“Laskar Radikal” Itu Bekerja Untuk Kemanusiaan
Jakarta- Bersama lautan manusia yang kembali ke peraduan. Matahari pun mulai tenggelam. Gelombang kendaraan para pencari nafkah pun menyebabkan kemacetan di beberapa titik di ibu kota.
Di satu dua lampu merah, terlihat beberapa penjaja makanan maupun minuman ringan menggunakan keranjang gendong mencari nafkah. Tak sedikit juga, tempat berkumpulnya para pengendara kendaraan bermotor itu jadi lahan memelas beberapa pengemis.
Namun, pertigaan maupun perempatan yang ramai itu tidak menjadi ladang mencari nafkah bagi Ahmad Wahhab, seorang sukarelawan dari DPC Front Pembela Islam Pancoran.
Tempat berhenti sejenaknya para pengguna jalan itu, ia dan beberapa anggota FPI lainnya gunakan untuk menggaet donatur kemanusiaan untuk Rohingya. Berbekal kardus berukuran sedang dengan print-print-an berwarna harga 300’an, Wahhab menjadi prantara hati nurani para pengendara untuk korban kemanusiaan di Myanmar.
“Dapat wejangan dari imam besar, kami mencari donasi untuk saudara seiman di Rohingya. Mereka yang tengah dibantai Militer Myanmar butuh harta tak seberapa dari kita, Muslim Indonesia,” ungkap Wahhab ketika ditanyai mengapa rela berdiri berjam-jam di lampu merah Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan.
Walau tak seberapa, uang yang didapat dari para pengguna jalan ini, ia harap tetap bisa membantu para korban kekerasan pemerintah Myanmar yang tengah menderita di Rakhine State sana.
Wahhab dan empat anggota lainnya secara rutin selama empat hari terakhir ini mencari donasi untuk Myanmar di daerah Kalibata, mulai lampu merah Makam Pahlawan, hingga Flyover Kalibata City.
Dari sekian banyak pengguna jalan, Wahhab menuturkan, yang paling banyak memberi donasi untuk Myanmar adalah para driver ojek online.
“Sudah empat hari ini mencari donasi sekitar Kalibata, dan pernah terkumpul dalam satu hari-dimulai siang sampai sore sekitar dua juta rupiah,” ungkapnya dengan mata berbinar.
Memang, ketika ditemui, dalam kotak kardus yang baru terisi 1/5 dengan uang, terlihat beberapa lembar uang seratus ribuan.
Apa keuntungannya bagi Wahhab dan kawan-kawan?
Wahhab mengaku tidak mendapat keuntungan apa-apa selain mengharap berkah dan pahala dari Allah SWT. Karena, tuturnya, FPI bukanlah ladang seseorang mencari Materi, namun sebagai amal mencari kehidupan di akhirat kelak.
“Gak dibayar saya melakukan ini mas, murni Lillahi Ta’ala. Ini kerja utama saya, selain saya punya sampingan untuk mencari penghidupan di dunia,” ungkap Wahhab.
Berdasar pantauan penulis, penggalangan dana oleh FPI ini tidak hanya di gelar di Jakarta, di daerah lain seperti Bandung, Sragen, bahkan Madura pun mendapat respon yang positif dari masyarakat setempat.
FPI selama ini dikenal oleh beberapa kelompok sebagai organisasi radikal. Namun di balik stigma negatif itu, organisasi yang telah berdiri sejak 17 Agustus 1998 ini telah banyak berkiprah dalam dunia kemanusiaan.
Terbukti beberapa waktu lalu, ketika para korban agresi militer di Gaza Palestina masih terlunta-lunta hidup di tanah airnya, FPI menyalurkan 500 juta Rupiah yang diperuntukkan pembangunan bank darah di sana.
KIBLAT
0 komentar:
Post a Comment