SEMANGAT KHAIBAR UNTUK PEMBEBASAN AL-AQSHA DAN PALESTINA


Oleh : Ali Farkhan Tsani

Komite Eksekutif Global March to Jerusalem (GMJ) mengumumkan bahwa GMJ tahun 2013 akan digelar secara serentak di berbagai belahan dunia pada tanggal 7 Juni 2013.
Aksi GMJ melibatkan seluruh gerakan pro-Palestina di dunia dilaksanakan setiap tahun untuk mengingatkan dunia akan penjajahan Israel di Palestina.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, GMJ tahun ini juga akan dilaksanakan dengan aksi longmarch besar-besaran baik di Palestina maupun di negara-negara di luar Palestina, seperti di Eropa, Amerika, Malaysia dan Indonesia.

Pengurus Pusat Global March to Jerusalem (GMJ) di Yordania menyatakan, aksi menandai peringatan ke-46 pendudukan bagian timur kota suci Yerusalem, yang meliputi kawasan Masjid Al-Aqsa dan sekitarnya.

Menurut Zaher Birawi, yang memimpin GMJ melalui Jalur Gaza, aksi diselenggarakan dalam rangka terus meningkatkan kesadaran global tentang kejahatan penjajahan Zionis Israel terhadap Palestina serta terus membuka mata dunia terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terus meningkat terhadap kota suci Al-Quds.

Mengapa 7 Juni?

Diambilnya tanggal 7 Juni sebagai hari pelaksanaan GMJ, berkaitan dengan Perang Enam Hari (5-10 Juni 1967) atau Perang Arab-Israel 1967. Perang berlangsung antara Israel berhadapan dengan gabungan tiga negara Arab: Mesir, Yordania dan Suriah. Ketiga negara tersebut mendapat dukungan dari negara Arab lainnya: Irak, Kuwait, Arab Saudi, Sudan dan Al-Jazair.
Namun, koalisi Arab ternyata dikalahkan oleh Zionis Israel yang didukung sekutu-sekutunya Inggris, Amerika, dll. Setelah perang yang hanya berlangsung 132 jam 30 menit (kurang dari enam ari). Zionis Israel pun mencaplok Palestina keseluruhan, Jerusalem, Tepi Barat dan Jalur Gaza, Semenanjung Sinai Mesir hingga Dataran Tinggi Golan Suriah. Termasuk Pulau Tiran dan Sanafir milik Arab Saudi.

Orang-orang Palestina merasa mengalami kekalahan dan kemunduran. Oleh karena itu, hari awal serangan 5 Juni 1967 disebut sebagai Hari Kemunduran atau Hari Naksah (Naksa Day).
Pada tanggal 5 Juni 1967, tentara Israel sebenarnya sudah sampai ke Jerusalem (Al-Quds). Namun bermalam menunggu sampai tanggal 7 Juni. Mengapa? Karena menunggu tanggal 7 Juni, bertepatan dengan peristiwa kekalahan Yahudi dalam Perang Khaibar (628 M.), hingga mereka terusir dari Jazirah Arab akibat pelanggaran mereka sendiri. Padahal Khaibar terjadi sekitar 1.300 tahun sebelumnya.

Dengan dendam Khaibar itu, Zionis Israel setelah menguasai Jerusalem, mereka langsung mengusir tidak kurang dari 330 ribu warga Palestina menjadi pengungsi ke negara-negara lain.
Zionis menguasai sumber air Sungai Jordan, Selat Tiran hingga Teluk Aqabah, yang membuka jalan bagi masuknya armada-armada perang mereka.

Tentara-tentara itu ketika memasuki Jerusalem, meneriakkan nyanyian ejakan, “Muhammad, maat, maat, wa khalafa banaat”. (Muhammad -pasukan umat Muhammad- telah mati, mati, hanya menyisakan anak-anak perempuan).

Nasib Jenderal Zionis

Penyerangan, penjarahan, pengusiran, penjahan dan segala bentuk pelanggaran hak asasai manusia semuanya dilakukan rezim Zionis Israel terhadap warga Palestina. Baik muslim maupun nonmuslim kalangan Kristen menjadi sasaran tembak. Bahkan kebanyakan dari kalangan anak-anak dan kaum perempuan.

