Intelektual Bela Pengkhianatan PKI, MS Kaban: PKI Anti Islam itu Fakta!
Pernyataan keras kembali dilontarkan Ketua Dewan Syuro Partai Bulan Bintang, MS Kaban. Menteri Kehutanan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini menantang para pengamat dan sejarawan yang terus mencoba membela pengkhianatan Partai Komunis Indonesia (PKI).
“Sejarawan para pakar pengamat dalam dan luar negeri mau membela pengkhianatan PKI dari sisi apapun PKI tetap pengkhianat UUD 45 dan NKRI,” tegas MS Kaban di akun Twitter @hmskaban.
MS Kaban menegaskan, kelompok intelektual terus berusaha memutar balikkan logika dengan silogisme berdasarkan penyesatan berpikir demi membela PKI. “Mau memutar mutar logika dengan syllogism berdasarkan penyesatan berfikir untuk PKI tidak salah tidak berkhianat percuma PKI tetap PKI. Musuh NKRI,” tulis @hmskaban.
Fakta penting soal pengkhianatan PKI disodorkan MS Kaban. “Sidang Konstituante PKI paling vokal menolak Islam itu fakta PKI anti Islam. Dekrit 5 Juli 59 kembali ke UUD45. PKI khianat 65 tapi kalah,” beber @hmskaban.
Sebelumnya, wartawan senior Hanibal Wijayanta di akun Facebook membeberkan sejumlah fakta menarik dari diskusi bertajuk “G-30-S/PKI Jalan Buntu Rekonsiliasi” yang digelar pada 22 September 2017.
Dalam diskusi itu hadir sebagai narasumber Ilham Aidit, anak Ketua CC PKI DN Aidit; Mayjen (Purn) Kivlan Zein, mantan Kepala Staf Kostrad, Rusdi Husein, sejarawan dari Yayasan Bung Karno, dan Hermawan Sulistyo.
Secara khusus, Hanibal menyorot pendapat Hermawan Sulistyo atau Kikiek yang menguak rahasia “Cornell Paper” dan sepak terjang sejarawan Asvi Warman Adam.
Cornel Paper ditulis oleh para peneliti dari Cornell University, Benedict R O’G Anderson dan Ruth McVey, serta dibantu oleh Frederick Bunnel. Kumpulan makalah berjudul The Coup of October 1 1965 itu diterbitkan setahun setelah peristiwa G-30-S/PKI.
“Dari korespondensi Mas Kikiek –begitu Mas Hermawan Sulistyo biasa dipanggil– dengan Ben Anderson, terungkap bahwa setelah membaca semua data yang detail dan terbuka itu, Ben mengakui bahwa kesimpulan awal Cornell Paper bahwa G-30-S/PKI adalah persoalan internal TNI AD adalah salah. Dia akhirnya bisa menyimpulkan bahwa PKI memang benar-benar terlibat dan memakai Biro Chusus yang telah membina para perwira revolusioner untuk melancarkan G-30-S/PKI,” catat Hanibal.
Sedangkan soal Asvi Warman Adam, Hanibal menulis: “Menurut Mas Kikiek, sebenarnya bahan-bahan yang selalu diungkap oleh koleganya di LIPI itu berasal dari dia. Malah menurut Mas Kikiek, Asvi pernah dua kali memplagiasi tulisan dia. “Suruh dia datang ke sini, kita buka-bukaan…” ujarnya ketika saya tanya untuk memastikannya. Tapi mengapa kesimpulan Mas Kikiek dan Asvi bisa berbeda, “Ya begitulah… Kalau kepingin populer ya tinggal pilih mau pro versi PKI, atau anti. Kalau jadi peneliti yang netrall dan mengungkap apa adanya kayak saya gini kan harus siap nggak populer. Sama yang pro PKI saya dimusuhi, sama yang anti PKI saya juga dimusuhi…”
0 komentar:
Post a Comment