Semangati Muslimin di Pilkada Jakarta, Tulisan Ustadz Salim A. Fillah Ini Sangat Menguatkan
Gelaran puncak Pilkada Jakarta akan dihelat pada Rabu (19/4/17) mendatang. Semakin dekat dengan hari pelaksanaan, suhu politik di Ibu Kota Indonesia ini kian panas dan menegangkan. Pendukung masing-masing kubu tetap melancarkan strategi demi memikat simpati warga Ibu Kota.
Namun, ada kejadian miris dan menguras kesabaran yang dilakukan oleh pendukung pasangan calon Ahok-Djarot. Secara massif, tanpa takut, terang-terangan, mereka membagi-bagikan sembako dan kebutuhan keseharian lain kepada masyarakat.
Bahkan di Kepulauan Seribu beredar kabar masyarakat dikirimi sapi dan sembako, agar suara ditujukan kepada paslon yang merupakan terdakwa penista agama ini.
Apakah kaum Muslimin Jakarta menyerah? Apakah para pejuang yang sepakat mendukung cagub-cawagub Muslim dan santun melemah semangatnya? Apakah penurunan stamina menggelayuti ketika perjuangan mendekati pertarungan final?
Bak oase, tulisan dai muda asal Yogyakarta ini benar-benar menyemangati dan menguatkan. Sangat aplikatif dengan kondisi beratnya perjuangan kaum Muslimin di berbagai belahan dunia, termasuk di Ibu Kota DKI Jakarta dalam helatan pilkada putaran kedua.
TERUS-TERUSAN!
@salimafillah
Ada ungkapan orang Jawa yang kalau ditujukan kepada Anda, meski disertai senyum yang amat manis, sungguh ia peringatan kelas berat. Bunyinya, "Ya wis nek ngono, terus-terusna kana!"
Arti harfiahnya adalah, "Ya sudah kalau begitu, teruskan saja sana!"
Tugas ummat ini hanya berjuang. Allah tidak mewajibkannya untuk menang. Berjuang itu jauh lebih besar dari sekedar menang. Seperti sa'i lebih besar dari zam-zam, seperti Uhud lebih bermakna dari segunung perbendaharaan Kisra.
Maka kalau ummat sudah berjuang dengan kesungguhan, sesuai arahan Allah dan RasulNya, sementara musuhnya bersikeras untuk menang; dengan segala tipu-tipu, dengan bertumpuk kecurangan, dengan besi dan api, dengan mengerahkan semut dalam liang hingga jin peri-perayangan; ummat ini hanya akan berkata, "Ya wis. Terus-terusna!"
Bagi Fir'aun yang merasa kuasa mengalirkan Nil dan memperbudak Bani Israil; ada Musa yang tak putus asa. Tapi airlah yang mengakhiri si raja.
Bagi Namrudz yang menyatakan mampu menghidupkan dan mematikan; ada Ibrahim mendebatnya. Tapi nyamuk saja kiranya yang menjadi sebab khatamnya.
Bagi gegap gempita kepungan pasukan Ahzab; ada keteguhan Nabi ﷺ dan para sahabat di dalam Khandaq. Tapi anginlah rupanya yang menyapu bersihnya.
Bagi Abrahah dan pasukan gajah yang pongah; ada 'Abdul Muthalib berserah pada Allah. Lalu batu kecil dari sijjil dilempar burung-burung mungil.
Bagi Jalut yang kuatnya membuat takut dan kecut; ada Thalut yang diutus bersama tabut. Tapi ketapel kecil bocah Dawud lah yang jadi pembawa maut.
Maka sungguh, tugas kita atas kezhaliman hanya taat pada Allah dan berteguh istiqamah. Lalu mari bersandar hanya padaNya, bersiap tuk kejutan pertolonganNya Yang Maha Jaya. [Om Pir/Tarbawia]
0 komentar:
Post a Comment