Presiden Palestina Mahmoud Abbas melalui juru bicaranya, Nabil Abu Rudeina, mengatakan bahwa penutupan Masjid Al-Aqsha adalah deklarasi perang oleh Zionis Yahudi terhadap rakyat Palestina.
“Masjid Al-Aqsha adalah tempat suci ketiga umat Islam. Menutup masjid itu sama halnya dengan mengumumkan perang,” ujar Nabil Abu Rudeina, mengutip Mahmoud Abbas, Kamis (30/10).
Kata Rudeina, penjajah Zionis tidak sedang meredakan ketegangan, tapi justru membakar kemarahan rakyat Palestina.
“Negara Palestina akan mengambil langkah-langkah hukum untuk meminta Zionis bertanggungjawab dan menghentikan serangan ke Masjid Al-Aqsha,” kata Rudeina.
Penjajah Zionis menutup semua akses ke Masjid Al-Aqsha. Tidak boleh ada aktivitas keagamaan apa pun di dalam masjid dan sekitar komplek.
Versi Zionis, penutupan dilakukan setelah insiden penembakan terhadap seorang rabbi sayap kanan Yahudi. Zionis menuduh orang Palestina berupaya membunuh rabbi Yehuda Glick.
Yehuda Glick, seorang ekstremis Yahudi yang menyerukan agar adanya hak yang lebih besar bagi kaum Yahudi di kawasan Masjid Al-Aqsha atau yang mereka sebut Temple Mount, terluka akibat penembakan tersebut.
Polisi Zionis kemudian membalas dengan membunuh seorang Palestina yang mereka curigai sebagai penembak Yehuda Glick.
Pria Palestina, bernama Moataz Hejazi yang berusia 32 tahun itu ditembak ketika polisi penjajah menyerbu rumahnya.
Rabbi Glick adalah aktivis kelahiran Amerika Serikat yang terkenal karena seruannya agar kaum Yahudi mendapat hak di kawasan Al-Aqsha.
Kaum Yahudi menganggap kaawasan Al-Aqsha sebagai lokasi tersuci dalam agama mereka.
Tapi tak ada bukti, bahwa Hejazi sebagai penembak rabbi Yahudi itu.
Muncul dugaan tentara Zionis sendirilah yang menembak rabbi Yahudi itu sebagai akal-akalan yang dijadikan dalih untuk menutup Masjid Al-Aqsha. (bbc.co.uk/inilah.com/salam-online)
0 komentar:
Post a Comment