Akhirnya Presiden Jokowi Keluarkan Pernyataan Resmi Soal Krisis di Myanmar


Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi terkait ksi kekerasan yang terjadi terhadap Etnis Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine di Myanmar.

Presiden mengungkapkan penyesalannya terhadap sekaligus menjelaskan aksi nyata Indonesia untuk mengatasi permasalahan tersebut.

"Saya dan seluruh rakyat Indonesia, kita menyesalkan aksi kekerasan yang terjadi di Rakhine State Myanmar, perlu sebuah aksi nyata tidak hanya kecaman-kecaman," kata Presiden di Istana Merdeka Jakarta, Minggu (3/9).

Presiden menyampaikan pernyataan resmi didampingi oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto, Menteri Sekretariat Negara Pratikno dan Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir.

"Dan pemerintah berkomitmen terus membantu mengatasi krisis kemanusiaan, bersinergi dengan kekuatan masyarakat sipil di Indonesia dan masyarakat internasional," tambah Presiden.

Ia pun menjelaskan bahwa telah menugaskan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi untuk datang ke Myanmar dan meminta pemerintah Myanmar menghentikan dan mencegah kekerasan.

"Sore tadi Menlu telah berangkat ke Myanmar untuk meminta pemerintah Myanmar agar menghentikan dan mencegah kekerasan agar memberikan perlindungan kepada semua warga termasuk muslim di Myanmar dan agar memberikan akses bantuan kemanusiaan," ungkap Presiden.

Menlu Retno Marsudi dijadwalkan bertemu dengan Menlu merangkap Konselor Negara Republik Persatuan Myanmar Aung San Suu Kyi yang juga pemimpin Partai Liga Demokrasi Nasional, partai mayoritas parlemen Myanmar pada Senin (4/9) di Myanmar.

Keduanya sudah pernah bertemu di Myanmar pada 6 Desember 2016 dan pada 19 Desember 2016.

Ketiga pertemuan itu membahas agenda solusi atas tragedi kemanusiaan yang menimpa masyarakat etnis Muslim Rohingya yang tinggal di negara bagian Rakhine (atau biasa pula disebut Arakan).

Pada Jumat (25/8), sekelompok gerilyawan Rohingya yang bersenjatakan pisau dan bom buatan menurut pemerintah setempat menyerang lebih dari 30 pos polisi di Rakhine utara hingga menewaskan 12 orang. Puluhan militan dilaporkan tewas dalam bentrokan tersebut dan bentrokan lain sesudahnya.

Bentrokan itu membuat ribuan warga sipil dari kedua komunitas tersebut terusir. Dilaporkan bahwa sejumlah warga sipil juga meninggal dunia.

Organisasi "Human Rights Watch" mengatakan berdasarkan data satelit menunjukkan kebakaran di setidaknya 10 wilayah.

Pemerintah mengatakan bahwa militan membakar 'desa-desa kaum minoritas', sementara para gerilyawan mengaitkan kebakaran tersebut dengan pasukan keamanan dan umat Buddha setempat.

Jumlah warga Rohingya yang berupaya menyelamatkan diri ke Bangladesh terus meningkat. Organisasi Internasional untuk Migrasi, IOM mengatakan hingga Rabu (30/8), sekitar 18.500 orang Rohingya, kebanyakan perempuan dan anak-anak, melarikan diri ke Bangladesh. Namun pasukan Bangladesh disebut menghalangi para penduduk Rohingya itu menyeberang ke Bangladesh Aksi kekerasan terhadap etnis Rohingya di Myanmar meledak pada 2012 yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar.

Pemerintah Myanmar yang dikuasai junta militer lalu membuat sensus penduduk mulai 30 Maret 2014 dan berlangsung selama 12 hari namun ternyata tidak mendata masyarakat etnis muslim Rohingya.

Akurat DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment