mana dan Kapan Rumah Sakit Islam Pertama Dibangun?
Pembangunan rumah sakit Islam pertama oleh Harun Al-Rasyid pada masa awal abad ke-9, mengikuti model Persia, seperti yang ditunjukkan oleh kosakata bahasa arab bîmâristân[1] . Seorang tokoh dokter yang berperan penting di rumah sakit ini adalah Sinan ibn Tsabit ibn Qurrah. Pada masa itu perhatian terhadap dunia kesehatan publik cukup besar. Kualitas dari staf dokter ditingkatkan dengan memeriksa semua dokter praktik dan memberikan sertifikat (tunggal ijazah) kepada setiap dokter yang dipandang memberikan pelayanan yang memuaskan. Sekitar 860 dokter di Baghdad dinyatakan lulus tes, sehingga kerajaan bebas dari dokter-dokter yang tidak berijazah. Tidak lama setelah itu rumah sakit di seluruh dunia Islam bertambah menjadi 34 buah.
Kairo membangun rumah sakit pertama pada masa Ibn Thulun sekitar 872 yang bertahan hingga abad ke-15. Klinik keliling muncul abad ke-11. Rumah sakit Islam memiliki ruang khusus untuk perempuan dan dilengkapi dengan gudang oabt-obatan. Beberapa di antaranya dilengkapi perpustakaan kedokteran dan menawarkan kursus pengobatan. Beberapa penulis bidang kedokteran yang berasal dari Persia menulis dalam bahasa Arab adalah ‘Ali al-Thabari, al-Razi, ‘Ali ibn al-‘Abbas al Majusi dan Ibn Sina, menghiasi ruang besar Fakultas Kedokteran di Universitas Paris.
‘Ali ibn Sahl Rabban al-Thabari yang hidup pada pertengahan abad ke-9, pada awalnya seorang Kristen dari Tabaristan tapi pada masa pemerintahan al-Mutawakkil, ia masuk Islam dan menjadi dokter pribadi khalifah. Pada tahun 850 ia menulis bukunya yang berjudul Firdaws al-Hikmah (Surga Hikmah), salah satu kompendium obat-obatan tertua dalam bahasa Arab.
Setelah ‘Ali muncul Razi, seorang filosof-teolog dan dokter terkenal bernama Abu Bakr Muhammad ibn Zakariyya al-Razi (Rhazes, 865-925), yang biasa disebut al-Razi sesuai dengan tempat kelahirannya, Rayy dekta Teheran, ibukota Iran. Ia dipandang sebagai penemu prinsip seton dalam operasi. Menurut Fihrist al-Razi telah menghasilkan karya 113 buku tebal dan 28 judul buku tipis, yang 12 diantaranya membahas ilmu kimia. Salah satu karya utamanya dalam bidang kimia, Kitab al-Asrar (buku tentang rahasia). Beberapa monograf karya al-Razi yang paling terkenal adalah risalah tentang bisul dan cacar air (al-judari wa al-hashah) dan menjadi karya pertama dalam bidang tersebut, serta dipandang sebagai mahkota dalam literatur kedokteran Arab. Di dalamnya terdapat catatan klinis pertama tentang penyakit bisul.
Karya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di Venesia (1565) kemudian ke dalam beberapa bahasa modern. Risalah ini telah membangun reputasi al-Razi sebagai pemikir orisinal paling tajam dan dokter terbesar bukan saja dalam Islam tetapi juga pada Abad Pertengahan. Karya utamanya adalah al-Hawi (buku yang komprehensif), yang pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan mendapat dukungan dari Dharles I dari Anjou, oleh seorang dokter Yahudi dari Sisilia, Faraj ben Salim pada 1279. Dengan judul Continens, buku ini dicetak ulang sejak 1486, yang edisi kelimanya terbit di Venesia pada 1542. Seperti yang tercermin dari judulnya, buku ini dimaksudkan sebagai ensiklopedi kedokteran. Selain merangkum pengetahuan kedokteran Yunani, Persia dan Hindu yang telah dikuasai oleh orang Arab saat itu, buku itu juga memuat kontribusi orisinal dalam bidang kedokteran. Karya-karya al-Razi tentang kedokteran ini selama berabad-abad telah memberi pengaruh besar terhadap pemikiran orang Barat Latin.
‘Ali ibn al-‘Abbas (Haly Abbas, w. 994) awalnya menganut ajaran Zoroaster, hal ini terlihat dari namanya, al-Majusi, dikenal sebagai penulis buku al-Kitab al-Maliki (buku raja, Liber regius), yang ia tulis untuk raja Buwayhi, ‘Adhud al-Dawlah Fanna Khusraw yang memerintah antara 949 hingga 983. Karya ini yang disebut sebagi Kamil al-Shina’ah al-Thibiyah sebuah kamus penting yang meliputi pengetahuan dan praktik kedokteran, isinya lebih ringkas dengan al-Hawi.
Karya yang muncul berikutnya ditulis oleh Ibn Sina yakni al-Qanun. Bagian terbaik dari buku al-Maliki membahas hal ihwal makanan bergizi dan perawatan medis (materia medica). Diantara sumbangan utamanya adalah konsep awal tentang sistem pembuluh darah kapiler dan pembuktian bahwa pada saat persalinan, seorang bayi tidak keluar dengan sendirinya, tapi didorong oleh kontraksi otot dalam rahim.