Ada beberapa nama Jenderal Zionis yang terlibat dalam Perang Enam Hari 1967. Di antaranya Ariel Sharon, Yitzhak Rabin, Moshe Dayan, Ezer Weizman dan Motta Gur.
Bagaimana nasib akhir hidup mereka setelah membuat dosa-dosa atas rakyat yang tidak berdaosa? Sangat tragis dan menjadi peringatan dan pelajaran bagi lainnya. Kita sebut satu per satu.

1. Yitzhak Rabin, Perdana Menteri Israel tahun 1974-1977 dan tahun 1992-1995. Ia tewas dibunuh oleh Yigal Amir, warga Yahudi sendiri yang menjadi aktivis sayap kanan Israel.

2. Ezer Weizman, meniti karier sampai menjadi Presiden Israel tahun 1993-2000. Anaknya bernama Saul tewas karena kecelakaan tragis mobil. Ia sendiri tewas diberondong oleh sesama warga Yahudi di Tel Aviv tahun 1995.

3. Moshe Dayan, panglima militer yang kemudian menjadi anggota Parlemen Knesset (1981). Ia meninggal karena kanker usus besar yang tidak dapat diobati.

4. Motta Gur, yang menjadi Kepala Staf Pertahanan Israel. Tahun 1995 ia dinyatakan sakit kanker yang sulit diobati. Gur akhirnya bunuh diri dengan menembakkan pistol ke kepalanya 16 Juli 1995.

5. Ariel Sharon, yang kemudian menjadi Perdana Menteri Israel (2001-2006), lebih tragis lagi nasibnya. Ia dinyatakan terkena stroke tahun 2005, mengakibatkan dirinya dicopot dari jabatannya tahun 2006. Tahun 2006 ia kembali terkena stroke lebih parah, pendarahan di otak. Bahkan dinyatakan koma, tidak sadarkan diri akibat lumpuh otak (cerebral palsy) dari tahun 2006 hingga 2013, sampai saat ini. Tim dokter rumah sakit menyebutkan biaya pengobatan Sharon sekitar 3,75 miliar rupiah per tahun. Media setempat Echorouk memberitakan, sejak Sharon koma, tim dokter dipaksa untuk melakukan operasi pemotongan bagian dari ususnya yang membusuk. Operasi pemotongan itu berlanjut pada organ tubuh lainnya satu per satu, yang mulai membusuk.

Ghazwah Khaibar

Jika Yahudi saja menjadikan Khaibar sebagai media balas dendam, bahkan untuk perbuatan sadis tidak berperikemanusiaan. Maka, kaum muslimin layak menjadikan Ghazwah (Perang) Khaibar juga, bukan untuk ajang dendam. Akan tetapi sebagai penyulut dan penyemangat ruh Khaibar bagi perjuangan dunia Islam secara terpimpijn.

Ghazwah Khaibar merupakan salah satu perang besar yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Perang ini terjadi tahun 9 Hijriyah, setelah Fathu Makkah (tahun 8 Hijriyah). Khaibar adalah nama tempat pemukiman Yahudi, sekitar 30 km sebelah timur laut kota Madinah.

Sebelum Ghazwah Khaibar berlangsung, orang-orang Yahudi waktu itu mampu mengalahkan reputasi penduduk asli, yaitu suku Aus dan Khajraz. Namun, keahlian Yahudi tersebut mereka gunakan untuk menguras sumberdaya alam warga setempat. Mereka pun mengembangkan sistem riba, yang membuat para petani jazirah Arab tidak berdaya.

Sebagai produsen, mereka terbelenggu riba yang diterapkan orang-orang Yahudi sebagai bandar. Sedangkan sebagai konsumen, mereka juga kesusahan mengingat segala kebutuhan dipasok dan ditentukan harganya oleh para distributor Yahudi. Setelah umat Islam datang berhijrah dari Mekkah ke Madinah, lambat laun keadaan mulai berubah. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mulai menata muamalah (sistem sosial) umat Islam. Beliau menata perekonomian masyarakat berlandaskan kejujuran, keadilan, bebas riba, dan jauh dari eksploitasi ekonomi.
Sistem ekonomi yang dicontohkan para sahabat, segera menarik perhatian banyak kalangan di sekitar Madinah. Masyarakat pun berbondong-bondong menyambut sistem itu. Sementara itu kaum Yahudi merasa tersisihkan karena sistem kapitalisme-liberalisme ekonomi berbasis riba yang mereka kendalikan selama ini mulai terancam. Padahal sistem ekonomi syariah yang melarang riba, justru untuk keuntungan dan kesejahteraan semua pihak, termasuk nonmuslim sekalipun.

