Kunjungi Maroko, Tom Hanks Akui Salah Persepsi Tentang Negara Islam
Rabat - Dalam promosi film barunya "A Hologram for the King", Tom Hanks mengatakan ia berkecimpung dalam film yang dibuatnya di Maroko tersebut untuk mengubah pandangan stereotip barat terhadap masyarakat Islam. Dia juga menyebutkan bahwa proyek film tersebut merupakan penebusan atas kesalahan image negatif kepada dunia islam yang tergambar dalam filmnya sepuluh tahun yang lalu.
Ketika ditanya awak media apakah "A Hologram for the King" merupakan sebagian reaksi untuk menebus aksi anti-Muslim di Amerika sekarang, Hanks mengatakan bahwa ia membintangi film tersebut memang untuk menjauhkan orang dari stereotip yang menyesatkan.
"Sepuluh tahun yang lalu, kami shooting beberapa scene untuk film Perang Charlie Wilson di Maroko. Aku belum pernah ke negara Muslim sebelumnya. Saya adalah orang kulit putih, orang Amerika dan saya berasumsi bahwa setiap kali muadzin berdoa, semua orang harus menutup rumah dan pergi ke masjid lokal mereka. Beberapa memang masih seperti itu tapi tidak semuanya. Sebuah stereotipe langsung terbantah," ujarnya seperti dilansir Moroccoworldnews pada Jumat (27/5).
Kunjungan kerja Hanks ke Maroko telah membantunya memperbaiki pandangan stereotip tentang negara-negara Muslim lainnya. Ia menjelaskan bahwa syuting di negeri tersebut telah memperbaiki pandangan negatif seperti hidup dalam budaya toleran namun tidak akrab dengan pendatang.
"Semua itu membantu saya untuk menghilangkan rasa keterasingan, karena kita begitu jauh dari apa-apa yang dikenali dari saya sebagai seorang Amerika," akunya.
Terkait pendapat aktor Amerika tersebut, wartawan Matilda Battersby mengatakan kepada The Independent bahwa Hollywood terkenal sering memberikan stereotip kepada negara Timur Tengah dengan anggapan yang salah.
Sumber yang sama juga mengutip pendapat pembuat film dokumenter yang berasal dari Arab Saudi bernama Faisal Hashmi yang menganggap sebagian besar gambaran film barat terhadap negara Islam adalah salah.
"Negara tersebut sering digambarkan sebagai wilayah perang, dipenuhi dengan para pria bersenjata, perempuan mengenakan cadar atau burqa, laki-laki memakai surban, dan seperti kota yang kaku. Atau terkadang digambarkan terlalu berlebihan seperti Las Vegas di gurun pasir dengan banyaknya mobil sport mewah, hotel berbintang, model berpakaian minim, orang-orang kaya dan pesta bikini dimana-mana," ujarnya.
0 komentar:
Post a Comment