200 PEJUANG IRAN TEWAS DI SURIAH
Pemimpin Garda Revolusi mengatakan pejuang dari Irak, Pakistan dan Afghanistan dikirim memasuki Suriah untuk memenuhi panggilan Bashar al Assad.
Sebuah situs berita Iran yang dekat dengan kekuatan militer elit Garda Revolusi Iran telah mengakui kematian sedikitnya 200 pejuangnya di Suriah, dimana saat ini peretempuran masih berlanjut.
Situs berita berbhasa Farsi, Tabnak, yang didirikan oleh mantan kepala Garda Revolusi dan dianggap dekat dengan kelompok tersebut, mengatakan pada hari Selasa bahwa 200 pejuang dari Brigade Fatemiyoun telah tewas sejauh ini dalam pertempuran di Suriah.
Brigade Fatemiyoun adalah kekuatan yang anggotanya terdiri dari pengungsi Afghanistan yang tinggal di Iran, yang dikabarkan dibayar $ 500 per bulan dan terikat perjanjian residensi dengan syarat harus ikut berjuang bersama pasukan rezim Suriah.
Para pejabat Iran sejauh ini menolak untuk menyebutkan jumlah korban pasti dari partisipasi mereka dalam perang Suriah, dimana semakin jelas terlihat persaingan regional antara Iran dan Arab Saudi yang memberikan dukungan mereka pada pihak yang berlawanan.
Wakil komandan Garda Revolusi, sayap militer yang didirikan setelah revolusi 1979 untuk mencegah campur tangan asing di Iran, mengakui pada Senin bahwa jumlah korban jiwa semakin meningkat.
"Jumlah korban jiwa dari militer kami tidak tinggi," kata Brigadir Jenderal Hossein Salami kepada televisi pemerintah Iran pada hari Senin, "tetapi dibandingkan dengan sebelumnya memang ada peningkatan."
"Hal ini karena tentara Suriah membutuhkan reorganisasi militer - itu sebabnya pasukan militer Syiah dari Pakistan, Irak, Afghanistan dan Irak masuk bersama pasukan kami di Suriah."
"Karena sebab ini kita melihat peningkatan jumlah korban dalam operasi militer di sana."
Salami mengatakan Iran telah mengirimkan penasihat militer dan pelatih lebih banyak lagi untuk Suriah dalam menanggapi permintaan bantuan dari Bashar al-Assad.
Assad berusaha menguatkan kembali kontrol atas Suriah setelah lebih dari empat tahun perang dan telah menghadapi kemunduran baru-baru ini, dimana perdana menteri menjanjikan menaikkan gaji tentara bulan ini. Hal ini dilakukan untuk mencegah sejumlah besar pendukung Assad yang melarikan diri untuk menghindari wajib militer.
Namun, pasukan sekutu Assad, yang meliputi pejuang dari kelompok militan Libanon, Hizbullat, baru-baru ini menerima support ketika Rusia mulai serangan udara untuk mendukung gerakan mereka didarat.
Ada juga laporan bahwa Rusia menderita korban militer pertama di Suriah, setelah dilaporkan kematian Vadim Kostenko 19 tahun, yang dikabarkan dikirim ke Suriah "sebagai seorang prajurit kontrak".
Moskow telah membantah laporan bahwa Kostenko tewas dalam aksi pertempuran, mengatakan saat ini sedang diadakan penyelidikan setelah seorang spesialis teknis mengakhiri hidupnya sendiri di Suriah.
0 komentar:
Post a Comment