Akibat merasa tersisihkan dan mereka tidak lagi menjadi superpower yang biasanya dengan bebasnya semaunya sendiri mengendalikan masyarakat dengan sistem ribanya. Mereka pun berusaha melawan kekuatan umat Islam, dengan cara melakukan persekongkolan jahat dengan kabilah-kabilah kafirin-musyrikin Arab.

Terlebih, musyrikin Quraisy merasa dipermalukan akibat kekalahan dalam perang Badar (th 2 Hijrah), Perang Khandaq (6 Hijrah), Fathu Mekah (8 Hijrah) hingga perang Hunain (8 Hijrah).
Kekalahan Yahudi Khaibar
Andalan Yahudi waktu itu hanya tinggal benteng-benteng Khaibar yang terkenal kokoh lagi kuat. Mereka menyimpan cadangan makanan untuk dua tahun, dan menyiapkan persenjataan terhebat yang belum pernah ada dalam sejarah peperangan masa itu. Namun benteng itu dapat dirobohkan oleh pasukan kaum muslimin di bawah panglima medan tempur terdepan Ali bin Abi Thalib. Umat Islam hanya memerlukan waktu singkat saja untuk merebutnya.

Kekalahan Yahudi di benteng-benteng yang kuat di Khaibar itu, kemudian menjadi dongeng sebelum tidur yang terus-menerus diceritakan para orang tua kepada anak cucunya. Agar tumbuh dendam berkepanjangan bagaimana dapat mengalahkan umat Islam.
Merekapun mempelajari Al-Quran, apa ayat yang turun kepada Muhammad ketika dapat mengalahkan Yahudi.

Lalu, ditemukanlah ayat di dalam Surat Al-Hasyr ayat 14  :
لا يُقاتِلُونَكُمْ جَميعاً إِلاَّ في قُرىً مُحَصَّنَةٍ أَوْ مِنْ وَراءِ جُدُرٍ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَديدٌ تَحْسَبُهُمْ جَميعاً وَ قُلُوبُهُمْ شَتَّى ذلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَعْقِلُونَ
Artinya : “Tidaklah mereka akan memerangi kalian dalam keadaan bersatu-padu, kecuali di dalam kampung-kampung yang diben¬tengi atau dari belakang dinding-dinding; permusuhan di antara sesama mereka sangat hebat. Engkau sangka mereka bersatu, padahal hati mereka berpecah-¬belah. Yang demikian itu ialah karena mereka itu adalah kaum yang tidak berakal”. (QS Al-Hasyr : 14).

Oleh Yahudi Zionis Internasional, kekalahan nenek-moyang mereka pada Perang Khaibar dijadikan bahan kajian. Diolah sedemikian rupa dari kelemahan menjadi kekuatan. Lalu dialihkan dengan berbagai cara kepada kalangan umat Islam masa kini. Sehingga yang terjadi sekarang, umat Yahudi bersatu-padu dalam ikatan yang kuat Zionisme Intenasional. Sedangkan umat Islam tercerai-berai dalam berbagai firqah dan pecahan-pecahannya.

Kini, dengan salah satu upaya melalui media GMJ, di antara ratusan, ribuan bahkan mungkin jutaan upaya amal sholeh, saatnya umat Islam mengembalikan semangat ruh Ghazwah Khaibar dalam perang menghadapi Zionis Yahudi.

Semangat persatuan dan kesatuan, bil jama’ah, dalam satu Jama’ah Muslimin yang terpimpin oleh seorang Imaamnya, dalam bingkai Khilafah ‘Alaa Minhaajin Nubuwwah sebagai kekuatan untuk membebaskan Al-Aqsha dan Palestina. Bukan hanya itu, bahkan untuk mengangkat harkat, martabat dan kehormatan Islam dan muslimin, “Li ‘izztil Islam wal muslimin”. Maka, kalau Yahudi saat mengalahkan kaum muslimin dalam Perang Enam Hari 1967 meneriakkan,“Muhammad, maat, maat, wa khalafa banaat”. (Muhammad -pasukan umat Muhammad- telah mati, mati, hanya menyisakan anak-anak perempuan).

Maka, teriakkan itu kita balas dengan teriakan lebih kencang lagi, lebih keras lagi, lebih bersemangat lagi, “Khaibar, khaibar ya Yahud, Jaisyu Muhammad saufa ya’ud”. (Khaibar, Khaibar hai Yahudi. Tentara Muhammad –umat Muhammad- datang kembali). Allahu Akbar! (mina). DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment