UMAT ISLAM DILARANG BICARA POLITIK DI MASJID, SEMENTARA UMAT LAIN DIBOLEHKAN BERBICARA DITEMPAT IBADAHNYA


by Azzam Mujahid Izzulhaq

Pembatasan (baca: pelarangan) berbicara politik di rumah dan acara ibadah, faktanya hanya diberlakukan kepada umat Islam. Karena, bagi umat non Islam larangan tersebut tidak diberlakukan.

Saya pernah menghadiri salah satu acara keagamaan non Islam dimana saya diundang sebagai salah satu pembicara personal development seusai acara tersebut. Namun karena saya tiba lebih awal, saya duduk di kursi belakang acara tersebut dan hampir 75% konten yg disampaikan adalah kampanye terang-terangan tokoh non Islam yang mencalonkan diri menjadi kepala daerah. Yang tentunya disertai 'dalil aqli' dan 'dalil naqli' versi mereka. Adakah yang meributkan? Melakukan pelaporan dan pelarangan? Jawabannya dua kata: TIDAK ADA. Saya pun membiarkan sebagai wujud toleransi saya kepada mereka. Sebagai wujud penghormatan terhadap hak-hak demokratis mereka di negara ini.

Menyikapi hal ini, artinya, pembatasan atau pelarangan ini sebagaimana disampaikan di awal. Yakni hanya ditujukan untuk umat Islam di masjid-masjid dan atau di acara-acara ibadah dan keagamaan umat Islam. Ada upaya pemisahan antara agama dan politik. Ada upaya sedemikian rupa bahwa masjid hanya digunakan sebagai tempat beribadah saja. Bukan sebagai tempat pembinaan umat dan basis-basis perbaikan bangsa dan peradaban dunia. Ada yang ingin umat Islam tetap lemah tak berdaya, terutama menyangkut politik dan negara.

Sementara, mereka seenaknya justru masuk ke masjid-masjid melakukan orasi politik, berkampanye, bersorban, berkopiah, membawa bantuan ini itu dengan mengatasnamakan


zakat, qurban, dan lain sebagainya yang justru adalah nyata-nyata menjual agama demi kepentingan hasrat politik mereka. Sungguh ini adalah penjualan agama yang nyata. Dan proyek ini sudah lama dilakukan Sejak Belanda menjajah Indonesia dengan misi 'penginjilan', upaya ini sudah dilaksanakan.

Saya berharap kepada para Guru, Masyayikh, Muballigh, Asatidz dan Ustadzat, pengurus masjid dan musholla, rekan-rekan aktivis yang memiliki concern yang sama dengan reformasi peradaban baru Islam untuk kemudian tidak takut dan khawatir dengan menyampaikan hal-hal yang benar, termasuk sikap politik. Karena politik bukanlah bagian di luar Islam. Politik dan negara adalah bagian dari Islam itu sendiri.

Sampaikanlah dengan tegas bahwa perlunya orang-orang baik nan shalih yang mengelola negara dan bangsa ini. Sampikanlah bahwa haram memilih pemimpin non Islam. Sampaikanlah konsekuensi yang akan disapatkan bagi mereka yang keras memaksakan diri melanggar segala aturan Ilahi Rabbi.
Jadikan masjid-masjid kembali kepada khittah-nya sebagaimana Masjid Nabawi di zaman Rasulullah Sayyidina Muhammad saw, sebagai pusat ibadah, pendidikan, politik, negara, militer, sosial, dan seluruh aspek kehidupan manusia. Sebagai tempat pembibitan, pengkaderan para pemimpin negara dan kemasyarakatan. Karena bagi kita, Islam bukanlah sekesar agama saja. Islam menembus batas itu. Islam adalah politik. Islam adalah ekonomi. Islam adalah pertahanan dan keamanan. Islam adalah cara hidup. Islam adalah aturan hidup. Islam adalah solusi hidup manusia di dunia ini.

Kebangkitan peradaban itu sudah di depan mata!

***

Masih ingat video pendukung Ahok ini?


DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment