Puncak Derita Muslim Sunni
BY: Nandang BUrhanudin
****
Muslim Sunni, satu-satunya elemen agama di dunia yang tidak memiliki negara. Dibandingkan dengan Syiah, mereka memiliki negara dengan proyek-proyek mercusuar dan tersebar di 44 negara. Targetnya jelas, menyebarluaskan paham Syiah dan menjadikannya sebagai ideologi negara dan berbangsa.
Nasib Muslim Sunni tertinggal jauh dari nasib bangsa beragama Budha, Kongfuchu, Sikh, Hindu, terlebih dengan Kristen atau Katolik. Semua agama di atas memiliki dukungan negara. Malah paham semisal Komunisme, Sosialisme, Liberalisme, berada dalam puncak kejayaan. Sedangkan Muslim Sunni justru menjadi bangsa yang makin terpinggirkan.
Uniknya. Semua agama memiliki negara, tanpa memedulikan sistem yang digunakan. Ada kerajaan Budha semisal di Thailand. Republik Theokrasi semisal di Vatikan. Demokrasi Theokrasi semisal di Iran. Juga demokrasi Hindu di India, demokrasi Kongfuchu di Singapore, demokrasi komunisme di China, hingga diktator absolut komunis di Korea Utara.
Kecuali Turki, Muslim Sunni hampir tidak memiliki negara. Syiria-Irak-Libanon-Yaman, kini dikuasai SYiah. Mesir-Jordania-Teluk dikuasai Yahudi-Salibis. Tragisnya semua negara-negara Arab Sunni benar-benar luluh lantah. Sedangkan Indonesia dan Malaysia, adalah negara Muslim Sunni yang mengakomodasi semua kepentingan agama lain tanpa terkecuali. Semua berkat ketiadaan stok pemimpin dan hasil dari proyek paham antidemokrasi di dunia Islam. Hingga kekuasaan di dunia Islam yang demokratis, dikuasai non Islam.
Maka wajar, bila Erdogan tegas-tegas mengatakan, Turki menjadi target perang saudara dan penghancuran luar dalam. Diprediksi, Erdogan dan AKP akan kembali menang mudah dan telak dalam Pemilu yang tidak akan lama lagi digelar. Maka wajar bila Erdogan dan AKP menjadi sorotan, baik yang ekstrim kanan hingga ekstrim kiri. Namun targetnya sama-sama, yaitu membuat Muslim Sunni tidak memiliki kekuasaan di negerinya sendiri.
Sudah terbukti, AS-Eropa tidak peduli dengan sistem apapun yang berlaku di dunia Islam. Mau kerajaan, kesultanan, diktator, atau demokrasi sekalipun. Asal dengan satu syarat: menjadi pengabdi kepada kepentingan AS-Eropa. Oleh karena itu, AS-Eropa justru membuat skenario kudeta atas pemimpin yang dipilih secara demokratis. AS-Eropa justru membiarkan pembantaian, pelanggaran HAM, bahkan penistaan atas nama kemanusiaan terjadi di Mesir dan negara-negara Sunni.
Jadi kawan, Indonesia dibiarkan bebas berdemokrasi karena pemenangnya selalu orang Liberal-Sekuler-Komunis dan anti Islam. Semua berkat kalangan umat Islam sendiri yang anti-Pemilu anti demokrasi dan memilih Golput.
Anehnya, paham antidemokrasi yang digelorakan harokah tidak-tidak hanya marak di negara-negara yang diprediksi akan dimenangkan oleh umat Islam. Gerakan musiman seperti inilah yang selalu menggembosi umat Islam. Mereka tidak akan pernah bertanggungjawab dengan tuduhan dan serangan fitnah, seperti mereka tidak bertanggungjawab dengan pembantaian dan kondisi chaos di Mesir saat ini. Karena amar makruf nahyi munkar hanya berani dilakukan di era demokrasi dan kepada penguasa muslim saja.
0 komentar:
Post a Comment