Namanya Abu Jaudaat. Usianya sudah 61 tahun. Awalnya kami, Tim Media FIPS (Forum Indonesia Peduli Syam) mengiranya petani biasa…
Tapi kami cukup dibuat terperangah, setelah menyaksikannya mahir sekali membogkar dan memasang senjata AK 47. Abu Jaudaat bisa bongkar pasang ak 47 tak sampai 1 menit.
Kami jadi penasaran, mengapa ia bisa semahir itu. Maka, kami pun bertanya berapa kali dia berlatih sampai bisa bongkar pasang AK 47 secepat itu? “Ratusan kali,” jawabnya.
Kami makin penasaran… Obrolan berlanjut. Ternyata dia pernah menjadi instruktur Mujahidin di Irak.
Inilah cerita singkatnya. Sebelum 1981 ia melakukan petualangan jihad. Abu Jaudaat melarikan diri dari Suriah, hijrah ke Irak sampai tahun 2000. Ia angkat kaki dari Suriah yang saat itu dipimpin diktator Hafez Asad (ayah Basyar Asad), lantaran bergabung dengan gerakan Ikhwanul Muslimin pimpinan Syaikh Said Hawa.
Dalam sejarah kelam Suriah, telah terjadi pembantaian dan penangkapan besar-besaran terhadap umat Islam dan aktivis Ikhwanul Muslimin di Kota Hama pada 1982, yang dilakukan oleh rezim laknat Hafez Asad.
Peristiwa tersebut terjadi dalam rangkaian konflik antara rezim diktator Hafez al Asad dengan gerakan Islam al Ikhwan al Muslimun, yang saat itu merupakan kelompok oposisi paling aktif dan kuat dalam melawan rezim junta militer Hafez Asad.
Pembantaian kota Hama berlangsung selama hampir satu bulan, dimulai 2 Februari 1982. Rezim otoriter Asad mengerahkan sejumlah brigade pertahanan, pasukan tank dan artileri, serta pasukan payung. Ditambah pula satuan-satuan khusus dari intelijen nasional dan barisan partai yang bersenjata.
Semua pasukan itu bersatu memborbardir dan menghancurkan kota Hama, kemudian menyerang lewat darat serta membakar kota. Rezim telah melakukan genosida terhadap warga Suriah dengan korban antara 30-40 ribu nyawa melayang.
Banyak distrik yang rata dengan tanah, 88 masjid hancur. Puluhan ribu warga lainnya mengungsi menyelamatkan diri dari pembunuhan dan pembantaian.
Dalam masa pelarian itulah, Abu Jaudaat yang telah mengikuti berbagai medan jihad, sempat menjadi instruktur Mujahidin di Irak.
Pada tahun 2000, Abu Jaudaat kembali ke Suriah. Setahun kemudian, 2001, ia ditangkap dan menghuni penjara rezim Nushairiyah hingga 2007.
Kini, di tengah Suriah yang tengah bergolak dan berkobar dalam Tsauroh Rabbani (Revolusi Rabbani), Abu Jaudaat aktif membantu Dr Romi Habib Al Jablawi, Direktur Rumah Sakit Lapangan (RSL) Salma-Jabal Akrod, membangun infrastruktur seperti pembangunan jalan, pengadaan air bersir, dan lainnya.(bumisyam)
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment