Jerusalem- Pengguna media sosial di tanah Arab, melakukan aksi protes terhadap pernyataan Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al Jubeir yang meminta Qatar untuk mengakhiri dukungannya kepada Hamas. Massa bereaksi mengecam Adel Al Jubeir atas perkataanya yang menyebut Hamas sebagai organisasi teroris.
Aksi protes tersebut ditandai dengan tagar berbahasa Arab #حماس_مقاومة_مش_إرهاب yang artinya “Hamas adalah perlawanan bukan terorisme.” Lantas tagar tersebut menggema di sejumlah negara.
Di Twitter, tagar Hamas bukan teroris paling banyak ditemukan di Palestina, Qatar, Yordania, Mesir, Aljazair, Oman dan Libya. Dalam aksi ini, pengguna media sosial menegaskan bahwa melakukan perlawanan adalah hak rakyat Palestina untuk mendapatkan kemerdekaan dari penjajahan Israel.
Bahkan, juga ada yang mengatakan bahwa negara-negara teluk yang menganggap Hamas adalah teroris berarti sama saja sebagai pelayan Israel dan menjadi penyambung lidah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ditegaskan, bahwa posisi Hamas adalah sebagai gerakan perlawanan bukan masalah yang harus diperdebatkan di tanah Arab.
Ribuan pengguna media sosial di tanah Arab menekankan bahwa perlawanan adalah milik rakyat Palestina untuk mendapatkan kemerdekaan dari penjajahan Israel (Al Jazeera) |
“Wajar apabila Hamas adalah perlawanan, bukan terorisme, karena tidak satupun orang yang diserang; Mereka membela bangsa Palestina dari penjajah … Justru sangat tidak wajar bila Hamas diserang untuk menyenangkan musuh.”
Aktivis perjuangan Palestina dan mantan tahanan Israel Mahmoud Merdawe juga angkat bicara. Ia mengatakan, “penjajah [Israel] bersenang-ria atas posisi resmi beberapa negara Arab yang menyatakan bahwa Hamas sebagai gerakan teroris.”
Pernyataan publik menteri luar negeri Saudi mengejutkan banyak orang di dunia Arab. Juru bicara Hamas Fawzi Barhoum menegaskan bahwa “pernyataan yang menyebutkan Hamas sebagai kelompok teror tidak dapat diterima. Ini merupakan distorsi citra kami dan jelas menunjukkan dukungan terhadap penjajahan Zionis.”
Ucapan Adel al-Jubeir muncul setelah timbulnya krisis diplomatik antara Qatar dan Arab Saudi cs. Pada tanggal 5 Juni, Arab Saudi, UEA, dan Bahrain mengumumkan bahwa mereka resmi memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar karena dukungannya terhadap “terorisme” yang dimaksud ialah Hamas dan Ikhwanul Muslimin.
Reporter: Syafi’i Iskandar
Sumber: Al Jazeera/kiblat
0 komentar:
Post a Comment