Presiden Separo Pisang Goreng dan Penjual Sholawat


Apa yang paling menarik dari sepotong pisang goreng? Selain bisa menggoyang lidah, pisang goreng nyatanya mampu menggoyang bibir perbincangan di jagat nusantara.

Adalah Joko Widodo, mantan partner in crime Ahok ini mengaku hanya mengkonsumsi pisang goreng separo menjelang pelantikannya sebagai Presiden bersama Jusuf Kalla selaku Wakil Presiden.

"Saya ngomong apa adanya kamu ketawa," katanya seperti dilansir Rakyat Merdeka.

Sedangkan minumannya, Jokowi yang tiap hari minum temu lawak jahe, kini ada tambahan baru. "Sekarang pakai kunir," tandasnya.

Lupakan tentang sarapan pisang goreng sejenak. Ada satu hal yang terlewat dari sekadar Presiden-dengan-separoh-pisang-goreng dan lupakan pula gegap gempita selebrasi pernikahan dua pasangan selebritas yang nyaris non-stop ditayangkan oleh stasiun televisi nasional.

Tentu ingatan kita jelas, terang benderang, betapa ayah dari Gibran ini menambah dengan apik ucapan salam dengan ucapan sholawat khas Nahdliyyin ketika  acara Pengambilan nomor urut Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden dengan cara di undi di KPU.

Bagi kalangan 'wong cilik' apa yang dilakukan oleh Jokowi ketika itu adalah satu kemajuan yang mungkin menggedor-gedor nurani. Seakan Joko Widodo dengan baik sekali menjawab bahwa ia sosok yang agamais dan dari kalangan Nahdlyyin.

Namun bagi kalangan Islam, yang biasa berucap sholawat dan membaca alquran, bisa melihat dengan jelas apa yang ditunjukkan dari lidah dan bibir Joko Widodo saat mengucapkan Shalawat yang cukup panjang, tampak sangat dipaksakan. Menghafal memang bisa dilakukan oleh setiap orang yang belajar dengan sungguh-sungguh secara kilat sekalipun. Namun 'tempat keluarnya huruf' bisa jadi indikasi.  Alah bisa karena biasa, adalah kuncinya.

Ketika itu--dan di setiap kampanye yang lainnya Jokowi kerap memakai 'baju sholawat'--tentu kita patut berbangga bahwa Joko Widodo telah berupaya dengan keras dan banting tulang untuk dapat menjadi seorang Nahdliyyin yang baik dan benar atau mungkin agak mendingan. Ekspetasi berlebihan pun keluar: semoga dimasa selanjutnya Joko Widodo bisa manjadi seorang Nahdliyyin yang 'ori'.

Namun apa yang kita lihat kini terbaca. Semua serasa kecewa. Pada hari ini pada pidato pelantikan Jokowi-JK, para penghuni mayantara pun bertanya-tanya: Adakah sholawat pas pembukaan pidato Jokowi?  Jadi sholawat nabi cuma jadi jualan pas kampanye?

Nampaknya masa kampanye dan pelantikan, tak ubahnya pisang goreng yang dimakan separo--hai..bukankah belum tuntas adalah ciri khasnya, belum tuntas Solo, belum tuntas DKI Jakarta? Awal dikunyah, setelah mendapatkan pisang goreng yang lebih hangat, sisanya dibiarkan begitu saja. Entah siapa yang akan makan.



Muhammad Sholich Mubarok
Mahasiswa STIU Al-Hikmah Jakarta
pkspiyungan DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment