50 Tahun Wafatnya Sang Martir: Menimbang Sayyid Qutb Secara Adil


*Dr Mohsen M Saleh

Setengah abad kini telah berlalu sejak Sayyid Qutb, pemikir Islam digantung Rejim Gamal Abdel Nasser. Semua kontak dan intervensi dilakukan para pemimpin (seperti Raja Faisal Arab Saudi dan Presiden Irak Abdul Salam Arif), inteletual dan organisasi Muslim  di Arab dan dunia untuk membatalkan eksekusi mati, namun Nasser bergeming. Eksekusi dijatuhkan pada 29 Agustus 1966.

Mungkin Nasser dan Sayyid Qutb masih mengingat bagaimana hubungan keduanya sebelum eksekusi. Sesaat setelah revolusi yang menggulingkan monarki pada 23 Juli 1952, Nasser menyelenggarakan acara untuk menghormati Sayyid Qutb di Klub Militer di wilayah Zamalek pada Agustus 1952. Dalam pertemuan itu, Sayyid Qutb mengatakan, “Revolusi telah dimulai, namun kita belum memujinya, karena belum ada yang dicapai. Turunnya raja bukan tujuan revolusi, namun kembalinya negeri ini ke Islam…” Kemudian dia melanjutkan,”Selama monarki, saya siap masuk penjara, dan selama era itu pula, saya merasa tidak aman dan saya kini lebih siap untuk masuk penjara lagi berikut segala penderitaannya.”

Kemudian Nasser berdiri dan dengan suaranya yang berwibawa berkata, “Saudaraku Sayyid, dengan ijin Allah, mereka dapat membunuhmu setelah melangkahi mayatku.”

Peristiwa dicatar oleh orang yang menghadiri pertemuan tersebut, seorang penulis Saudi yang terkenal dan pendiri koran Okaz, Ahmad ‘Abdul Ghafoor ‘Attar. Dia kemudian mempublikasikan percakapan itu dalam Majalah Kalimat Haq pada Mei 1967.

Setelah 14 tahun, perkataan Qutb terbukti benar. Dia dieksekusi setelah menghabiskan sebagian besar sisa hidupnya dalam penjara “pengikut”nya sendiri; para perwira revolusi.

50 tahun berlalu sejak eksekusi, namun sedikit yang bersimpati atas kematiannnya. Tidak kurang yang membenci dan memusuhinya karena dicitrakan penyeru gagasan takfiri. Bahkan banyak para pengagumnya yang mengindari menyebut namanya dan membelanya secara malu-malu dan apologetik.

Namun saya hendak menulis dalam timbangan yang berimbang dan obyektif karena menjadi tugas akademisi yang mencari kebenaran.

Kebanyakan mereka yang menulis tentang Sayyid Qutb sering bersandar kepada kutipan pemikiran Sayyid Qutb yang dimabil secara terpisah atau berdasarkan apa yang ditulis orang lain. Mereka fokus kepada beberapa pernyataan ambigu dalam tulisan Sayyid Qutb dan tidak melihat karya-karya kesusateraan dan lainnya yang kreatif dan inovatif maupun jiwa revolusioner dan semangat berkorban untuk kebenaran yang diyakininya.

Bahkan dari perpektif sejarah, teks yang dinisbatkan kepada Sayyid Qutb seperti “Limadza A’damuni” juga patut dikaji secara hati-hati. Muhammad Qurb, saudaranya, mengatakan bahwa Limadza A’damuni bukanlah sebuah buku, namun merupakan kumpulan catatan interogasi yang dilakukan dalam penjara Nasser. Dalam buku itu, pelbagai pertanyaan yang diajukan penyidik dihilangkan, hanya berupa jawabannya saja.  Mohamed Hasanein Heikal (seorang penulis kenamaan Mesir dan sahabat Nasser) adalah orang yang mengekstrasi jawaban-jawaban Sayyid Qutb dan selanjutnya menjualnya ke koran Al Muslimin secara tidak lengkap dan kemudian menjadi buku. Bagian yang bercerita tentang penyiksaan Sayyid Qutb dihapus. Oleh karena itu, banyak sejarawan yang menyambut skeptis dan hati-hati catatan interogasi tersebut. Belum lagi, mereka mengetahui bagaimana praktik penyiksaan yang terjadi di penjara-penjara Nasser.

Ya benar, Sayyid Qutb manusia yang berbuat kesalahan sebagaimana lainnya. Pemikiran dan tindakannya dapat dikritik seperti yang lainnya. Tidak ada yang salah untuk melakukan itu, namun mendiskreditkan dan mendemonisasi beliau dan menganggap tidak ada jasanya adalah bentuk kesalahan lain.

Taha Husein (penulis terkenal dan mantan menteri kebudayaan) yang  pernah bertugas bersama di Kementeriaan Pendidikan, mengatakan, “Sayyid Qutb memiliki dua karakteristik, yakni: idealis dan keras kepala”. Dia menuturkan pengaruh Sayyid Qutb pada Revolusi Juli 1952. “Sayyid Qutb mencapai puncak teratas dalam bidang kesusasteraan; dia adalah pelayan Mesir, Arab dan Islam yang sejati.” Boleh jadi dua karakteristik yang dikatakan Taha Hussein, idealis dan keras kepala akurat, sebagai seorang Muslim yang taat, dia merefleksikan gambaran Muslim yang berpegang teguh kepada kebenaran yang diyakininya, sabar dan berani. Ini merupakan karakteristik utama para pemimpin dakwah.

Sayyid Qutb yang tertindas tidak mendapatkan penghargaan yang semestinya sebagai penulis dan kritikus sastra yang nomer satu. Dia menunjukkan keindahan bahasa Arab serta kemukjizatan dan keagungan Al Qur’an. Dia menuli banyak karya sastra seperti Al-Taswir al-Fanni fi’l-Qu’ran dan Mashahid al-Qiyama fi’l-Qur’an. Dalam kitabnya, Fi Dzilalil Qur’an, dia menafsirkan makna ayat-ayat Al Qur’an, menjelaskan kekuatan, keindahan dan pengaruhnya. Fi Dzilalil Qur’an menjadi mahdzab sendiri dalam penafsiran Qur’an kontemporer.

Sayyid Qutb juga menulis karya puisi yang bertutur tentang nasionalisme, nilai Islam dan kemanusiaan yang mampu menyentuh kalbu manusia. Dia juga menulis tema-tema tentang manusia, bumi, cinta, nostalgia, refleksi, kesedihan, revolusi dan Palestina.

Namun diluar itu, Sayyid Qutb adalah seorang revolusioner besar. patriotik yang memiliki semangat Islam yang menyala, yang mampu memberi inspirasi kepada banyak orang di masanya dan generasi berikutnya yang tengah menghadapi para politisi, intelektual dan penguasa yang korup. Dia menginterpretasikan Islam dalam semangat pro aktif,  menolak ketidakadilan,  mengulurkan tangan kepada pihak yang tertindas dan menggangsir kekuasaan tiran melalui tulisan-tulisannya yang kuat dan berpengaruh, baik selama revolusi menumbangkan kekuasaan monarki maupun revolusi-revolusi lainnya (Setidaknya dilakukan oleh orang-orang yang terinspirasi dengan pemikirannnya). Para perwira revolusi memandangnya sebagai inspirasi karena 4 hari sebelum pecah revolusi (19/7/1952) , para perwira revolusi, termasuk Gamal Abdel Nasser menemui Sayyid Qutb di kediamannya untuk merancang rencana revolusi. Setelah sukses, Sayyid Qutb adalah satu-satunya sipil yang sering menghadiri rapat Dewan Komando Revolusioner yang dibentuk Nasser.

Enam bulan kemudian, Sayyid berpisah jalan dengan revolusi dan para tokohnya. Sejak itu, Qutb kemudian sering mengkritiknya. Pada 1954, rejim Nasser menjatuhkan hukuman 15 tahun penjara, sebagai bagian kampanye anti Ikhwan. Namun dalam penjara, dia justru semakin kuat dan yakin atas kebenaran sikapnya, meskipun mengalami siksaan yang keji. Dia sempat menulis puisi yang terkenal, “Saudaraku, Kamu Bebas Sekalipun Dalam Penjara” dan “Hubal…Hubal”(Hubal adalah patung yang disembah orang-orang Arab pada masa sebelum Islam) yang dianggap sebagai penggambaran atas  Nasser.

Tulisan-tulisan Sayyid Qutb dikenal tajam, diantaranya dia menyerukan dibangkitkannya gerakan revolusi sejati melawan para tiran yang berpijak kepada konsep Hakimiyyatullah, yakni mengembalikan Hukum kepada Allah dan memulihkan kekuasaan Allah di muka bumi. Sekeluarnya dari penjara karena tekanan Presiden Irak pada waktu itu, Abdul Rahman Arif), dia mendapatkan tugas mengorganisir Ikhwan secara rahasia.

Sayyid Qutb ditangkap kembali atas tuduhan menjadi pemimpin Ikhwan secara rahasia dan mengorganisir perlawanan bersenjata untuk melakukan kudeta atas rejim Nasser. Dia dijatuhi hukuman mati atas tuduhan yang direkayasa. Ketika dijatuhi hukuman mati, Sayyid Qutb sambil tersenyum mengatakan, “Alhamdulilah, saya bekerja selama 15 tahun untuk mendapatkan syahid.”

Para penulis biografi Sayyid Qutb menulis bahwa pernyataannya ketika diminta pengampunan kepada Nasser atas vonis matinya, “Ibu jari yang selalu bertauhid menolak untuk menulis surat yang membenarkan kekuasaan tiran,” katanya. “Mengapa harus meminta maaf, jika saya dipenjara karena alasan yang benar, maka saya menerima keputusan itu, dan jika saya dipenjara secara salah, saya tidak mau meminta maaf.”

Sayyid Qutb percaya bahwa mengorbankan jiwa untuk keyakinan dan membela pendapatnya adalah tindakan normal. Katanya, “Kata-kata saya adalah boneka lilin hingga saya mati karenanya. Setelah itu, mereka hidup sepenuhnya.”

Dari perspektif ketiga, Sayyid Qutb adalah salah satu pemikir Arab dan Muslim yang terkemuka abad 20, yang menulis tentang kebanggaan dan kehormatan manusia, kebebasan dan keimanan yang kuat. Kita dapat melihatnya dalam karya Fidzalil Qur’an dan dalam bukunya, Dirasat Isalamiyah, menjadi salah satu karya terbaik yang menjelaskan perilaku manusia yang menyimpang dalam menerjemahkan kebebasan.

Dalam perspektif keempat, Sayyid Qutb adalah salah satu pemikir kenamaan yang memperkenalkan Islam sebagai agama yang dinamis dan universal, yang cocok dengan segala waktu dan tempat, demikian kemampuannnya untuk mengatasi problem peradaban secara seimbang antara tuntutan spiritual dan material.

Pada saat bersamaan, dia adalah satu penulis yang paling terkenal, yang mengkritik peradaban Barat, mengungkapkan kesalahannya berikut ambisi kolonialisme di kawasan Timur Tengah. Dia menulis kritik atas kapitalisme dan komunisme dalam artikel yang diterbitkan majalah Al Risalah pada 1952, yang membahas kebijakan Amerika dan para agennya di Timur Tengah. Dalam pandangannya, “Islam yang Amerika dan sekutu inginkan di Timur Tengah bukanlah Islam yang menolak kolonialisme atau Islam yang melawan tirani. Mereka tidak ingin Islam berkuasa karena jika berkuasa akan mengubah orang dan mengajari mereka bahwa membangun kekuasaan adalah kewajiban, dan komunisme sebagaimana kolonialisme adalah penyakit. Oleh karenanya keduanya menjadi musuh.”  Bagi Amerika dan para agennya, Islam “Islam mungkin akan dimintai pendapatnya tentang bagaimana mencegah kehamilan, partisipasi wanita dalam parlemen, dan permasalahan tentang wudu, namun mereka tidak akan pernah menanyakan tentang situasi ekonomi dan sistem keuangan, dan tidak juga tentang situasi politik dan masalah bangsa.”

Dalam artikel lain, Sayyid Qutb tidak hanya mengekspresikan celaannya kepada perilaku kolonial Barat, namun juga Arab dan orang-orang Mesir yang masih percaya dengan janji menipu Barat. Sayyid Qutb menyerang kelas penguasa sebagai kelompok orang tua yang lembek, lemah dan pengecut. Mereka tidak dapat berperang, namun juga tidak ingin orang berperang, karena hanya mengandalkan negosiasi, cakap-cakap dan konspirasi…

Semangat manusia dan ekspresi mendalam atas makna kemanusiaan menjadi perspektif kelima yang menjadi keunggulan Sayyid Qutb, namun sayangnya,  diabaikan oleh para penentangnya. Sayyid Qutb menulis karya singkat di dalam penjara dapat menjadi sumber literatur penting tentang manusia. Jika anda membaca anda mungkin heran jika buku ini ditulis dalam penjara karena cakrawala kebebasan dan kehormatan manusia yang diterangkannya, demikian pula makna cinta dan kasih sayang, berinteraksi secara terbuka dengan orang lain dan menoleransi kejahatan orang lain. Mungkin cukup aneh jika seorang Sayyid Qutb yang dituduh isolasionis dan memutus diri menulis karya emas tentang sosialisasi dan isolasi.

“Ketika kita mengisolasi diri dari orang lain karena merasa jiwa dan hati kita lebih bersih, pikiran kita lebih toleran atau lebih pintar, maka kita telah melakukan sesuatu yang sia-sia. Kita lebih memilih cara yang  mudah ketimbang yang berat. Kemuliaan adalah berkumpul dengan orang-orang ini, memenuhi jiwa kita dengan semangat toleran dan kasih sayang karena kelemahan dan kesalahan mereka, dan adanya keinginan yang tulus untuk mendidik dan membersihkan jiwa mereka, mengangkat mereka ke derajat yang kita mampu. Ini tidak berarti meninggalkan ideal dan cita-cita kita atau memuji-muji orang-orang tersebut berikut kesalahan mereka. Di sisi lain, ini juga tidak berarti bahwa kita membuat mereka berpikir bahwa kita lebih superior ketimbang mereka….Menemukan keseimbangan antara pelbagai kontradiksi tersebut dan menoleransi atas pelbagai upaya untuk mendekatnya jelas merupakan tindakan yang mulia.”

Dalam perspektif keenam, Sayyid Qutb dianggap salah karena dituduh murtad oleh beberapa kelompok salafi, karena kutipan tidak lengkap atas tulisan-tulisannya. Sementara disisi lain, Sayyid Qutb juga dituduh takfiri karena menganggap masyarakat Muslim  murtad. Para penentangnya, khususnya kelompok sekuler dan kiri maupun dari kelompok Islam menggunakan kutipan yang tidak lengkap untuk membuktikannya. Kita akan  menjelaskan hal-hal penting yang berkaitan dengan tuduhan tersebut:

1.Evolusi kesejarahan pemikiran dan komitmen keislaman Sayyid Qutb, dimana dia semakin matang di akhir usianya. Adalah salah menganggap Sayyid Qutb harus bertanggung jawab atas periode dimana dia menyesalinya atau gagasan yang kemudian ditariknya. Muhammad Qutb, saudaranya menulis surat kepada Abdul Rahman al Harfi yang mengatakan bahwa sebelum kematiannya, Sayyid Qutb merekomendasikan beberapa buku yang dapat dijadikan bahan bacaan, diantaranya “Fi Dzilalil Qur’an”, khususnya 20 juz pertama, yang telah direvisi, “Maalim Fi Thariq”, “Hadza Din” dan “Mustaqbal Li Hadza Din”, “Khasais al-Tasawwur al-Islami wa Muqawamatuhu” dan “Al-Islam wa Mushkilat al-Hadara”. Ini adalah buku-buku yang Qutb patut dimintai pertanggungjawaban, bukan apa yang dia kemudian tolak.

2. Qutb adalah seorang kritikus dan penulis sebelum menjasi seorang ulama dan cendekiawan Islam dalam terminologi sekarang ini. Dia mengkampanyekan Islam sebagai doktrin, jalan hidup dan aturan main serta mengorbankan hidup untuk keyakinannya. Dia menulis ribuan tema dengan penjelasan yang menakjukan dan pemikiran yang berharga. Hanya saja, boleh jadi, beberapa ucapan dan improvisasinya tidak selamanya benar, dan kemudian diluruskan sesudahnya.

4. Para ulama senior, termasuk beberapa tokoh salafi, tidak menuduhnya takfir; beberapa diantaranya bahkan membela Sayyid Qutb, seperti ulama besar Bakr Bin Abdullah Abu Zayd, ketua Majma Alami Fiq al Islami dan anggota kibarul ulama Saudi merespon tuduhan Rabi al Madkhali dan memintanya untuk tidak menyebarkan tuduhan atas Sayyid Qutb. Dia sebaliknya menasehati Rabi’, “Mohonkan ampun kepada Allah dan manfaat ilmunya.”

Dalam disertasi  doktornya di Universitas Sanaa, Yaman, Majid Shabalah menyimpulkan bahwa pandangan keagamaan Sayyid Qutb sama dengan pemikiran mainstream ahlus sunnah wal jamaah. Kata-kata Sayyid Qutb tentang kemakhlukan Qur’an dan kesatuan penciptaan telah disalahpahami. Selama menjadi pengawas Ikhwan sekeluar dari penjara, Sayyid Qutb memperkenalkan dua buku Ibnu Taymiyyah Risalat al-‘Ubudiyyah dan  Kitab al-Iman sebagai rujukan pengajaran Ikhwan.

Sheikh ‘Umar al-Ashqar (seorang ulama yang disegani) menceritakan kepada saya bagaimana dia dan teman-temannya mengikuti secara seksama tulisan-tulisan Sayyid Qutb dan bagaimana dia sangat sedih atas kabar eksekusi mati dan bagaimana ulama kenamaan Kuwait, Syeikh Abdul Rahman Abdul Khaliq menangis mendengar kabar tersebut.

4. Sayyid Qutb menetapkan pembatal agama dari tuntunan Al Qur’an dan Sunnah, menunjukkan perhatiannya yang kuata atas “Syirk al Hakimiyyah” (Keyakinan adanya Hak Pembuat Hukum Selain Allah), yang berarti meninggalkan hukum Allah, mengadopsi ideologi dan hukum yang bertentang dengan Islam dan ajarannnya: yang ini dianggap oleh banyak ulama sebagai jenis-jenis penting ketidaktaatan pada masa dahulu hingga sekarang. Meskipun kekuatan dan ketajaman kata-katanya pada waktu itu, namun ulama-ulama yang berpikiran terbuka, termasuk Umar al Ashqar tidak menemukan teks dalam karya-karyanya yang mengkafirkan individu maupun masyarakat. Boleh jadi beberapa tulisannya seperti dalam tafsirnya surat Al An’am, 6:55 dapat dianggap memiliki arti takfir, namun sebaliknya, membaca penjelasan Qutb dalam tafsirnya  atas surat An Nisa ayat 94 justru menjauhkan dirinya dari tuduhan takfir. Selain itu, banyak sahabatnya sendiri yang menolak tuduhan takfiri atas diri Sayyid Qutb.

Akhirnya, saatnya bagi kita untuk menimbang Sayyid Qutb secara adil dan obyektif. Posisinya seharusnya tetap dipertahankan sebagai salah satu pemikir dan reformis Islam yang penting pada abad 20.

Untuk mengkaji lebih jauh tentang Sayyid Qutb, maka karya Dr. Salah al Khalidi, Dr. Abdalla al Khabbas, Abdul Baqi Muhammad Hussein dan lainnya patut menjadi referensi penting. DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment