Intifadhah Si Jago Merah Membuat Israel Tak Berkutik
Mazin Hammad
Bukit Karmel (di wilayah Palestina yang dikuasai Israel) pernah terbakar yang menewaskan puluhan orang dan luka-luka. Namun kebakaran November 2016 kali ini jauh lebih hebat yang berimbas kepada dimensi kejiwaan Israel.
Sehingga sebagian besar warga Israel meyakini kebakaran saat ini sebagai Intifadhah Jago Merah (kebakaran), seperti sebutan sebagian media Israel.
Jika hastag #Israel_Tebakar (إسرائيل تØترق) sempat menjadi trending tertinggi dimana Palestina dan pembelanya di dunia gembira atas kebakaran itu, maka dibantu pesawat tanker dari sejumlah negara untuk memadamkan api, Netenyahu berkeras bahwa kebakaran ini akibat karena tindakan orang tertentu (menunjuk Palestina) membakar Israel. Sontak pernyataan ini menyulut emosi dan rasisme.
Belum ada data tewas korban kebakaran ini.
Namun ada ribuan warga Israel yang berdatangan ke rumah sakit karena persoalan sesak nafas, shock dan ketakutan. Netanyahu dan Neftelli Bennet, Menteri Pendidikan tetap ngotot menuding Arab/Palestina yang berada di belakangan kebakaran ini.
Namun kebakaran ini diperkirakan tidak akan berhenti karena kemungkinan hujan tidak turun di berlanjutnya angin kencang. Inilah yang sebenarnya menjadi ketakutan riil bagi Israel di setiap musim.
Ya mereka selalu menyalahkan warga Palestina atau alam Palestina padahal itu kekayaan yang sudah mereka rampas.
Sementara sebagian besar warga Palestina meyakini bahwa Israel lah yang membakar Palestina sejak 100 tahun lalu.
Kebakaran saat ini hanyalah reaksi atas genosida Israel yang terus berkelanjutan terhadap Palestina.
Data per kemarin menunjukkan bahwa sedikitnya 100 ribu warga Israel diungsikan dari rumah mereka.
Kebakaran telah menghabiskan sejumlah rumah warga pemukim dan 80 ribu warga Israel di Haifa di antaranya serta sejumlah perguruan tinggi dan fasilitas umum resmi serta rumah-rumah yang terbakar.
Maka, hak manusia dan siapapun untuk senang ada kesempatan untuk melampiaskan dendam kepada jutaan warga Palestina yang hidup dalam bencana di tahun 1948 akibat perang Israel yang diikuti oleh holocouts-holocoust di seluruh wilayah Palestina selama bertahun-tahun dari generasi ke generasi.
Ini tidak berlebihan.
Harus diakui bahwa Intifadhah Jago Merah yang membakar Israel di tengah upaya pelarangan azan di masjid-masjid Palestina dan loceng gereja di sana, adalah bentuk dendam horror.
Terutama setelah Israel membuang peluang solusi “dua negara” dan menutup rapat pintu harapan bagi Palestina yang ikut menjadi kelompok tertuding dan dikriminalkan oleh Israel akibat kebakaran ini.
Ya, perlawanan harus dilakukan dengan segala sarana, perbaruhi model perlawanan dengan api, batu, kendaraan dan unjuk rasa dan protes. (alwathanqatar/at/pip)
0 komentar:
Post a Comment