Kondisi Pengungsi Rohingya di Penampungan: Tanpa Makanan dan Tempat Berteduh
Cox’s Bazar- Ratusan Rohingya, termasuk anak-anak berdesak-desakan tatkala truk yang menghantar paket bantuan tiba di daerah perbatasan Balukhali, Kota Cox’s Bazar, Bangladesh.
Aljazeera melaporkan pada Senin (18/09), dari sekian banyaknya pengungsi banyak pula wanita yang ikut menadahkan tangan. Mereka ikut berdiri berdesak-desakan. Semuanya berharap mendapatkan makanan, terpal untuk berteduh, dan pakaian. Bantuan ini disalurkan oleh orang-orang Bangladesh.
Tak semua pengungsi yang mendapatkan selter sesampainya di Bangladesh. Bahkan ada dari mereka yang meninggalkan Rakhine hanya bermodalkan kain yang melekat di tubuh saja. Tak ayal, para pengungsi yang terlantar itu rela berdesak-desakan, sekalipun itu seorang ibu yang sedang mengendong bayinya.
Misalnya, Arefa, satu dari sekian orang Rohingya yang ikut berebut paket bantuan. Tubuhnya basah kuyup diguyur hujan lebat. Tapi ia tetap bertahan sembari menggendong Minara, anak perempuanya yang baru berusia dua tahun.
Sebelumnya, salah satu lembaga bantuan kemanusiaan melaporkan bahwa pada tanggal 15 September terdapat dua orang anak dan seorang wanita tewas dalam antrian serupa.
Arefa menangis. Baginya dan ratusan pengungsi lainnya, tidak ada pilihan lain untuk bertahan hidup kecuali berharap dari bantuan orang-orang baik di luar sana. Dia mengaku tak ada lagi makanan baik untuknya dan kedua anaknya.
“Saya tidak punya makanan, tidak ada tempat berlindung dan tidak yang bisa dimasak, saya belum merasa aman,” katanya sembari butiran-butiran air mata beriring membasahi pipinya. “Jika saya mendapatkan bantuan yang saya makan, kalau tidak saya kelaparan.”
Diperkirakan, separuh dari 412.000 Muslim Rohingya yang lolos pembantaian militer di Myanmar, kini mendapatkan tempat tinggal yang jauh dari kata layak. Tak ada air bersih maupun tempat berteduh sekalipun.
Sudah dua hari Arefa tiba di penampungan tak layak itu dari desa Lambagua, Akyab. Sang suami bernama Nabi Hussain tak menyertai keberadaan perempuan 40 tahun tersebut di penampungan. Karena, militer Myanmar telah menembak mati bapak dari kedua anak Arefa itu.
Sumber: Aljazeera/kiblat
0 komentar:
Post a Comment