Indonesia U-19 VS Timnas Indonesia Senior


(Pelajaran Bagi Aktivis Dakwah)
By: Nandang Burhanudin
****

Tim junior U-19, benar-benar menjadi pelipur lara bangsa Indonesia yang sepi prestasi dan minim arti. Sekian lamanya masyarakat Indonesia disuguhi santapan korupsi, pembunuhan, mutilasi, korban kezhaliman penguasa, kolusi pengusaha-penguasa, hingga suara-suara agitatif yang sedikitpun tak mampu menghibur apalagi membikin kenyang masyarakat kecil.

Tim junior U-19 kini adalah magnet. Membuat sekian puluh juta rakyat Indonesia bertepuk dada. Senyum lebar tersungging. Peluh keringat seakan berbau kesturi. Lain halnya dengan timnas senior. Semua seakan tak lagi peduli. Mau menang mau kalan. EGP aja! Timan Senior sudah habis masa berlakunya! Expired! Yang tersisa hanya lincah dalam berkeluh kesah. Hobinya dilayani dan enggan melayani! Yang dikejar popularitas dan materi! Garuda tak lagi mampu menjadi penyemangat bara api perjuangan!

Dalam dunia dakwah pun, kita dapat melihat. Ternyata umur kehidupan itu sedikit banyak mempengaruhi daya juang dan kegesitan. Terlalu lama seseorang duduk di kursi empuk. Mendapat pelayanan dan kehormatan sekian lamanya, maka tanpa sadar akan membikin mabuk. Ujung-ujungnya misi-visi dakwah akan bercampur aduk. Antara idealisme memperjuangkan Izzul Islam wal Muslimin melalui ragam aktivitas dakwah yang telah lama dibentuk. Namun ujung-ujungnya, dakwah bukan makin berbentuk, malah semakin terkantuk-kantuk!

Maka wajar bila dakwah baginda Rasul selalu ditopang usia belia; 15-17 tahun sudah menjadi punggawa bahkan panglima. Senior tidak lagi meemgang segala jabatan! Seakan enggan berbagai dengan juniornya! Umar bin Khatthab selama hidupnya tidak pernah menjadi panglima tempur! Demikian dengan Abu Bakar Shiddiq. Rangkap jabatan seakan tabu di zaman dahulu! Namun kini, seorang itu bisa merangkap 3-10 jabatan! Seakan dirinya adalah superman/superwoman! Sedangkan yang junior hanyalah batu bata, yang nasibnya diinjak ... diinjak ... untuk meninggikan dirinya!

Karena itulah, mudah kita ketahui, regenerasi dalam aktivitas dakwah di seluruh orgasnisasi di Indoensia ini mirip dengan regenerasi di TIMNAS. Mandek, stagnan, dan jalan di tempat! Kita akan menemukan wajah-wajah 4 L (Loe Lagi Loe Lagi). Penyegaran seakan tiada! Maka jangan harapkan tercapainya kegesitan dalam percaturan di gelanggang kehidupan.

Generasi muda di MEsir saja, kini telah menjadi lokomotif dari gerbong revolusi! Mursi saat menjadi Presiden, memilih PM-Nya Hisyam Qandil saat usianya masih 37-38 tahun. PM termuda sepanjang sejarah Mesir. Bahkan Menteri Logistik Basseem Audah lebih muda lagi, kisaran 34-35 tahun. Mereka pun membuktikan, kapasitas anak muda bisa melebihi kinerja orangtua yang sudah terbatuk-batuk tadi.

Kini, Indonesia harus dipimpin anak muda kisaran 25-45 tahun. Jika dipimpin kepada generasi SBY-ARB-HT-Wiranto-JK-maka Indonesia akan mundur jauh ke belakang. Sebagaimana dakwah, jika anak muda dipinggikran, maka nasibnya akan seperti timnas senior; tergopoh-gopoh dan mudah terkecoh!

Wallahu A'lam DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 komentar: