Said Agil Sebut Gamis, Serban dan Jenggot Adalah Budaya Arab
Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU), Said Aqil Siroj, kembali mengingatkan masyarakat agar tidak terjebak pada penampilan fisik dalam beragama. Masyarakat diminta menekankan cara berpikir dan perilakunya pada nilai-nilai arif dan luhur yang terkandung dalam ajaran agama.
Said Aqil mengkritik cara beragama sebagian orang atau kelompok tertentu yang hanya mengedepankan pada penampilan, seperti pada cara berpakaian dan merawat bagian-bagian tubuh tertentu. Misalnya, menonjolkan busana gamis dan serban serta memelihara jenggot.
Menurut Said Aqil, meneladani Rasulullah tidak harus bergamis, berserban dan berjenggot seperti diamalkan dan ditekankan kelompok muslim tertentu. "Gamis itu budaya, bukan (urusan) agama," katanya dalam acara Haul KH Abdul Wahab Chasbullah di Pesantren Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur, pada Sabtu malam, 13 Agustus 2016.
"Berhaji itu (ajaran) agama. Tapi berangkat haji naik pesawat, itu budaya. Kalau tidak mau dengan budaya, silakan berangkang (merangkak) ke Mekkah sana," katanya.
Dia berargumentasi, gamis dan serban menjadi busana sehari-hari Rasulullah kala hidup karena dia dilahirkan di tanah Arab. Waktu itu, juga sekarang, pakaian sehari-hari orang Arab ialah gamis dan serban.
Abu Jahal pun, katanya, bergamis. "Andaikan dilahirkan di Indonesia, Rasul akan batikan (mengenakan batik) dan pakai sarung.”
0 komentar:
Post a Comment