By: SELIDIK
****
KPU Mesir mengumumkan secara resmi hasil referendum Konstitusi Mesir 2014, 98,1 % yang menyatakan "Ya", dari jumlah pemilih 20.613.677 dari total DPT 53.423.485. Artinya pemilih yang menyetujui "Ya" mencapai 38.6 %.
Memori rakyat Mesir kembali terusik. Mereka sadar, Mesir kini kembali lagi ke masa-masa referendum mutlak. Sejak Nasser, Mesir mengalami 25 kali referendum. Hasil semuanya adalah fantastis dan di atas 5 digit; 99.999 %. Ini terjadi di masa Mubarak pada referendum 1981 tepat setelah pembunuhan Anwar Sadat. Pemilih yang setuju Mubarak menjadi presiden 99.999%. Pada tahun 1987, hasil referendum adalah 99.5 %. Pada bulan Oktober 1993, hasil referendum yang menetapkan Mubarak sebagai presiden kembali merai 99.7 %. Hasil yang sama pada referendum tahun 1999, 99.8 %.
Hasil ini sama dengan referendum di era Gamal Abdun Nasser tahun 1956. Dimana ia menjadi presiden mutlak dengan 99 % menyatakan setuju. Demikian pula tahun 1965, referendum dilakukan dengan hasil akhir 99,9 % dengan jumlah suara menolak 65 orang saja. Di masa Presiden Mursi, hasil referendum dan pemilu dikenal paling jujur dan bersih dengan pengawas 114 negara dan ribuan pengawas internasional. Misal pada referendum tahun 2011, hasilnya adalah 77 % setuju. Kemudian referendum tahun 2012 hasil yang setuju 63.68 %.
Hasil referendum 2013 memang diprediksi penuh kecurangan. Namun dengan hasil 98.1 %, nisbat kecurangannya sangat di luar prediksi dan melampaui akal sehat rakyat Mesir sendiri.Alasannya: 1. Hampir semua TPS tidak mengalami lonjakan pemilih, bahkan cenderung sepi. Dimana jumlah panitia melebihi jumlah pemilih yang datang; 2. Pemilihan bersifat paksaan, dimana semua panitia referendum masih berkampanye mendukung "Yes" dan alat-alat kampanye masih terpasang di TPS-TPS; 3. Jumlah pemilih di beberapa provinsi melebihi jumlah penduduk itu sendiri. Contoh provinsi Buhaira, jumlah pemilih 8.673.400 padahal jumlah penduduknya tidak melebihi angka 5 juta.
Di sisi lain, rata-rata pemilih yang hadir adalah generasi tua; generasi Syaikh Al-Azhar, Theodorus II, Syaikh Burhami, PM Beblawi, Adli Mansour. Generasi-generasi tua yang tak rela jika Mesir dipimpin generasi muda usia 40-an tahun. Sehingga ada istilah Bahasa Mesir yang mengatakan, "Ra'sul Bayaadh fil qushuur wa Ra'sus Sawaaad fil qubur" (Kepala putih mendiami istana (berkuasa). Kepala hitam menempati kuburan (mati dibunuhi))." Nampaknya penolakan akan terus berlanjut. Kita tunggu 25 Januari apa yang akan terjadi!
****
Keterangan gambar: Nampak salah satu TPS yang kosong, seperti yang saya saksikan di lapangan.
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment