Setelah “Bukan Urusan Saya” Kini “Siapa yang Harus Saya Marahi”
Netizen kembali mengkritik gaya komunikasi Presiden Jokowi yang dinilai tidak bersahabat dan melempar tanggung jawab. Setelah terkenal dengan kalimat “bukan urusan saya” hingga menjadi trending topik selama tiga hari berturut-turut, kini Jokowi dikritik lantaran menjawab keluhan warga dengan kalimat “siapa yang harus saya marahi.”
Kalimat “siapa yang harus saya marahi” banyak dikutip media karena digunakan Jokowi pada Sabtu (6/12/2014) kemarin. Ketika berada di Sumatera Selatan, seorang petani karet mengeluhkan harga karet kepada Jokowi. Ia mengeluh karena harga karet kini turun menjadi Rp 5.000 per kilogram dari sebelumnya Rp. 10.000, sementara harga barang hampir semuanya naik seiring kenaikan harga BBM.
“Lho, jadi siapa yang harus saya marahi ini?” jawab Jokowi balik bertanya. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu beralasan, harga karet ditentukan oleh pasar internasional.
Jawaban Jokowi itu kemudian menuai kritikan di media sosial.
“Harga karet ditentukan oleh harga pasar internasional, kalau harga bbm ente yang ngatur…., jawaban asal, anehhh” kata Ayyub Bharta.
“Lama-lama gedek mendengar Jawaban presiden yang asal jeplak,” tambah pengguna Facebook dengan akun Uzank Ayah Farras.
“Harga minyak international turun, kenapa BBM ente naikin, yang bener dong. Yang ente ajak ngomong tuh wong cilik tapi bukan orang pendek, denger gak die hidup berat katanya dengan harga karet rendah dan BBM naik…..sakitnye tuh disini,” timpal Syarif Troy Sundawan.
Sebelumnya, tagar “bukan urusan saya” telah menjadi trending topik selama tiga hari berturut-turut mulai Senin 1 Desember 2014 sampai dengan Rabu 3 Desember 2014. Tagar itu menyindir tanggapan Jokowi atas sejumlah permasalahan yang terjadi di Republik ini. [Siyasa/bersamadakwah]
0 komentar:
Post a Comment