Oleh : Muhammad Iman Rosyid/Kompasiana
Banyak yang aneh melihat kader PKS yang masih saja tetap membela pemimpinnya yang menurut pemberitaan media dianggap sebagai koruptor. Kenapa kader tetap membela? kenapa (minimal) tidak bersikap netral? kenapa tidak mengkritisi mereka? Malah kenapa bukannya keluar saja dari PKS pindah lalu ke partai lain? Itu pertanyaan yang pasti sering ditanyakan para “pengamat PKS dadakan” ini..
Ternyata bagi kader, PKS ini bukanlah sekedar partai. Coba saja pikir, kalau ikatan kadernya adalah sekedar anggota partai pasti gak akan tetap di PKS sekarang.. buat apa, secara prediksi suara 2014 bisa turun, publik juga sudah negatif karena berita media atau yg mau daftar jadi caleg juga peluang terpilihnya kecil.. tapi ternyata ikatan kader di partai ini beda, ikatan antara kader persis sama ikatan anggota KELUARGA INTI.
Kenapa diibaratkan seperti keluarga? Bayangkan gini, ketika kita sebagai seorang adik sedang di rumah tiba-tiba didatangi polisi yang bilang mau menangkap kakaknya karena suatu tuduhan, apa yang kita pikirkan pertama kali? Tentu kita tidak akan langsung percaya dengan tuduhan tersebut karena kita tau apa yang dilakukan sehari-hari dengan saudara kita, kita lebih tau apa yang kita biasa lihat dari saudara kita.
Begitu juga yang dirasakan kader PKS pada pimpinannya. Kader PKS tahu apa yang biasa dilakukan mereka, saat menginap bisa melihat langsung bagaimana khusuknya tahajjud mereka sedang kita masih mengantuk untuk bangun, mendengar langsung alasan-alasan mereka melakukan keputusan yang ternyata jauh dari cerita media dan kebanyakan orang, juga mendengar langsung dari orang-orang yang pernah dibantu (materi & non materi) secara tulus dari mereka. Itu baru sebagian yang dirasakan kader. Ini nyata dan tidak pernah diumbar ke publik, karena mereka lakukan bukan untuk pencitraan…
Begitu juga jika keluarga inti kita ternyata benar-benar terbukti melakukan kesalahan, sebagai anggota keluarga kita pasti akan terus berusaha memahami kenapa dia melakukannya. Karena kita yakin pasti ada sebab yang gak biasa yang membuat ia harus melakukannya. Dan pastinya karena kita tau bahwa kebaikannya lebih banyak sehingga kesalahan satu-dua kali tak membuat kita percaya sama kabar orang lain yang cuma bisa melihat hanya saat ada kejadian.
Itu juga yang kader PKS rasakan. Jika memang terbukti salah, pasti akan berusaha husnudzon dulu, suatu hal yang lebih mudah dilakukan sesama keluarga. Makanya sulit dilakukan yang bukan kader. Dan kesalahan yang ada juga gak akan bisa menutupi peran besar yang sudah berpuluh tahun mereka lakukan bagi keluarga ini. Sedang bagi orang di luar keluarga gak tau hal ini jadi wajar mereka susah baik sangka, dan cuma bisa lihat hanya saat kurangnya aja. Itupun kalo terbukti salah… Apalagi nyatanya kasus heboh ini belum menghasilkan fakta apa-apa, selain KPK baru bisa ungkap siapa darin (keberhasilan berbulan-bulan kerja..hehe).
Dalam keluarga pun juga saling mengingatkan. Jika memang saudara kita ada perilaku yang negatif pasti sudah diingatkan dari awal. Ketika terbukti salah apalagi, menasehati. Tapi mengingatkan antar anggota keluarga juga pasti beda sama yang bukan keluarga. Di keluarga kalo mengingatkan dengan adab-adab, ada adab ke orang tua, adab ke kakak, dan adik. Juga mengingatkan cukup diketahui keluarganya aja. Wajar kalo ada tetangga yang berkoar “ingetin dong sodara lu itu”, padahal kita juga sudah ingatkan tapi kan gak harus bilang-bilang tetangga. Dan kita yang tau fakta sebenarnya.
Begitulah keluarga, keluarga yang solid, saling mencintai karena Allah SWT, ikatan yang bukan karena uang atau profesionalisme. Ada kedekatan emosi, ada adab, ada akhlak, ada saling menasehati, ada proses perbaikan yang tak pernah berhenti bahkan sampai meninggal ada yang mewarisi.. Penjelasan ini untuk memotivasi kader-kader PKS, atau yang punya hati untuk melihat bagaimana ide besar kami. Di luar itu boleh aja komentar, tapi ingat kalian tak akan pernah tau apa yang kami rasakan dalam keluarga ini… Salam Cinta :)
0 komentar:
Post a Comment