Ini Lembaga Survei yang Perhitungannya Meleset
Sesaat setelah hasil quick count Pileg 2014 dirilis, Menteri Tifatul Sembiring berkicau di twitter. Menteri asal PKS ini minta ‘pertanggungjawaban’ lembaga survey yang merilis hasil survei sebelum Pemilu digelar.
Saat itu, PKS diposisikan di bawah dengan perolehan 2,4 persen. Dalam quick count yang dilakukan beberapa lembaga survei, PKS ternyata mampu meraup suara 6-7 persen. Meleset jauh dengan apa yang dirilis beberapa lembaga survei sebelum coblosan.
Nah, berikut disajikan beberapa hasil lembaga survei yang hasil surveinya berbanding terbalik antara sebelum dan sesudah coblosan.
1. Lembaga Survei Jakarta (LSJ)
Hasil survei LSJ yang dilansir pada 3 April 2014 atau 6 hari sebelum pencoblosan Pileg 9 April 2014 menempatkan Hanura dan Gerindra di urutan teratas.
LSJ mengaku melaksanakan survei 18-30 Maret 2014. Jika pemilu diadakan saat itu, maka Hanura akan dipilih oleh 15,1 persen publik. Adapun Partai Gerindra memiliki elektabilitas sebesar 13,5 persen.
Namun, hasil itu bertolak belakang dengan quick count sejumlah lembaga survei yang menempatkan Hanura dalam posisi terbawah untuk parpol yang diperkirakan lolos ke parlemen.
Versi hitung cepat, perolehan suara Partai Hanura hanya sekitar 5,11 persen. Hasil survei LSJ yang agak mendekati adalah untuk Gerindra, yang dalam hasil perhitungan cepat sekitar 11,5 persen.
2. Indonesia Research Centre (IRC)
Survei IRC sebelum pemilu melansir bahwa pada Pileg 2014, elektabilitas partai politik berbasis massa Islam, antara lain PKS, PAN, PKB, dan PPP, hanya diminati kurang dari 3,5 persen responden. Namun, menurut versi hitung cepat, suara semua parpol itu melampaui ambang batas parlemen. Bahkan, suara PKB mencapai sekitar 9 persen.
Pada 1 Februari 2014, IRC juga menyebutkan bahwa perolehan suara PDIP bisa di atas 30 persen pada pileg jika segera menetapkan Jokowi sebagai capres. Kenyataannya, menurut versi hitung cepat, suara PDIP sekitar 19 persen.
3. Lembaga Klimatologi Politik
Lembaga ini merilis hasil survei terkait elektabilitas partai politik per 13 Maret 2014 dengan menetapkan PDI-P dan Partai Golkar duduk di peringkat teratas. Sementara itu, Partai Demokrat dikalahkan oleh Partai Hanura dan Partai Gerindra.
Partai ini menempatkan Partai Hanura di tiga besar dengan angka mencapai dua digit. LKP mengaku menggelar survei pada 26 Februari-6 Maret 2014 di 34 provinsi dengan mengambil 1.240 responden melalui teknik multistage random sampling.
4. Indonesia Network Elections Survei (INES)
INES merilis hasil survei elektabilitas partai politik jelang Pemilu 2014. Hasilnya, PDIP di nomor 1 dengan beda suara hanya 0,1 persen dari Partai Gerindra. Pada Kamis (20/2/2014) atau 7 hari menjelang pileg, INES merilis hasil surveinya.
Rilis tersebut berturut-turut ditempati oleh PDIP dengan 26,7 persen; Partai Gerindra 26,6 persen; Partai Golkar 14,8 persen; Partai Hanura 7,5 persen; Partai Nasdem 6,9 persen; Partai Demokrat 4,3 persen; PPP 3,6 persen; PAN 2,6 persen; PKB 2,6 persen; PKS 2,1 persen; PBB 1,2 persen; dan PKPI 1,1 persen.
Terlihat, perolehan suara partai berbasis Islam, yakni PAN, PPP, PKB, PKS dan lainnya, rendah. Hasil ini berbeda dengan hasil hitung cepat, begitu pula dengan elektabilitas Partai Gerindra.
Berdasarkan hasil hitung cepat PDIP memperoleh 19,23 persen suara; Partai Golkar 15,2 persen; Partai Gerindra 11,76 persen; Partai Demokrat 9,43 persen; PKB 9,13 persen; PAN 7,51 persen; PKS 6,98 persen; Partai Nasdem 6,71 persen; PPP 6,68 persen; Partai Hanura 5,11 persen; PBB 1,5 persen; dan PKPI 0,94 persen. (kmp/ram)
0 komentar:
Post a Comment