Habib Rizieq: “Instruksi Kapolri Agar Hentikan Tembakan Diabaikan, Patut Diduga Ada Komando Lain
Ketua Pembina Gerakan Nasional Pembela Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) Habib Rizieq Syihab mempertanyakan kenapa saat ada perintah dari Kapolri dan Panglima TNI agar polisi menghentikan tembakan, itu dibaikan.
Seperti disaksikan pimpinan GNPF-MUI dan massa peserta aksi, saat massa ditembaki, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian telah menginstruksikan agar aparat menghentikan tembakan gas air mata. Namun aparat tidak mengikuti perintah tersebut.
“Kalau instruksi Kapolri dan Panglima tidak diikuti patut diduga ada komando lain. Harus dicari siapa yang menjadi komando lain,” kata Habib Rizieq dalam jumpa pers GNPF-MUI di Resto Pulau Dua, Senayan, Jakarta, Sabtu (5/11) siang.
Habib Rizieq juga menilai ricuhnya aksi 4 November itu diawali dari Presiden Joko Widodo sendiri yang tidak mau menemui perwakilan massa. Presiden malah pergi ke Bandara Soekarno-Hatta untuk meninjau proyek kereta, padahal jutaan rakyat Indonesia ingin mengetahui sikapnya terhadap Gubernur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) atas dugaan penistaan agama.
“Kami tidak melakukan tindakan anarkis, aksi kami adalah aksi damai bela Islam. Perlu digarisbawahi bahwa polisi yang melakukan tindakan anarkis kepada para pendemo,” ungkap Habib Rizieq.
Ia menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan polisi kepada massa peserta aksi sebagai sebuah pembantaian yang harus dipertanggungjawabkan.
“Tembakan itu sengaja diarahkan kepada kerumunan massa yang jumlahnya jutaan, bukan ratusan. Akibatnya jutaan manusia sulit bernapas, mereka berdesakan kesulitan bernafas,” terangnya.
Bukan hanya itu, Habib Rizieq juga membantah keterangan resmi Polri yang mengatakan polisi tak menggunakan peluru karet. Habib Rizieq menegaskan aparat kepolisian juga menggunakan peluru karet untuk ditembakkan ke arah massa.
“Polisi juga menggunakan peluru karet, juga melakukan penganiayaan kepada pendemo, ditambah lagi menggunakan kendaraan dan menggilasnya. Tolong saya meminta polisi jangan ajarkan rakyatnya kebohongan, belajarlah kita bangun negeri dengan kejujuran,” jelasnya dengan nada geram.
Habib menghimbau kepada aparat kepolisian agar lebih mengedepankan keamanan dan keselamatan rakyat.
“Keselamatan dan keamanan rakyat harus diperhatikan, bukan melakukan cara yang semena-mena, main tembak saja, itu aparat anarkis namanya,” tegasnya.
Dalam keterangan tim medis dari Rumah Sakit Budi Kemuliaan, diketahui sebanyak 165 peserta aksi terluka dan menjalani perawatan, termasuk Ustadz Arifin Ilham dan Syaikh Ali Jaber. Dan satu di antaranya meninggal. (S/EZ/salam-online)
0 komentar:
Post a Comment