San Suu Kyi Gunakan Teknik Israel Terhadap Muslim Rohingya


Ada satu hal yang diajarkan oleh Israel kepada dunia; Jika Anda ingin mendapatkan simpati dunia dalam melakukan penjajahan, pembantaian, atau pembersihan etnis terhadap populasi mayoritas Muslim, cara terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan stigma teroris terhadap pihak yang Anda jajah atau ingin Anda bantai.

Dan resep tersebut tampaknya juga tidak luput dari perhatian salah seorang peraih Nobel Perdamaian. Saat Myanmar melakukan genosida terhadap 1,3 Juta Muslim Rohingya, San Suu Kyi berusaha menjustifikasi kekerasan yang dilakukan negaranya dengan tuduhan bahwa yang mereka serang adalah para ektremis dan teroris yang telah melakukan penyerangan terhadap non-muslim.

Waktu yang akan membuktikan apakah taktik Suu Kyi berhasil, untuk mengalihkan perhatian masyarakat internasional dari kebiadaban yang terjadi di bawah pengawasannya.

Namun, patut juga kita bertanya, mengapa dunia tidak banyak berbuat atau berbicara untuk menghentikan kekerasan tersebut?

Dari perspektif elit politik Barat, pemusnahan umat Islam di negeri yang jauh, tidak begitu mengancam dan tidak menguntungkan bagi kepentingan dan keamanan elite politik Barat. Ketika tidak ada kepentingan dan keamanan elit politik Barat yang dipertaruhkan, dan bila ada kehidupan orang-orang Muslim yang terperangkap dalam garis bidik senjata orang lain, dan senjata itu dipegang oleh sebuah negara yang oleh banyak orang Barat tidak dapat temukan di peta, melakukan mobilisasi dukungan politik untuk melakukan intervensi, secara militer maupun diplomatis, adalah sebuah hal yang berat.

Kita telah melihat pola ini berulang kali dimainkan saat kehidupan umat Islam berada di ujung genosida. Ketika pasukan Serbia dan Kroasia membantai Muslim Bosnia, baik Amerika Serikat maupun NATO berdiri secara pasif di pinggiran selama empat tahun penuh, 1991 sampai 1995. Bahkan ketika dunia mengetahui kekejaman yang dilakukan di Srebrenica, yang mengakibatkan terbunuhnya 8.000 Muslim Bosnia, hanya 36% masyarakat AS yang mendukung dilakukannya intervensi.

Lebih buruk lagi, AS dan Inggris telah mendapatkan peringatan enam minggu sebelumnya bahwa pasukan keamanan Serbia dan para milisi merencanakan pembantaian Srebrenica, namun tidak melakukan apapun, malah mengorbankan 8.000 jiwa Muslim dalam rangka mengejar strategi bagi kepentingan mereka sendiri.

Sejak tahun 2010, pembantaian Muslim Rohingya di Myanmar meningkat, baik dalam hal frekuensi maupun keganasannya, ketika negara tersebut memulai peralihannya dari junta militer ke sistem yang agak sok-demokratis. Selama periode ini, pemerintah Myanmar secara terbuka memberi panggung kepada sebuah koalisi biksu Buddha ekstremis, yang dikenal sebagai gerakan 969, yang dipimpin oleh Ashin Wirathu, yang menggambarkan Muslim Rohingya sebagai ancaman berbahaya bagi masyarakat Myanmar.

Mengapa Negara-negara Muslim Bungkam?

Di sisi lain, di saat para ekstremis Buddha ini menumpahkan darah saudara dan tetangga Muslimnya, keengganan negara-negara tetangga di Asia untuk menawarkan bantuan yang berarti bagi Muslim Rohingya juga dapat digambarkan setara dengan Barat.

Bangladesh, Malaysia, dan Indonesia adalah negara berpenduduk mayoritas Muslim, dan masing-masing cuci tangan dari krisis kemanusiaan yang sedang terjadi, dengan klaim bahwa mereka secara finansial tidak dapat menerima lebih banyak pengungsi. “Kami harus mengirim pesan yang benar bahwa mereka tidak diterima di sini,” kata deputi menteri dalam negeri Malaysia. Thailand juga membuat klaim serupa.

Negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim yang lebih besar dan lebih kuat, seperti Arab Saudi dan Pakistan, juga menutup mata terhadap situasi Muslim Rohingya. Sekali lagi, seperti rekan-rekan Barat mereka, pembunuhan sistematis umat Islam di Myanmar tidak mengancam kepentingan elite politik di masing-masing negara.

Meskipun keadaan mereka sangat mengerikan, dan negara-negara Barat dan Asia enggan untuk campur tangan lebih dalam, protes atas perlakuan Myanmar terhadap Muslim Rohingya memunculkan aksi politik akar rumput di seluruh dunia. Puluhan ribu orang turun ke jalan di Indonesia, Malaysia, Bangladesh, dan Rusia untuk mengungkapkan rasa jijik mereka terhadap kepasifan pemerintah masing-masing terhadap kekerasan Myanmar.

Demonstrasi massa ini menciptakan headline di media, dan dari headline media ini diharapkan muncul tekanan politik, dan dari tekanan politik muncul kebijakan baru. Demi 1,3 juta Muslim Rohingya yang tertindas, mereka berharap munculnya kebijakan yang lebih berempati secara cepat dan berenergi.

https://www.seraamedia.org/2017/09/07/san-suu-kyi-gunakan-teknik-israel-terhadap-muslim-rohingya/ DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment