Aksi 212 dan Bisyarah Nabi SAW
Ada begitu banyak keajaiban dalam Aksi 212 tempo hari. Baik itu sebelum, selama, maupun setelah acara selesai. Long March Santri Ciamis yang begitu menginspirasi, para peserta yang saling menasehati sepanjang acara, hingga hujan yang menjadi pertanda dikabulkannya doa. Kisah-kisah, foto, dan video yang begitu menginspirasi bertebaran di sosial media.
Bahkan karena masifnya massa, dan tertibnya mereka dalam melakukan aksi, membuat media-media Internasional menyorotnya, baik secara objektif maupun yang bernuansa framing. Beberapa media berbahasa Arab malah menempatkannya sebagai headline. Untuk kali kedua, inilah Shalat Jumat terbesar umat Islam, yang dilakukan di luar Masjidil Haram. Shalat Jumat terbesar pertama terjadi tahun 1453, ketika Muhammad Al-Fatih beserta pasukannya bersiap-siap menaklukkan Konstantinopel.
Ya, saya jadi teringat bagaimana proses Penaklukan Konstantinopel. Diawali dengan bisyarah (kabar gembira) Nabi SAW, lalu bisyarah ini begitu terpatri dalam hati setiap kaum Muslimin, dari generasi ke generasi. Bahkan sahabat Abu Ayyub Al-Anshari RA meminta secara khusus dikuburkan di dekat Konstantinopel, agar terus mendengar deru kuda dan gemerincing senjata, pertanda upaya kaum Muslimin yang tak kenal lelah dalam merealisasikan bisyarah Sang Nabi Junjungan.
Hingga muncullah era Muhammad Al-Fatih, pemimpin Turki Utsmani yang diberkati. Melalui tangannya-lah, Konstantinopel benar-benar ditaklukkan. Penaklukan ini, tentu saja tidak berjalan mudah. Dia melewati proses Tamhiz Rabbani yang begitu panjang, hingga betul-betul terseleksi muslim-muslim, mujahid yang terpilih untuk merealisasikan bisyarah Nabi SAW.
Selain itu, mereka didukung oleh alam dan lingkungan yang memang telah Allah SWT skenariokan. Bersamaan kelahiran Al-Fatih, lahir pula anak-anak kuda kembar. Panen bisa sampai 4 kali setahun. Al-Fatih sendiri dibimbing secara intensif oleh dua Ulama’ Kibar masa itu, Syaikh Al-Kurani dan Syaikh Aaq Syamsuddin.
Menyaksikan Aksi 212 tempo hari, angan-angan saya kembali ke bisyarah Nabi SAW yang lain. Bahwa Islam akan bangkit kembali memimpin peradaban dunia, dari arah Timur. Salah satu ulasannya, bisa dibaca di sini. Dan jika kita analisa lebih dalam kesuksesan Aksi 212, bukan hal yang mustahil, bahwa Timur yang dimaksud Nabi SAW adalah Nusantara, Indonesia. Mari kita kaji satu demi satu.
Aksi 212 sukses, karena kita memiliki Tim Ulama yang komplit. Ada ideolog ustadz Bachtiar Nasir, ada Singa Podium Habib Rizieq Syihab, ada ulama kharismatik KH Ma’ruf Amin, ada pemimpin doa ustadz Arifin Ilham, ada dai Qur’an Syaikh Ali Jaber, ada dai yang konsisten lead by example Aa Gym, ada spesialis blusukan ustadz Fadlan Garamatan, masih banyak lagi. Semua saling sinergi, membuat bangunan umat ini begitu kokoh.
Aksi 212 bisa sukses, juga karena umat ini yang begitu dewasa. Jutaan massa, tetapi begitu mudahnya dikomando. Tidak ada kata-kata dan sikap kasar yang muncul. Semua berlomba dalam kebaikan. Saling menasehati, itsar (mendahulukan saudara dibanding dirinya), berlomba dalam kebaikan.
Ini mungkin subjektif, tetapi saya tidak yakin, ada bangsa lain yang memiliki kemampuan mengontrol emosi sebaik kita. Bangsa Arab? Sependek yang saya tahu, mereka cukup temperamental. Asia Selatan? Secara pendidikan mereka tidak lebih baik dari kita. Turki? mungkin bisa menyamai kita, tetapi tidak secara kuantitas.
Aksi 212 bisa sukses, juga karena meratanya generasi yang hadir. Ada remaja yang direpresentasikan para Santri Ciamis. Ada pemuda umur 20-40 tahun yang aktif men-support acara ini, baik melalui kontribusi langsung maupun menjadi cyber jihadist. Ada juga kelompok 40 tahun ke atas yang mapan secara status sosial. Sebagian mereka ada yang sengaja pulang dari luar negeri, khusus hanya untuk menghadiri acara ini. Sebuah modal yang bagus tentunya.
Dengan suksesnya Aksi 212, saya yakin kualitas umat makin meningkat. Mereka makin sadar, bahwa kembali kepada Islam adalah solusi segalanya. Ini terindikasi dengan banyaknya kisah dari mereka yang merubah paradigma Islamnya, setelah menghadiri Aksi ini. Mereka makin sadar, bahwa kualitas beragama bisa didapat hanya melalui pengorbanan.
Ini, tentu saja diluar mereka-mereka yang telah mengkaji Islam secara intensif, jauh sebelum Aksi 212. Grup ODOJ, Anti Riba, Tahfidz Qur’an dan Ekonomi Syariah, adalah sedikit contoh bagaimana umat ini terus berbenah secara kualitas.
Jika demikian, suksesnya umat ini menggelar Aksi 212 adalah sebuah lompatan yang luar biasa. Dimulai dengan ketaatan pada ulama, lalu kedewasaan dalam bersikap, tinggal dilanjutkan dengan pemahaman ilmu-ilmu Islam. Maka kemudian, umat ini akan sangat siap, untuk digerakkan kapan saja. Dan kasus Ahok hanyalah pintu pembuka, akan munculnya generasi Al-Maidah 54:
“Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki. Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.”
Jika ciri-ciri Al-Maidah 54 ini sudah mengakar di hati umat, maka realisasi bisyarah Nabi SAW hanya tinggal menunggu waktu. Wallahu a’lam.
Penulis: Madi Hakim (Praktisi Dakwah, tinggal di Purwokerto)
0 komentar:
Post a Comment