Anak Jokowi Hina Makanan Kesukaan Nabi Muhammad
Harian online tempo.co, merilis berita berjudul “Makan Daging Babi, Ini Komentar Kaesang Jokowi”.. Dalam berita itu memuat cerita tentang Kaesang Jokowi saat-saat awal berada di Singapura untuk menuntut ilmu. Kaesang Pangarep, banyak cerita bahkan terkadang konyol. Salah satunya, Kaesang sempat mencicipi daging babi di sebuah food court dekat asrama.
Cuplikan cerita yang dirilis harian online tempo.co sebagai berikut: Kala itu, ia melihat ada daging gede berbentuk kotak. Daging tersebut terlihat sangat enak dari luar. Penasaran, akhirnya Kaesang memesan satu porsi. Setelah pesanan terhidang, ia mencobanya. Ternyata, rasanya luar biasa enak.
“Ini daging yang paling enak yang pernah gue coba,” kata Kaesang, seperti ditulis dalam blog pribadinya, Misterkacang.blogspot.com, 5 Maret 2013. Bertajuk “Suka Duka Pertama Kalinya Sekolah di Singapore”, ia pun melengkapi komentarnya, “Dagingnya itu super lembut, empuk dan maknyus.”
Lantaran terpesona dengan cita rasa daging tersebut, Kaesang melanjutkan cerita, ia berniat membeli satu porsi lagi untuk dimakan di asrama. Namun, sebelum memesan, ia ingin tahu “jati diri” daging yang maknyus tadi.
“Gue tanya sama abangnya yang jual dan abangnya ngomong itu daging babi,” kata Kaesang. Ia pun sempat mengumpat. “Pertama kali di Singapore gini udah bikin dosa. Udah dosa gue banyak banget lagi di Indonesia, ini malah ditambah lagi gara-gara makan daging babi. Tapi enak banget sih sebenernya dagingnya, bikin ngangenin.”
Kaesang yang merasa berdosa setelah memakan daging babi langsung mencari masjid terdekat. “Maksudnya, gue mau tobat gara-gara makan daging babi tadi,” tulisnya.
Saat salat, Kaesang merasa tak bisa khusyuk. “Gara-gara gue keinget sama enaknya daging babi tadi,” ujarnya. Ia pun mengaku merasa dosanya berlipat ganda.
Agar tak terngiang makan babi, Kaesang lalu mencari daging lain yang halal. Setelah berputar sana-sini, akhirnya ia menemukan daging kambing. “Tampilan luar sih kelihatan enak banget. Namun, setelah dicoba, alamak, rasenya enggak karu-karuan. Ternyata rasanya tu ga enak banget. Kaya makan arang yang dikasih kuah jengkol busuk. Rugi dah gue,” tulisnya. ———– akhir kutipan. Sumber TEMPO.CO
Miris rasanya membaca cerita tersebut. Dibalik cerita putra Jokowi – baik di sengaja atau tidak – tampak jelas sikap melecehkan/ mencaci makanan (daging kambing) yang notabene makan halal kesukaan Nabi Muhammad SAW. Entah atau memang tidak pernah mendapat pendidikan agama Islam di bidang moral dan etika, dengan gamblang ia memuji habis-habisan kenikmatan daging haram sampai tidak bisa shalat dengan khusuyuk karena terbayang makanan haram.
Disaat yang sama, ia membandingkan daging haram tadi dengan daging kambing yang identik dengan makanan kesukaan Nabi Muhammad SAW, sebagai makanan yang walau tampilannya menggoda namun rasanya sangat tidak enak. Ironisnya lagi, disandingkan dengan rasa arang dikasih kuah jengkol? Mungkin sehari-harinya dahulu, anak ini sering diumpani arang berkuah jengkol busuk sehingga ia sangat paham dalam membuat perbandingan. Kasihan…
Mungkin anak Joko Widodo alias Jokowi ini baru melek makan yang nikmat langsung bertemu daging haram sehingga begitu takjub dengan rasanya, sekaligus memperlihatkan bahwa dirinya dahulu mungkin sering diumpani arang dan jengkol busuk oleh orangtuanya sehingga ia hafal sekali rasa makanan itu. Duhai nak, sayang sekali… engkau baru melek, begitu banyak kuliner olahan daging kambing yang belum kau cicipi. Katakan pada orangtuamu, jangan kebanyakan mengumpani perut anak-anaknya dengan makanan sekelas arang dan jengkol busuk. Sehingga pikiranmu, akalmu kotor.. tak bisa lagi jernih melihat hal-hal bersih disekelilingmu. Sangat sesuai dengan isi perutmu, yang kau telan dan kau lihat juga kau lakukan, tak jauh dari apa yang melewati tenggorokanmu alias makanan haram.
Salim Syarief MD
Justru penulislah yg pikiran dan otaknya terlihat kotor.. artikel yg dibuat sdg menyorot sang anak tp orangtua pun diikutsertakan utk dihina jg.. kesian anda
ReplyDeleteIni siapa sih yang nulis? kacau.
ReplyDeletesetelah saya baca ternyata penulis hanya menilai org secara subyektif, otaknya terlalu dangkal, perlu belajar banyak lg tu broo.
ReplyDeletePenulisnya konyol banget dah ~ -___-
ReplyDeleteTerlalu banyak persepsi nih kayaknya
ReplyDeleteotaknya penulis ada di pantat.
ReplyDeleteiji menyimak
ReplyDeleteBerita gak penting
ReplyDelete