Mulut Busuk Menyebut, ‘Islam Rahmatan lil Alamin..’
Mulutnya busuk, sering melecehkan, penuh keangkuhan, banyak yang tersinggung dan terhinakan. Ketika massa marah, dia bilang, “Islam rahmatan lil alamiin..!”
Mereka tebarkan maksiat dengan segala bentuknya, lengkap dengan keangkuhannya. Ketika umat marah, dia bilang, “Islam rahmatan lil alamiin..!”
Uniknya ada di tengah umat yang ikut-ikutan mengecam kemarahan umat, sementara tak sedikitpun terucap pengingkarannya terhadap berbagai kemungkaran yang terjadi. Benarlah kata seorang ulama kini, ” Penjajah sekarang tak butuh biaya dan tenaga besar, cukup lakukan permainan busuk dan licik, sudah siap para pecundang dan kacung yg mendukung dn menjalankannya..”
Banyak musuh-musuh Islam, demi mengelabui kaum Muslimin, tiba-tiba seperti orang yang sangat beriman kepada ayat-ayat Al Quran dan hadits-hadits Nabi. Banyak musuh-musuh Islam angkat sisi-sisi kebaikan Islam, hanya untuk kepentingan dan tujuan mereka, bukan karena cinta terhadap Islam.
Camkan itu!
“Islam rahmatan lil alamiin..!” Disana ada dakwah dan kelembutan untuk keselamatan, tapi juga di sana ada peperangan dan hukum tegas yang harus ditegakkan jika ada tuntutan. Allah Maha Pengampun, tapi adzabnya juga pedih. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam amat lembut, tapi tegas dan keras kepada para pengancam akidah.
Kenanglah doa Umar bin Al Khathab, agar kita tidak termasuk di dalamnya, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari pendurhaka militan dan orang-orang baik yang lemah.”
“Allah tak butuh dibela…” katanya.
Benar. Tapi kita yang butuh jadi pembela agama Allah. Jika kita enggan, Allah akan mencarikan orang lain sebagai pembelaNya! Smakin keras sasaran dan serangan terhadap kaum Muslimin, akan semakin mengeraskan tekad dan keimanan kaum Muslimin, kecuali para pecundang,
Selalu saja ada yang membela agama Allah, walau sudah banyak yang telah jadi pecundang, bahkan jadi kacung. Aksioma Al-Quran yang tak terbantahkan, “Yahudi dan Nashrani tak akan ridha terhadap kaum Muslimin sebelum kaum Muslimin ikut agama mereka….”
Ustadz Abdullah Haidir, Lc.
0 komentar:
Post a Comment