Inilah Penjelasan Lengkap Kata "Awliya" Pada Al-Maidah 51, Artinya "Pemimpin" atau "Teman Setia"


Sahabat-sahabat sekalian, akhir-akhir ini ada kontroversi tentang makna surat Al-Maidah ayat 51. Didalam ayat Al-Maidah 51 ada firman Allah yang menyatakan :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

yang memiliki makna "Hai orang-orang beriman, jangan kamu jadikan orang Yahudi dan Nashoro sebagai pemimpin" ada juga yang menerjemarkan sebagai "teman setia". Dari penerjemahan ini mana yang benar?

Kalau kita lihat secara kebahasaan ada "Amir" yang kata jamaknya "Umaro", ada "Wali" yang kata jamaknya "Awliya".

"Amir" yang kata jamaknya "Umaro" itu lebih bermakna sebagai pengelola negara, pemimpin resmi, pemimpin yang diangkat untuk mengatur dengan kebijakanya, untuk menciptakan kemashlahatan di masyarakat. Nah itu namanya "Amir" atau "Umaro" kata jamaknya, ini artinya "Pemimpin". Makanya didalam istilah Kekhalifahan, Khalifah itu disebut dengan "Amirul Mukminin" karena dia mengelola negara.


Jadi kalau di ayat itu menggunakan "Umaro", maka memang secara eksplisit harus diartikan "Pemimpin". " Hai orang-orang beriman, jangan kamu jadikan orang Yahudi dan Nashoro sebagai Umaro (pemimpin)".

Tetapi didalam surat ini, ternyata Allah menggunakan kalimat "Awliya", yang merupakan kata jamak dari "Wali". Didalam sejumlah tafsir diungkapkan bahwa yang dimaksud dengan "Wali" atau "Awliya" adalah  "Teman Setia" atau "Sahabat Setia", yang mana kita dekat dengan orang itu karena keterlibatan emosional. Nah ini yang disebut dengan "Wali" atau "Awliya".

Oleh sebab itu, wajar apabila ada yang menerjemahkan surat Al-Maidah ayat 51 ini dengan kata-kata " Hai orang-orang beriman, jangan kamu jadikan orang Yahudi dan Nashoro sebagai Teman Setia". Jadi secara kebahasaan kalau itu diartikan sebagai "Teman Setia", tidak salah. Bahkan sebenarnya lebih dalam.

Kalau kita lihat didalam tafsir Fathul Qodir atau didalam Tafsir Ibnu Katsir memang namanya "Awliya" itu lebih ditekankan kepada "Teman Setia" sebenarnya. Jadi kalau "Awliya" itu maknanya "Teman Setia", berarti larangan untuk menjadikan Yahudi dan Nashoro itu sampai mati, tidak dapat dijadikan teman setia. Sementara kalau diartikan "Pemimpin", yang namanya pemimpin itukan temporal, bisa 5 tahun, bisa 10 tahun.

Jadi menurut hemat saya,  merujuk ke sejumlah tafsir, yang mu'tamad, kata "Awliya" di Al-Maidah 51 itu lebih tepat diartikan "Teman Setia" daripada "Pemimpin".  Dijadikan teman setia saja tidak boleh, apalagi jadi pemimpin. Itukan logikanya.

Jadi kata "Awliya" kalau ada yang menerjemahkan Al-Maidah 51 dengan "Pemimpin" itu benar, kalau ada yang menerjemahkan Al-Maidah 51 dengan "Teman Setia" itu juga benar. Jadi sebenarnya dua-duanya itu benar.  Kalau "Teman Setia" lebih dalam, karena menjadikanya sebagai teman setia saja tidak boleh apalagi menjadikanya sebagai pemimpin.

Saya lebih cenderung mengartikan kata "Awliya"di Al-Maidah ayat 51 itu "Teman Setia", karena lebih dalam, lebih abadi ketimbang pemimpin.  Kalau teman setia itu selamanya, selama hidup, selama dunia ini ada. Kita tidak boleh menjadikan Yahudi dan Nashoro sebagai teman setia.

dikutip dari Page Facebook pribadi Ustadz Aam Amiruddin DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment