Mimar Sinan adalah arsitek termasyhur dalam sejarah Islam yang hidup pada masa Dinasti Usmani. Beliau hidup pada masa 3 sultan berturut-turut; Sultan Sulaiman, Sultan Salim 2, dan Sultan Murat 3. Di bawah pengawasan sultan-sultan tersebut, tercatat sepanjang hidupnya ia telah membangun 374 bangunan yang berada di wilayah kekuasaan Ottoman meliputi : 92 Masjid Jami’, 52 masjid kecil, 55 Madrasah, 7 Darul Qur’an (tempat menghafal al-Qur’an), 20 kuburan, 17 dapur umum, 3 rumah sakit, 6 pengaliran air, 10 jembatan, 20 Kervansaray (kamp militer yang berada di rute perjalanan para pedagang), 36 istana, 8 gudang bawah tanah, dan 48 tempat pemandian air panas.
Banyak hal menarik dari bangunan-bangunan yang diarsiteki oleh Mimar Sinan, baik itu meliputi keindahannya, perhitungan matematis atas kekuatan beton dan lain sebagainya. Namun ada satu bangunan yang pada tahun 1990 membuat seluruh masyarakat Turki menggelengkan kepala karena kagum akan ketelitian perhitungan dan prediksi Mimar Sinan sejak 400 tahun lalu tentang apa yang akan terjadi terhadap Masjid Sehzade (Masjid Pangeran) yang ia bangun pada masa-masa awal karir beliau.
Cerita ini berawal pada tahun 1543 ketika putera Sultan Sulaiman al-Kanuni yang bernama Pangeran Muhammad meninggal dunia. Sang Sultan pun berniat membangun sebuah masjid megah di tengah-tengah kota Istanbul yang diniatkan pahala jariyahnya untuk Pangeran Muhammad dan kemudian masjid ini pun dikenal dengan Masjid Sehzade (Masjid Pangeran). Dalam proyek besar ini, Sultan menunujuk Mimar Sinan, yang saat itu namanya sudah mulai terkenal karena telah membangun beberapa bangunan kecil.
Masjid Sehzade adalah pembuktian awal Mimar Sinan atas bangunan megah yang ia bangun. Oleh sebab itu tak tanggung-tanggung untuk Masjid Sehzade ini Mimar Sinan membuat sebuah kubah besar berbentuk setengah bola berukuran 18.42 meter yang berdiri diatas 4 tiang besar. Di sekeliling halaman masjid terdapat 16 kubah kecil dengan 12 tiang, di tengah-tengahnya dibangun tempat wudhu. Masjid ini mempunyai 2 balkon besar di kanan-kirinya dan sepasang menara, juga dapur umum, tabhane (tempat istirahat bagi orang yang lelah, sakit, pengangguran atau orang-orang miskin), madrasah, kuburan sang pangeran yang berada di halaman Masjid. Secara utuh masjid ini adalah karya Mimar Sinan yang telah diimpikan oleh para arsitek masa Renaisans.
Dari hasil karyanya yang selesai pada tahun 1548 ini, Sultan Sulaiman pun merasa puas dan menjadikan Mimar Sinan sebagai arsitek utama dinasti Ottoman untuk membangun bangunan-bangunan megah dan indah berikutnya.
Masa pun berlalu, kejayaan dinasti Ottoman telah usai, dengan wilayah kekuasaan yang tadinya sangat luas, Wilayah kekuasaan Turki hanya tersisa kecil yang saat ini bentuk pemerintahannya adalah Republik. Namun demikian, jejak-jejak kemegahan Ottoman masih terpelihara dengan baik dan dapat disaksikan. Salah satu kemegahan tersebut adalah Masjid Sehzade.
Pada tahun 1990, di dinding sekitar taman masjid Sehzade terdapat beberapa kerusakan pada batu yang menjadi pengikat pintu. Oleh sebab itu pemerintah kota merencakan restorasi pembaruan di tempat tersebut. Sedangkan pihak kontraktor yang ditunjuk untuk memperbaiki kerusakan tersebut mengaku bingung karena secara teoritis perbaikan terhadap batu pengikat seperti yang ada di masjid Sehzade tersebut tidak pernah mereka temukan dalam pelajaran konstruksi bangunan. Para ilmuaan dalam bidang konstruksi bangunan pun berkumpul untuk membahas perkara ini. Akhirnya diputuskan untuk meletakkan cetakan kayu di bawah pengikat batu tersebut. Kemudian dengan teknik yang telah ditentukan tim kontraktor membongkar pengikat tersebut dan membuat catatan-catatan penting untuk keperluan yang bisa diambil manfaatnya kelak. Setelah cetakan siap, maka kunci pengikat batu tersebut mulai dibongkar. Tim kontraktor kaget karena ketika membongkar tempat batu tersebut mereka menemukan sebuah botol kaca pada dua gabungan batu yang diletakkan di sebuah lobang silinder.
Di dalam botol kaca tersebut terdapat sebuah kertas yang digulung. Setelah dibuka ternyata berisi tulisan dengan bahasa Turki Ottoman yang ditulis dengan huruf arab. Akhirnya seorang yang mahir dalam bahasa Ottoman dipanggil untuk membaca tulisan tersebut. Maka diketahuilah bahwa gulungan kertas tersebut adalah surat yang ditulis langsung oleh Mimar Sinan dari 442 tahun lalu ketika beliau selesai membangun masjid Sehzade.
Berikut awal dari surat Mimar Sinan tersebut :
“Bu kemeri oluÅŸturan taÅŸların ömrü yaklaşık 400 senedir. Bu müddet zarfında bu taÅŸlar çürümüş olacağından siz bu kemeri yenilemek isteyeceksiniz. Büyük bir ihtimalle yapı teknikleri de deÄŸiÅŸeceÄŸinden bu kemeri nasıl yeniden inÅŸa edeceÄŸinizi bilemeyeceksiniz. Ä°ÅŸte bu mektubu ben size, bu kemeri nasıl inÅŸa edeceÄŸinizi anlatmak için yazıyorum.”
(Perkiraan usia pengikat batu ini adalah 400 tahun. Pada masa ini kalian mungkin hendak memperbaiki bebatuan yang telah rusak. Kemungkinan besar anda tidak mengetahui bagaimana teknik membuat dan memperbarui pengikat ini. Oleh sebab saya menulis surat ini untuk kalian dan menjelaskan bagaimana teknik yang seharusnya kalian lakukan untuk membuat pengikat ini.)
Dalam surat tersebut Mimar Sinan juga menjelaskan bahwa pengaman tersebut dapat diperbaiki dari bebatuan yang dapat ditemukan di wilayah Anatolia. Beliau juga menjelaskan secara jelas bagaimana cara memperbaikinya.
Ini adalah contoh dari betapa hebatnya Mimar Sinan. Sebagai seorang arsitek, beliau tidak hanya menunjukkan bangunan-bangunan megah yang saat ini masih bias kita nikmati, tetapi beliau juga menguasai ilmu-ilmu perhitungan lain sehingga dengan tepat dapat menghitung kekuatan dari bangunan yang pernah ia bangun. Kejadian ini pun memaksa para ilmuan untuk menggelengkan kepala penuh dengan ketakjuban, bahwa pengetahuan konstruksi bangunan pada zaman modern saat ini bisa jadi justru tertinggal dengan para pendahulu kita.
Wallahu a'lam.
Sumber
0 komentar:
Post a Comment