BANYAK Umat Islam di Indonesia memakai lambang merpati sebagai simbol perdamaian. Dalam acara deklarasi perdamaian, burung merpati sengaja diterbangkan sebagai bagian dari simbolisasi perdamaian. Padahal, simbol merpati sangat erat kaitannya dengan konsep ajaran agama Kristen.
Dalam tulisannya, Penuntun Simbol-simbol Ibadah Kristen: Sebuah Ensiklopedi Dasar, Markus Hildebrandt menyatakan bahwa simbol Burung merpati dalam tradisi Kristen dipahami sebagai simbol kehadiran Roh Kudus dalam peristiwa pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis (Mat 3:16 bdk Mrk, Luk dan Yoh)
Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya. (Matius 3: 16)
Kepercayaan kepada Yesus ini membuat orang Kristen menggunakan simbol merpati ketika menikah di Gereja. Hal itu dimaksudkan agar kebersamaan di antara mempelai dapat langgeng layaknya sepasang burung merpati. Mereka juga menggunakan simbol merpati karena burung merpati adalah burung yang selalu setia dan tidak pernah ingkar janji terhadap pasangannya.
Lantas dari manakah asal usul Merpati dalam ajaran Kristen? Sejarah burung Merpati dalam tradisi Kristen berkembang ketika Yesus diurapi oleh Roh Kudus di sungai Yordan. Alkitab mempercayai bahwa Roh Kudus datang kepada Yesus dalam rupa burung merpati.
Sifat-sifat merpati yang tulus, penuh kasih, lemah-lembut, tidak membalas, tidak menyakiti, selalu berdamai, inilah yang kemudian dinisbatkan pada Yesus Kristus.
Maka itulah, banyak para pendeta menjadikan simbol merpati dalam kegiatan Kristenisasi. Mereka berharap kaum muslimin bisa murtad dari agamnya dan beralih menjadi pengikut Kristen untuk merasakan kedamaian. Layaknya Yesus.
Sudah seharusnya kaum muslimin tidak menganggap remeh urusan memakai simbol Kristen seperti Merpati maupun Salib. Sebab simbol dalam kepercayaan Kristen, tidak sekedar bermakna gambar, tapi juga memiliki keniscayaan teologis.
Theolog protestan, Paul Tillich, yang menjadi peletak dasar kajian simbol mengatakan, simbol adalah konsep yang tersirat dalam sebuah perspektif keagamaan.
Dalam buku Daya Kekuatan Simbol (Yogyakarta: Kanisius 2002), Tillich secara tegas membedakan simbol keagamaan dengan simbol-simbol pada umumnya.
Menurut Tillich, simbol keagamaan merupakan representasi dari sesuatu yang sama sekali ada di luar bidang konseptual. Simbol keagamaan menunjuk kepada realitas tertinggi yang tersirat dalam tindak keagamaan, kepada apa yang menyangkut diri kita pada akhirnya.
Maka itu, kita sebagai umat muslim harus senantiasa menghindari sebuah sikap penyepelean terhadap masalah simbol-simbol agam lain yang terkait dengan keimanan.
Sebab kita diharamkan untuk mengikuti konsep dan gaya hidup orang-orang kafir.“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.” (HR Abu Daud, dan At-Thabrani dalam Al-Awsath, dari Hudzaifah, berderajat hasan). [Pz/Islampos]
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment