Obama Enggan Persenjatai Lagi Oposisi Moderat Dan Gagalnya Misi CIA di Suriah


Program CIA untuk mempersenjatai kelompok oposisi “moderat” di Suriah yang telah berlangsung sejak awal pecah konflik/perang melawan rezim Assad, seharusnya sudah berubah menjadi “plan B” ketika sejumlah upaya gencatan senjata yang saat ini tengah dilakukan terus mengalami kegagalan. Rencana alternatif atau “plan B” tersebut adalah menyediakan paket senjata canggih anti-pesawat dan berbagai jenis persenjataan lainnya kepada pasukan oposisi untuk menghadapi dan menghentikan agresifisme militer Rusia.

Skenario Kebijakan Yang Terhenti


Namun faktanya, skenario rencana itu tidak terjadi. Awalnya para pejabat Amerika begitu antusias dengan proposal “plan B” saat mengadakan pertemuan, bahkan termasuk usulan kemungkinan dilancarkannya aksi militer AS melawan Rusia di Suriah. Namun kemudian mereka mengatakan bahwa ide-ide tersebut “tidak disetujui, tetapi juga tidak ditolak”, dan akhirnya statusnya menjadi tidak pasti.

Ketidakpastian itu bukan disebabkan karena kelalaian, tetapi lebih merupakan refleksi dari sikap atau keengganan presiden (Obama) sendiri untuk melanjutkan program tersebut, dan menjadikannya sebagai satu opsi bagi pemerintahan selanjutnya tahun depan. Kenapa Obama enggan? Program “suplai senjata” oleh CIA ini bisa dikatakan “tidak berhasil” alias gagal, dan berbagai senjata baru itu belum terlihat mampu membuat perubahan signifikan, paling tidak menurut kacamata Amerika.

Sebagaimana pernyataan seorang pejabat Amerika, unit-unit pasukan oposisi “moderat” belum bisa meraih kemajuan yang berarti di medan pertempuran. Mereka juga dipecundangi oleh “musuh” yang lebih hebat, dan dari hari ke hari unit pasukan “moderat” itu semakin didominasi oleh para “ekstrimis”. Dalam hal ini, “musuh” yang dimaksud Washington adalah kelompok Jabhah Nusrah yang kini menjadi JFS (Jabhah Fathu Syam), sementara para “ektrimis” adalah pejuang-pejuang oposisi Suriah secara umum yang menghendaki Islam sebagai jalan & tujuan revolusi.

Program Pelatihan yang Memilukan

Pada awal 2015, koalisi pimpinan AS mengumumkan akan memulai program pembekalan dan pelatihan militer oposisi Suriah dengan mekanisme seleksi & verifikasi peserta sangat ketat. Targetnya, Washington akan meluluskan lima ribu peserta setiap tahunnya. Namun kenyataan di lapangan program itu hanya meluluskan tak kurang dari 124 orang dalam dua gelombang. Tragisnya lagi, dua gelombang pasukan oposisi hasil pelatihan CIA ini dipecundangi mujahidin ketika kembali ke Suriah.

Pada bulan Juli 2015, SOHR melaporkan gelombang pertama yang berjumlah 50 orang bubar setelah mereka diserbu mujahidin Jabhah Nusrah. Sebagian ditangkap, dan lainnya kabur melarikan diri ke luar Suriah. Gelombang kedua yang berjumlah 70 orang bahkan lebih ironis lagi dengan menyerahkan kendaraan plus persenjataan yang didapat dari AS kepada Jabhah Nusrah. Diakui Pentagon, senjata-senjata itu diserahkan sebagai imbalan boleh melintas di wilayah yang dikontrol mujahidin. Melihat hasil yang tidak memuaskan tersebut, akhirnya Washington membekukan program yang ditangani CIA itu sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Minimnya Opsi Kebijakan AS di Suriah

Sebenarnya pernyataan pejabat tersebut bukan dimaksudkan untuk memberikan pembenaran atau pengakuan atas kegagalan misi CIA, namun juga karena kurangnya alternatif yang bisa mencegah rencana “plan B” ditinggalkan sama sekali. Tentu saja, CIA telah memberikan dukungan senjata sejak hari pertama, dan belum seluruhnya diberikan karena ada kekhawatiran mengenahi koneksitas dengan para “ekstrimis” di dalam kelompok-kelompok yang dianggap “moderat” seperti FSA yang menjadikan lengsernya rezim Assad sebagai tujuan jangka panjang mereka. Soal bagaimana cara mereka meraih tujuan tersebut, bukan merupakan sesuatu yang mengkhawatirkan.

Hal inilah yang mendorong terjadinya perpecahan ideologis maupun praktis antara CIA dengan Pentagon. Pentagon lebih menyukai kelompok-kelompok yang menurut mereka lebih bisa diandalkan seperti milisi bersenjata Kurdi, meskipun seandainya mereka (milisi) sendiri tidak merasa perlu harus berperang – dengan dukungan tak terbatas dari AS – bagi perubahan rezim.

Proksi CIA vs Proksi Pentagon

Hal itu juga menyebabkan kelompok oposisi dukungan CIA beberapa kali terlibat pertempuran terbuka melawan kelompok-kelompok atau milisi bersenjata dukungan Pentagon. Kesan yang kemudian muncul adalah, bahwa mengirim lebih banyak senjata ke kelompok-kelompok sekutu CIA sama artinya dengan menyediakan lebih banyak bahan bakar & amunisi pertempuran, yang tidak akan bisa menyelesaikan persoalan karena kontraproduktif dengan misi AS di Suriah.

Sebagian ada yang menyerukan secara terbuka dilakukannya sebuah penilaian/evaluasi “tegas” tanpa belas kasihan mengenahi keberlangsungan program tersebut di masa yang akan datang, meskipun sekali lagi, Gedung Putih nampaknya berencana hanya akan menundanya beberapa bulan untuk kemudian diserahkan kepada pemerintahan pengganti Obama selanjutnya.

Reporter: Yasin Muslim
Sumber: Antiwar DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment