Kejahatan ISIS dan Kejahatan AS-SISI


Oleh Hasmi Bakhtiar*

Lagi-lagi Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) melaksanakan eksekusi mati terhadap tawanan mereka. Kali ini yang bernasib nahas adalah pilot militer negara Yordania, Moadz Kasasbeh. Moadz ditangkap ketika pesawat F-16 yang diawakinya berhasil dijatuhkan ISIS ketika melintasi langit Suriah yang dikuasai kelompok ISIS. Sedihnya ISIS melakukan eksekusi mati tersebut dengan cara membakar Moadz hidup-hidup, cara yang menurut saya sangat jauh dari syariat islam yang selama ini (katanya) mereka perjuangkan.

Eksekusi tak manusiawi tersebut sontak mendapat kecaman dari berbagai kalangan. Yang menarik presiden kudeta Mesir Abdul Fattah As-Sisi ikut mengecam. Menurut As-Sisi eksekusi mati dengan cara yang dilakukan ISIS tidak mencerminkan negara dan undang-undang islam, itu adalah prilaku barbar yang harus dilawan oleh dunia internasional. Kali ini saya setuju dengan As-Sisi, atau dalam bahasa Mesir 'ana muwafik ma'ahu mi'ah fil mi'ah'.

Tapi saya juga tersenyum geli melihat reaksi As-Sisi tersebut, karena belum dua tahun As-Sisi dengan tentaranya juga melakukan hal yang sama, membakar demonstran Rab'ah hidup-hidup, jumlahnya bukan satu tapi ribuan.

As-Sisi mungkin mengira dunia sudah lupa dengan kejahatan yang dilakukannya, membakar dan menembaki warga sipil yang sedang menyampaikan tuntutan mereka dengan damai dan konstitusional. Jika ISIS dia sebut 'mujrim', atau kriminil, maka As-Ai-Sisi dengan tentaranya sangat pantas disebut 'mujrim murokkab' kriminil diatas kriminil.

Kejahatan yang dilakukan ISIS belum seberapa dengan kejahatan yang telah dilakukan As-Sisi, atau kejahatan yang mungkin akan dilakukan As-Sisi dikemudian hari. Mengapa? Karena ISIS bergerak mengatasnamakan negara islam yang tidak diakui oleh dunia internasional. Sedangkan As-Sisi melakukan kejahatan dibalik bendera Mesir sebagai negara demokrasi yang diakui dunia, kejahatan yang bisa dilakukan As-Sisi jauh lebih berbahaya dibandingkan kejahatan yang bisa dilakukan ISIS.

Saya sependapat dengan DR. Mahmoud Refaat, ahli hukum dan hubungan internasional. Menurut beliau dunia harus menghukum ISIS dengan memusnahkan kelompok barbar tersebut. Apalagi ISIS melakukan kejahatan mengatasnamakan islam. Tapi yang ingin saya tambahkan, cara memerangi ISIS bukan dengan cara yang dilakukan Amerika dan sekutunya. Seperti yang dulu pernah saya ulas, gerakan radikal seperti ISIS hanya akan bisa tumbuh ditengah daerah konflik dan miskin.

Kembali melihat reaksi pemerintah kudeta Mesir. Sebelum As-Sisi berteriak lantang menyebut tindakan ISIS adalah tindakan barbar, dan dengan sangat percaya diri akan ikut memerangi ISIS, harusnya pemerintah Mesir berkaca diri agar tidak menjadi tertawaan atau caci maki penduduk dunia. Yang dilakukan As-Sisi ini persis dengan yang dilakukan Israel ketika serangan terhadap Charlie Hebdo di Paris beberapa waktu silam, maling teriak maling atau barbar menuduh barbar.

Saya malah curiga dengan reaksi keras As-Sisi tersebut. Dugaan saya As-Sisi sengaja memanfaatkan momen ini untuk meyakinkan dunia internasional akan bahaya terorisme di kawasan, yang ujung-ujungnya adalah suntikan dana bagi Mesir. Dengan judul memerangi terorisme.

Dengan respon keras tersebut As-Sisi berharap dunia internasional percaya bahwa Mesir sedang melakukan perang besar-besaran terhadap terorisme. Apalagi belum lama ini terjadi penyerangan terhadap tentara Mesir di Sinai yang dilakukan kelompok yang sama.

Kondisi keuangan dalam negeri Mesir saat ini memaksa As-Sisi memutar otak untuk mendapatkan bantuan dana luar negeri guna menyelamatkan pemerintahannya yang hasil kudeta tersebut.

Jadi ini mungkin momen yang bagus bagi As-Sisi dengan memainkan drama menentang terorisme khusunya di kawasan. Setidaknya As-Asisi akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus jika drama yang dilakoninya berhasil. Pertama Asisi mendapatkan dana dari luar negeri untuk dibagi-bagi dengan pejabat pendukung kudeta. Yang kedua As-Sisi berharap dunia internasional akan lupa dengan kejahatan yang telah dilakukannya, yaitu membunuh rakyat sipil dan tindakan inkonstitusional yaitu kudeta militer terhadap presiden sah Mesir, Muhammad Mursi.

Sekarang tinggal kita lihat, apakah drama yang dimainkan As-Sisi akan mendapat tepuk tangan dunia internasional atau malah mendapat cibiran...Allahu 'alam.


*Hasmi Bachtiar, Alumni Al-Azhar Mesir, Saat ini menempuh S2 di Lille Perancis Jurusan Hubungan Internasional. Kontributor Piyungan Online. (Twitter: @hasmi_bakhtiar) DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment