By: Nandang BUrhanudin
****
Setelah 1065 organisasi Islam ditutup dengan tuduhan memiliki hubungan dengan Ikhwanul Muslimin, pendeta Paulus menegaskan, bahwa pihak Gereja siap menjadi donatur bagi seluruh kaum faqir dan dhu'afa di Mesir yang sebelumnya menjadi tanggungan yayasan-yayasan Islam.
Sayangnya ragam penghinaan terhadap Islam dan syariatnya, tidak membuat kalangan muslim ambigu tersadarkan. Di saat pemerintah kudeta melecehkan jilbab-hijab muslimah, namun membiarkan hijab para biarawati. Saat masjid ditutup dan dilarang digunakan, namun gereja bebas menyerukan politik. Saat asset ormas-ormas Islam disita dan dibekukan, namun asset Kristen tak disentuh. Saat ribuan nyawa umat ISlam dibinasakan, kehormatan dihinakan, keluarga dijauhkan, kemudian mereka ini dituduh teroris. Pertanyaannya; Syariat Islam manakah yang sebenarnya diperjuangkan?
Catherine Ashton, Kepala Misi Diplomatik UE kembali mengunjungi Mesir. Diprediksi, setiap kali kunjungan utusan UE atau AS, maka akan terjadi pembantaian yang tak "disentuh" oleh PBB, tak diberitakan media, bahkan tak ada organisasi HAM, Transparancy International yang mempermasalahkan. Mengapa? Sebab yang menjadi korban adalah anggota jamaah Ikhwanul Muslimin dan orang-orang Islam yang memiliki nurani dan nalar yang normal. UE-AS menganggap mereka jauh lebih berbahaya daripada bom nuklir Korut.
Bagi kita sebagai muslim, minimal adalah kontribusi simpati. Biarkan orang-orang atau kelompok penebar agitasi, fitnah yang dikemas atas nama nasihat, lalu menyalahkan orang-orang yang dirampas hak-hak mendasarnya, dihadapkan pada hisab yang dahsyat di akhirat. Sedang di dunia, Allah berikan tamparan bagi diri atau anggota keluarganya, jika tidak bertaubat. Selamat kepada para pendukung kudeta dan dulu yang menyerang Mursi, kalian berjasa menutup seribu lebih yayasan melalui penguasa kudeta!
wee.....jangan donk......organisasi islam di tutup......organisasi kristen merajalela itu mah....
ReplyDelete