Makin Dapat Tempat di Amerika, Lebaran Mulai Dijadikan Hari Libur


Jika di Pakistan Idul Fitri sudah bertahun-tahun ditetapkan sebagai pekan libur nasional dan di Indonesia mendapat jatah dua hari libur nasional, baru beberapa kota di Amerika yang menetapkan Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari libur. Di Eropa malah belum ada kebijakan negara tentang ini meski setiap pemerintahan negara-negara di Eropa memberi penghormatan dengan cara berbeda-beda.

Penetapan libur juga belum lama, untuk pertama kalinya dalam sejarah berdirinya negara Amerika Serikat sejak tahun 1776 lalu, baru pada Kamis 24 September 2015 Pemkot New york memutuskan meliburkan sekolah-sekolah untuk menghormati hari raya umat Islam Idul Adha 1436 Hijriya. Artinya belum terlalu tersosialisasi apalagi kota lain belum melakukan hal yang sama. Pada tahun 2016 ini, baru saja diumumkan Idul Fitri dan Idul Adha sebagai 'public holyday'.

Sebelum ada kebijakan libur pada hari lebaran di Amerika, perayaan lebaran memang tidak semeriah di Asia karena Idul Fitri sebelumnya bukan hari libur nasional. Saking ‘flat-nya’ terkadang umat Islam di negara Paman Sam ini tidak tahu persis waktu masuknya Idul Fitri. Memang pada saat shalat Idul Fitri tampak ribuan umat Islam keluar rumah untu meninaikan shalat berjamaah, kemudian bersalam-salaman, lalu kembali sepi.

Selain digilas kesibukan kerja hingga tidak ada penyambutan khusus terhadap datangnya hari lebaran, di Amerika memang belum mentradisi. Hal ini karena sebagian besar muslim Amerika adalah imigran dan pendatang yang dalam waktu tertentu kembali ke tanah air masing-masing.

Untuk mengetahui datangnya Ramadhan dan 1 Syawal biasanya hanya diperoleh melalui masjid dan komunikasi antar komunitas muslim melalui sarana telekomunikasi seperti telepon maupun internet berupa email atau website.

Setelah mengetahu masuknya tanggal 1 Syawal, biasanya akan bangun pagi-pagi, sarapan kemudian berangkat ke masjid, ballroom hotel atau lapangan untuk Shalat Id dengan mengenakan pakaian beragam sesuai asal pemakainya, misalnya yang dari Arab akan akan berjubah, yang dari Asia mengenaka stelan kemeja dan lainnya.

Selesai shalat, dilanjutkan dengan saling mengucapkan Happy Eid atau Eid Mubarak antar sesama jemaah Shalat Id, para kenalan dekat dan kaum kerabat, bersalam-salaman. Tidak ada ‘bedug’ apalagi takbir keliling. Tidak ada tradisi makan bersama. Selesai shalat, silaturahim kemudian kembali ke aktivitas masing-masing. Lebaran di Amerika seperti usai melaksanakan shalat jumat di tanah air. Meriah sejenak lalu hilang sepi karena penduduk kembali menyebar.

Meski demikian, biasanya pemerintah setempat memberi penghormatan kepada umat Islam yang berlebaran. Misalnya, Empire State Building di New York City, Amerika Serikat lampu-lampunya disetel memancarkan lampu-lampu berwarna hijau sebagai penghormatan terhadap hari raya Idul Fitri. Seperti yang mereka lakukan pada hari raya Idul Fitri sejak tahun 2007.

Demikian juga di Eropa, rata-rata perayaan lebaran di negara-negara Eropa yang memiliki komunitas muslim sedikit jauh dari kemeriahan. Di Eropa Idul Fitri juga bukan hari libur resmi, maka muslim di negara ini harus tetap bekerja atau sekolah sebagaimana hari biasanya.

Untuk dapat melaksanakan lebaran, umat Islam  di Eropa biasanya berusaha mengambil cuti di hari lebaran agar tetap bisa mengikuti Shalat Id dan berkumpul dengan sesama muslim di masjid, kemudian berkumpul bersama keluarga di rumah.

Meskipun tradisi dan kemeriahan menyambut lebaran atau hari raya Idul Fitri, berbeda antara satu negara dengan negara lainnya atau satu tempat dengan tempat lainnya, namun yang pasti esensi memperingati atau merayakan Idul Fitri adalah sama. Yakni, membuka kesucian diri dan merayakan kemenangan melawan nafsu. (mm) DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment