AKP Besar Bukan Karena Ketokohan Erdogan
Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) terkejut ketika menjadi partai penguasa setelah pemilu pertama yang dijalaninya tahun 2002. Semua negara juga terkejut. Suara orang-orang yang terzhalimi tersampaikan, merekalah yang menentukan AKP memimpin Turki untuk periode-periode selanjutnya.
Demikian Okay Gönensin memulai artikelnya di Turk Press, Rabu (3/5/2015) kemarin. Menurutnya, ketika AKP berhasil menyelamatkan orang-orang yang terzhalimi dari krisis ekonomi, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup mereka, maka semakin besar dukungan yang didapatkan AKP.
Ketika elemen masyarakat lemah dan menengah berbondong-bondong ke TPS, dan merekalah yang akhirnya menentukan siapa yang akan memerintah negara, hal ini membuat jengkel elit politik masa lalu, dan inilah yang terus memperkuat posisi AKP.
Pada acara peringatan penaklukan Konstantinople ke-562, 29 Mei yang lalu, sekitar sejuta rakyat Turki berkumpul di lapangan Yenikapi, Istanbul, untuk mendengarkan pidato Erdogan dan Davutoglu. Ini membuktikan popularitas sangat besar yang dimiliki AKP.
Selama 13 tahun berjuang, AKP telah berhasil mengelola masalah komunitas Kurdi dengan cara yang baik. Ini telah juga telah memberikan andil dukungan rakyat yang sangat besar. Bisa dilihat dari kehadiran sekitar satu juta rakyat yang hadir di Yenikapi.
Jumlah yang sebesar itu tidak mungkin dikaitkan hanya dengan sosok Erdogan. Ini adalah hasil dari kerja mesin partai yang sangat maksimal. Benar bahwa Erdogan adalah magnet, tapi dia bukan satu-satunya unsur yang menyebabkan AKP mendapatkan dukungan besar.
Saat ini tidak ada partai yang benar-benar memperjuangkan nasib rakyat kecil, selain AKP. Bahkan Partai Rakyat Republik (CHP) dan Partai Gerakan Nasional (MHP), yang merupakan partai oposisi terbesar tidak memiliki program untuk itu.
Hanya Partai Rakyat Demokratik (HDP) yang merepresentasikan minoritas Kurdi yang saat ini masih berjuang menjadi partai yang bisa menyuarakan komunitas tersebut. Tapi walaupun demikian, masih banyak yang meragukan keberhasilannya dalam pemilu pertamanya kali ini, karena masih menggunakan kekerasan dalam memaksa warga Kurdi untuk menyalurkan dukungannya kepada partai ini.
HDP menggunakan dua cara yang berbeda untuk wilayah yang berbeda. Di wilayah mayoritas Kurdi, mereka memaksa masyarakat memilih mereka, dan menahan partai dan calon legislatif yang lain berkomunikasi dengan masyarakat luas. Sedangkan di wilayah lain, mereka menampakkan sikap nasionalisme dengan membawa bendera Turki dan foto Mustafa Kamal Attatruk. (msa/dakwatuna)
0 komentar:
Post a Comment