Menteri Informasi Mesir Salah Abdel Maqsud mengatakan demonstarsi akhir-akhir ini di Turki berbeda dengan kerusuhan yang terjadi di Mesir pada masa penurunan presiden Hosni Mubarak pada 2011 lalu.
"Demonstrasi di Turki tidak ada hubungannya dengan revolusi Arab di negara-negara Timur Tengah, ungkap Maqsud dalam wawancara ekslusif dengan Anadolu Agency yang diberitakan Kantor Berita Islam MINA (Mi'raj News Agency).
“Revolusi di Mesir terjadi untuk melawan kekejaman, kezaliman, larangan politik serta kebebasan berekspresi dan pers. Rakyat Mesir memiliki permasalahan yang berbeda, di mana akhirnya mereka menggulingkan diktator melalui protes hukum. Beda dengan di Turki, tidak ada tekanan atau pembatasani,” kata Maqsud saat disinggung perihal isu protes Turki.
Maqsud mengatakan dirinya percaya selama ini tidak ada tekanan dari pemerintah Turki kepada wakyatnya, dan ia yakin pemerintah Turki memberikan segala jenis kebebasan kepada rakyatnya.
“Saya sangat senang atas komentar positif Presiden Turki Abdullah Gul dan Wakil Perdana Menteri Bulent Arinc. Saya percaya semua itu untuk yang terbaik. Saya berharap kehidupan yang damai untuk rakyat Turki,” tambah Maqsud.
Mengenai reputasi Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, Maqsud mengatakan Erdogan mampu berfungsi menyuarakan rakyat, melindungi kaum miskin, kaum tertindas, serta kaum yang tidak berdaya di dalam maupun di luar negeri.
Di Turki, memang para pengunjuk rasa mulai menyampaikan protes pada Sabtu malam (1/6) lalu dengan meneriakkan slogan anti pemerintah. Para pengunjuk rasa yang mulai rusuh membakar beberapa mobil dan kantor polisi serta menyerang kantor perdana menteri dengan batu dan benda-benda tajam lainnya.
Protes di Turki bermula karena ketidaksetujuan sebagian warga terhadap upaya pemerintah membuat taman Taksim Square sebagai replika perumahan masa Turki Utsmani.
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pidatonya mengatakan, demo warga disulut pihak opoisi yang ingin menjatuhkan posisinya sebagai perdana menteri.
Kontributor Indonesia di Turki kepada Pusat Studi Informasi Alam Islami (SINAI) mengatakan, alasan utama di balik kerusuhan Turki tidak dipicu karena rencana pemerintah yang dianggap merusak penghijauan taman Taksim tersebut.
"Tidak ada slogan-slogan yang diteriakkan masyarakat mengenai hal itu," ujar sumber SINAI.
Menurut SINAI, pengunjuk rasa yang kebanyakan dalam kondisi mabuk hanya meneriakkan, “turunkan Erdogan!”, tanpa sedikitpun menyinggung penghijauan di taman Taksim.
Ada dua faktor lain di balik kerusuhan di Turki, yaitu isu alkohol dan oposisi, ujarnya.
Sebelumnya, Erdogan membatasi konsumsi minuman keras di Turki mulai dari aturan pembelian, seperti tidak boleh minum sambil berjalan, sambil mengendarai mobil, dan lainnya, serta jam pembelian yang tidak boleh melewati waktu tertentu. Hal ini menyebabkan pemilik bar dan pengonsumsi alkohol memprotesnya. (mina).
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment