Setya Novanto: “Menyesal Saya Mencapreskan Jokowi”


Kemarin, seorang wartawan MetrominiTV (bukan nama sebenarnya) mewawancarai Ketua DPR Setya Novanto dengan thema HUT kemerdekaan RI ke-72, 17 Agustus 2017. Si wartawan dan jurukameranya sudah duduk di ruang tunggu kantor Pak Ketua Umum. Tak lama kemudian, Novanto muncul.

“Mohon maaf harus menunggu,” kata Novanto. Wartawan MetrominiTV membalas, “Enggak apa-apa, Pak.”

Jurukamera lanngsung merekam ketika Novanto muncul di ruang tunggu. Memang begitu kebiasaan kru MetrominiTV. Rupanya, sebelum mempersilakan awak MetrominiTV duduk, Setya Novanto mengeluarkan ucapan seperti ini: “Menyesal saya mencapreskan Jokowi.”

Wartawan dan jurukamera kebingungan. Mereka saling pandang. Kenapa tiba-tiba saja tuan rumah wawancara berkata begitu.



Kalimat itu diucapkannya sebelum mempersilakan si wartawan duduk. Sebab, Pak Ketua sudah tak sabar menahan kekesalannya kepada Jokowi yang ternyata tidak bisa (atau tidak mau) menolong dia terkait skandal e-KTP yang menyeret beliau.

Semula si wartawan tidak bermaksud mewawancarai Novanto soal e-KTP. Tetapi, karena Pak Ketua mengungkapkan rasa kesalnya itu, si wartawan pun langsung saja mengejar Novanto tentang pencapresan Jokowi oleh Golkar. Akhirnya, wawancara dengan Raja Golkar, yang kini telah menjadi tersangka dan dicekal pergi ke LN itu, justru diawali dengan isu pencapresan. Setelah itu, wawancara dilanjutkan ke topik hari kemerdekaan.

Novanto meminta agar wawancara tentang pemcapresan Jokowi oleh Golkar, tidak disiarkan meskipun sudah direkam. Itu pesan Novanto kepada si wartawan. Tetapi, si wartawan lalai menyimpan VCD hasil wawancara. Ketika mereka mampir di kedai nasi untuk makan siang, VCD itu tercecer. Kemudian, besoknya sampai di alamat saya melalui Titipan Petir. Tak tahu entah siapa yang mengirimkannya.

Sewaktu saya buka VCD itu di laptop, saya lihat ada video wawancara wartawan MetrominiTV dengan Novanto. Saya simak tuntas rekaman wawancara itu. Ternyata, bagian awal itulah yang menarik. Di situ, Novanto menyebutkan bahwa dia cepat-cepat mencapreskan Jokowi dengan harapan Presiden akan mengamankan Pak Ketua dari jeratan skandal e-KTP. Ternyata itu tidak terjadi.

“Boleh jelaskan mengapa Anda menyesal mencalonkan Jokowi untuk pilpres 2019?,” tanya wartawan MetrominiTV.

“Pak Jokowi itu tidak tahu berterima kasih,” ujar Novanto. “Padahal, saya menghadapi tentangan keras di internal Golkar ketika mencapreskan dia. Tapi, itu saya lawan.”

Barangkali Novanto merasa pencapresan Jokowi akan bisa meredam langkah KPK untuk mengusut keterlibatannya dalam skandal e-KTP. Rupanya dia salah menduga. Disangka Jokowi bisa intervensi.

“Bahkan,” ujar Novanto, “Pak Jokowi sama sekali tidak kontak saya setelah KPK menetapkan saya sebagai tersangka.”

Mungkin itulah sebabnya kemarin, ketika Presiden Jokowi menyampaikan pidato nota keuangan di depan sidang paripurna DPR, Setya Novanto membalasnya dengan cara tidak hadir. Paripuran dipimpin oleh wakilnya, Fadli Zon.

Kepada wartawan MetrominiTV, Novanto mengatakan alasan resmi tidak hadir di paripurna adalah karena kurang sehat.

“Sebenarnya yang sakit bukan fisik saya, tetapi hati saya,” kata Novanto.

Setelah tulisan ini saya terbitkan, saya dengar berita bahwa pihak MetrominiTV melaporkan kehilangan VCD wawancaranya dengan Novanto kepada pihak yang bersewenang-wenang. Saya kemudian langsung mengirimkan VCD itu lewat perusahaan kurir Titipan Petir ke kantor MetrominiTV.

by Asyari Usman
(Penulis adalah wartawan senior) DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment