Misi AHER: Mengalahkan Kesombongan
By: Nandang Burhanudin
****
Kemarin sore, baru pertama kali selama di Mesir saya dibonceng naik motor. Tanpa helm ataupun jaket. Bersaing dengan mobil-mobil menembus angin musim semi plus debu-debu Kairo. Hingga tiba di bawah jembatan pasar pakaian bekas (Cimol). Antrean kendaraan mengular. Oooh, ternyata ada iring-iringan kampanye pendukung As-Sisi. Sayangnya, saya lupa mengabadikan.
Ya. Kampanye formalitas. Sebagaimana Pilpres yang formalitas. Nampaknya Ikhwanul Muslimin dan Koalisi Nasional untuk Konstitusional sudah sepakat memboikot Pemilu. Wajar memboikot, karena tak memenuhi unsur-unsur demokrasi apalagi syariah Islam. Selain itu, rezim saat ini di Mesir adalah rezim haus darah.
Namun, saya berpandangan lain. Ada baiknya, keangkuhan As-Sisi yang sekarang menjadi the real penguasa harus dipermalukan dalam kotak-kotak Pilpres. Kerahkan semua kader dan simpatisan. Menangkan Hamdan Shabahi. Hingga legitimasi As-Sisi tercabut. As-Sisi pernah mengatakan, "Jika rakyat tidak berkehendak memilih saya, secara sukarela saya akan pergi." Kendati kita pun paham, ucapannya tak bisa dipegang.
Sama halnya dengan Pilpres di Indonesia. Misi besar kita adalah mengalahkan keangkuhan PDIP. Permalukan kembali seperti di tahun 1999 atau 2004. Karena keangkuhan Panasbung dan Jasmev, telah melampaui nalar kemanusiaan. Sang calon dan dalang di belakangnya harus diberikan pelajaran: mereka tak bisa semena-mena dalam bersikap dan bertindak.
Lalu siapa Cawapres yang bisa memperkuat suara Prabowo? Ya Cawapres dari suku Sunda sebagai etnis terbesar kedua setelah etnis Jawa. Nampaknya "kegalauan" suku Sunda bisa sedikit terobati dengan pencalonan AHER. Jika digabungkan suara Prabowo saat ini, maka akan memiliki tambahan 8 juta 200 ribu lebih suara konstan pemilih PKS. Tinggal mencari pemilih AHER di Pilgub plus masyarakat Sunda dan non Jawa yang kemarin golput, akan memberikan suara yang sama.
Maka jika kita membenci keangkuhan, kalahkan dengan aksi memilih lawan. Itulah politik. Jika kita malah Golput atau memboikot, tetap tak mengurangi legitimasi. Walau untuk kasus Mesir, kecurangan sudah didesain apapun yang terjadi As-Sisi pemenangnya.
0 komentar:
Post a Comment