Kisah Bahlul, Tokoh Fenomenal Era Dinasti Abbasiyah
Siapa sih yang nggak kenal dengan istilah "bahlul"?. Istilah yang begitu populer dan akrab yang seringkali kita selipkan saat bercanda, mengejek atau menertawakan kawan-kawan dekat kita. "Ente bahlul, bahlul parah ente!", yang artinya, ente bodoh, pekok banget ente. Hehehe.
Namun siapa sangka, ternyata istilah populer ini sebenarnya diambil dari kisah nyata seorang tokoh yang amat fenomenal. Iya, dia adalah Bahlul, seorang sufi yang dianggap gila oleh masyarakat pada zamannya. Ia hidup pada zaman dinasti Abbasiyah. Tepatnya saat Kholifah Harun Ar-Rasyid berkuasa.
Telah diceritakan sebuah kisah bahwa, suatu ketika, di tengah perjalanan, Khalifah Harun Ar-Rasyid bertemu dengan Bahlul. Bahlul yang dianggap gila itu kebetulan sedang duduk merenung di atas kuburan.
Sang Khalifah pun mendekat dan mengawali pembicaraan dengan nada sedikit mengejek. "Hai Bahlul, hai orang gila. Kapan kau sembuh dan bisa berfikir dengan benar?"
Seketika itu Bahlul langsung lari dan naik ke atas pohon. Lalu ia berteriak dengan suara lantang. "Hai Harun, hai orang gila. Kapan kau sembuh dan bisa berfikir dengan benar?".
Kemudian Khalifah Harun pun mendekatinya ke bawah pohon sembari masih menaiki kudanya. Lalu Ia berkata pada Bahlul, "He, aku yang gila atau kamu yang duduk di atas kuburan itu (yang gila)?"
"Kamu yang gila!!" Kata Bahlul dengan sedikit membentak.
"Bagaimana bisa?". Jawab Sang Khalifah.
"Karena aku tahu, bahwa itu (sambil menunjuk ke arah istana Khalifah Harun) akan sirna! Dan ini (sambil menunjuk ke arah kuburan) akan abadi! Dan aku pun membangun ini sebelum (masuk) ini! Sedangkan kamu hanya fokus membangun istana dan merobohkan (baca: melupakan) kuburanmu! Kau lebih memilih istanamu daripada kuburanmu, padahal mau nggak mau kuburan adalah tempat kau berpulang!"
"Sekarang katakan padaku, siapa sebenarnya yang gila, aku atau kamu??" Lanjut si Bahlul.
Jawaban cerdas Bahlul yang tak disang-sangka itu pun membuat hati Sang Khalifah tergoncang. Ia mulai menyadari kesalahan berfikirnya. Ia pun menangis terseduh-seduh sampai jenggotnya basah dipenuhi air mata.
"Demi Allah, kau benar wahai Bahlul" ujar sang Khalifah dengan nada lembut.
"Tambahkan lagi nasehatmu padaku wahai Bahlul!"
"Cukup dengan Kitab Allah, peganglah erat-erat!" Jawab Bahlul.
"Apa kau punya keperluan atau keinginan? Aku akan memenuhinya" ujar Sang Khalifah.
"Iya, aku punya tiga keinginan, jika kau memenuhinya aku akan sangat berterima kasih padamu".
"Katakan apa itu".
"Tambahkan umurku!".
"Aku tak bisa". Jawab Sang Khalifah.
"Lindungi aku dari malaikat pencabut nyawa!"
"Aku tak bisa".
"Masukkan aku ke dalam surga, dan jauhkan aku dari api neraka!"
"Aku tak bisa".
Lagi-lagi Sang Khalifah tak mampu memenuhi keinginan Bahlul.
Lalu Bahlul berkata "ketahuilah, Kau ini seorang hamba, bukan raja! Maaf, aku tak punya keinginan darimu!"
Begitulah kisah menakjubkan dari seorang Bahlul. Semoga dengan membaca kisah ini, kita semakin sadar bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara. Hanya sekedar penentu kehidupan abadi kita di akhirat kelak. Hanya ada dua pilihan. Antara mendapatkan nikmat abadi di surga, atau siksa pedih di neraka.
Sekian, semoga bermanfaat.
*NB. Kisah ini diterjemahkan secara bebas dengan bahasa komunikatif dari kitab Uqala al-majanin.
Penulis : M. Agus Azro Chalim
0 komentar:
Post a Comment