Abbas Meminta Negara-Negara Arab untuk Serang Gaza
DR. Adnan Abu Amer
Tentu operasi militer badai yang dilakukan negara koalisi Arab yang dipimpin Saudi ke Yaman untuk menggempur kelompok Hautsi ini akan mempengaruhi geopolitik di kawasan Arab secara umum. Dan pasti ada yang mendukung dan yang menolak ataupun ada yang menjaga jarak.
Akan tetapi tidak ada yang memperkirakan bahwa operasi badai Saudi ini akan terjadi di Palestina atas permintaan dari presidenya sendiri, Mahmud Abbas.
Pernyataan ini menyisakan kecaman di kalangan Palestina. Mereka masih teringat dengan peristiwa berdarah pada pertengahan 2007 antara Fatah dan Hamas. Sejumlah orang tewas dan ratusan lainya luka-luka, pasca kemenangan Hamas dalam pemilu parlemen pada 2006 silam. Pihak Fatah tidak mengakui kemenangan tersebut. Mereka masih menginginkan kuasai Gaza, hingga terjadi bentrokan bersenjata antara Hamas dan Fatah. Namun pada Juni 2007 Hamas berhasil menguasai Gaza dan mengusir Otoritas Palestina dari sana. Peristiwa inilah yang hingga kini menjadi penyebab perpecahan internal di dalam tubuh Palestina.
Oleh karena itu, tak heran bila Otoritas Palestina menginginkan mengcopy paste operasi Badai Saudi untuk diterapkan juga di Gaza. Sementara ia juga tak ambil pusing dengan agresi udara Zionis ke Gaza pada Juli dan Agustus 2014 yang telah meluluhlantakan Gaza. Ia juga tidak melakukan reaksi apapun atau hanya sekedar menunjukan kemarahanya atas operasi tersebut. Ia tidak peduli kepada bangsa Palestina di sana. Karena apa yang ia ucapkan berupa kedengkian terhadap Gaza. Pada saat yang sama, muncul pernyataan apakah Abbas dan penasehatnya akan meminta negara-negara Arab untuk juga menyerang Gaza. Atas dasar apa mereka menyerang Gaza. Apakah untuk melegalkan penjajahan Zionis di Tepi Barat atau melegalkan blokade mereka terhadap Gaza?.
Hamas mengkhawatirkan pernyataan tersebut, karena datang dari pemilik kewenangan. Dan selam pidatonya di KTT Arab tersebut langsung didengar dunia. Makanya Hamas beupaya agar ia tidak sendirian dalam mengecam permintaan Abbas tersebut. Bahkan sejumlah elemen politisi juga berkomentar dan menolak permintaan Abbas mentah-mentah.
Hamas paham apapun campur tangan Arab terhadap Gaza akan melanggengkan kerja sama Otoritas Palestina dengan Israel yang telah menguasai Gaza, baik dari darat, laut maupun udaranya.
Penentangan Hamas pada Abbas tergambar dari pernyataanya yang mengatakan Abbas bukan representatif dari rakyat Palestina. Sekeras apapun reaksi Hamas atas pernyataan Abbas namun tampaknya gerakan tersebut mulai tenang, setelah terjadi sejumlah pertemuan dan hubungan yang makin dekat dengan Saudi, sebagai negara besar yang memimpin koalisi negara Arab menyerang Yaman. Tidak masuk logika, jika Saudi berbalik, mendukung pernyataan Abbas untuk memerangi Hamas. Dan munculah surat resmi dari Hamas pada 28 Maret kemarin yang isinya mendukung operasi Saudi menyerang Yaman dalam rangka mengembalikan kedualatan negara yang terampas.
Akan tetapi, Hamas sendiri tak begitu yakin, tidak akan terjadi penyerangan negara-negara Arab ke Gaza atas permintaan Abbas, jika tidak terjadi dialog politik dengan Fatah dan terus menuding Hamas memandulkan pemerintahan. Mungkin inilah sebabnya kenapa perdana menteri Ramallah kemarin berkunjung ke Gaza untuk melakukan serangkaian pertemuan secara tiba-tiba. Tujuanya utamanya untuk menunjukan pada dunia bahwa Hamaslah yang selama ini menghalangi proses rekonsiliasi.
Terakhir, Hamas mungkin kaget dengan pernyataan Abbas yang meminta perang Yaman diteruskan ke Gaza. Terutama setelah langkah rekonsiliasi dengan Fatah yang sangat lamban. Hamas khawatir keberhasilan serangan Arab ke Yaman adalah awal bagi operasi-operasi lainya, seperti ke Gaza. Hingga kini belum yakin bahwa Hamas dan Fatah akan bersatu. (asy/Infopalestina.com)
setuju,gaza perangi dari zionis
ReplyDelete