Dalam catatan kedokteran Arab nama yang paling terkenal setelah al-Razi adalah Ibn Sina (Avicenna, yang masuk bahasa Latin melalui bahasa Ibrani, Aven Sina, 980-1037) yang disebut orang Arab sebagai al-syaikh al-ra’is, “pemimpin” (orang terpelajar) dan “pangeran” (para pejabat). Al-Razi lebih menguasai kedokteran dibanding Ibn Sina, namun Ibn Sina lebih menguasai filsafat daripada al-Razi. Dalam diri seorang dokter, filosof, dan penyair inilah ilmu pengetahuan Arab mencapai titik puncaknya dan berinkarnasi. Ibn Sina menghabiskan masa hidupnya di bagian timur dunia Islam dan dimakamkan di Hamdan. Ketika muda, ia berhasil menyembuhkan sultan dinasti Samaniyah di Bukhara, Nuh ibn Manshur (memerintah 976-997), sehingga ia diberi hak istimewa untuk menggunakan perpustakaan besar milik raja. Sarjana Islam dari Persia ini mulai menulis buku sejak usia 21 tahun.
Tulisan Ibn Sina meliputi sistematisasi pengetahuan pada masanya. Al-Qifthi hanya menyebutkan 45 karya Ibn Sina; namun seorang penulis biografi modern menyebutkan lebih bdari 200 karya Ibn Sina yang mencakup tentang filsafat, kedokteran, geometri, astronomi, teologi, filologi dan kesenian. Di antara karya puisinya ynag terkenal adalah puisi bersajak yang menggambarkan “turunnya jiwa ke dalam tubuh dari tempat yang lebih tinggi” dan terus dihafal oleh mahasiswa muda di Timur Arab. Di antara karya-karya ilmiahnya, dua bukunya yang paling unggul adalah Kitab al-Syifa’ (buku tentang penyembuhan), sebuah buku ensiklopedia filsafat yang didasarkan atas tradisi Aristotelian yang telah dipengaruhi oleh neo-Platonisme dan teologi Islam, serta al-Qanun fi al-Thibb, yang merupakan kodifikasi pemikiran kedokteran Yunani-Arab.
Teks berbahsa Arab dari buku al-Qanun diterbitkan di Roma pada 1593 dan kemudian menjadi salah satu buku berbahasa Arab tertua yang pernah diterbitkan. Buku ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahsa Latin oleh Gerard dari Cremona pada abad ke-12, dengan seluruh kandungan ensklopedisnya, susunan yang sistematis dan penuturannya yang filosofis, menempati posisi penting dalam literatur kedokteran masa itu, menggantikan karya-karya Galen, al-Razi dan al-Majusi serta buku teks pendidikan kedokteran di sekolah-sekolah Eropa. Pada 30 tahun terakhir abad ke-15, buku itu teah mengalami 15 kali cetak ualang dalam bahasa Latin dan 1 kali dalam bahasa Ibrani.
Beberapa tahun belakangan buku itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Buku itu membedakan antara mediastinum dan pleurisy (pembengkakan pada paru-paru) dan mengenali potensi penularan wabah phthisis (penyakit saluran pernafasan, terutama asma dan TBC) melalui pernafasan dan penyebaran berbagai penyakit melalui air dan debu. Buku itu memberikan diagnosis ilmiah tentang penyakit ankylostomiasis dan menyebutkan cacing pita sebagai penyebabnya. Obat-obatan yang disebutkan dalam buku itu berjumlah sekitar 760 macam. Dari abad ke-12 hingga abad ke-17, buku itu telah menjadi paduan utama ilmu kedokteran di Barat, dan masih digunakan di dunia Timur Islam. Dalam ungkapan Dr Osler buku itu telah menjadi “kitab suci kedokteran dalam waktu yang lebih lama daripada karya-karya lainnya”.
Salah satu buku kedokteran yang juga populer adalah karya ‘Ali ibn Isa (Jesu Haly) seorang ahli mata (kahhal) terkenal bangsa Arab. Ia seorang Kristen hidup di Baghdad pada paruh pertama abad ke-11. Di antar 32 buku berbahasa Arab pada Abad Pertengahan tentang kedokteran mata, karyanya yang berjudul Tadzkirah al-Kahhalin (Catatan untuk Para Ahli Mata) yang kini bisa dijumpai dalam bentuknya yang utuh dan orisinal, merupakan salah satu buku tertua dan paling berharga. Tadzkirah menjelaskan dengan cermat 130 macam penyakit mata. Buku itu diterjemahkan 1 kali dalam bahsa Ibrani dan 2 kali ke bahasa Latin dan terus digunakan di dunia Timur untuk jangka waktu yang cukup lama.
Terdapat dokter lainnya Ibn Jazlah (Bengesla, Byngezla, w. 1100) yang awalnya beragam Kristen. Ia menulis sebuah sinopsis medis yang berjudul Taqwin al-Abdan fi Tadbir al-Insan (Tabel Tubuh Yang Terkait dengan Pengaturan Fisik Manusia) yang pola penyusunannya meniru pola buku Taqwim al-Shihhah. Karya dokter Kristen lainnya, Ibn Buthlan yang meninggal di Antiokia sekitra 1063. Dalam buku Taqwim, nama penyakit disusun seperti susunan nama-nama bintang dalam tabel astronomi. Karya Ibn Jazlah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di Strassburg pada 1532.
Selain terdapat dokter Ya’qub ibn Akhi Hizam, ahli kuda al-Mu’tadhid (892-902) yang menulis risalah tentang perawatan kuda (al-Furusiyah wa Syiyat al-Khayl) yang merupakan karya berbahasa Arab tentang kuda. Buku itu memuat tentang cikal bakal seni merawat kuda dan kini manuskripnya disimpan di Inggris.
===========================================
[1] Bahasa Persia, bîmâr = sakit dan stân = tempat
0 komentar:
Post a Comment